Kamis, 05 Mei 2016

Dewi Motik Pramono: CINTAKU, TUHANKU




Data buku kumpulan puisi

Judul : Cintaku, Tuhanku
Penulis : Dewi Motik Pramono
Cetakan : I, 1987
Penerbit : -
Tebal : x + 198 halaman (96 puisi)
Pengantar : H.B. Jassin

Beberapa pilihan puisi Dewi Motik Pramono dalam Cintaku, Tuhanku

Disiplin Nasional

Engkau diseminarkan
Engkau dipaneldiskusikan
Engkau menjadi bahan ceramah di setiap saat.

Sadarkah kita umat manusia,
Jangan harap engkau akan muncul begitu saja,
Bila kita umat manusia, tidak dapat mendisiplin diri sendiri,
Bagaimana kita akan mendisiplin orang lain.

Jalankan perintah Tuhan yang maha Perintah,
Dengan kedisiplinan yang dalam di lubuk hati,
Bersujud, bersembahyang sesuai dengan waktu yang ditentukan
Mudah-mudahan, kita umat manusia di dunia akan berdisiplin diri,
Menuju disiplin Nasional Sejati.


Oh, Tuhan, Cintaku, Tuhanku
   
(I)
Di kebeningan yang hitam
Di kebeningan yang nyata

Kumencari sosok-Mu, Tuhan
Kumemanggil nama-Mu, Oh, Tuhan
Kumenjerit, memohon pertolongan-Mu,

Hening sunyi
Bening nyata,
Hening senyap

Aku yakin Engkau mendengar jerit hatiku,
Aku yakin Engkau melihat utuh diriku,
Karena aku yakin akan janji-Mu,
Bila aku mencintai diri-Mu setulus-tulusnya
Engkau akan mencintai diriku setulus-tulusnya
Oh, Tuhan, Cintaku, Tuhanku.

Fahrurraji Asmuni: NGEPAK-NGEPAK




Data buku kumpulan puisi

Judul : Ngepak-ngepak
Penulis : Fahrurraji Asmuni
Cetakan : I, 2015
Penerbit : CV. HEMAT Publising, Amuntai, Kalsel.
Tebal : viii + 76 halaman (61 puisi)
ISBN : 978-602-1685-47-1
Penyunting/Penata letak/Perancang sampul : Faizal Amin

Beberapa pilihan puisi Fahrurraji Asmuni dalam Ngepak-ngepak

TITIK-TITIK PANJANG

Titik-titik panjang tak terbaca
Menyimpan sejuta rahasia
Bermula dari satu titik
Melahirkan beribu-ribu kehidupan
Dari adam sampai akhir zaman

Titik-titik panjang bermuara dari kun-Nya
Menggulir takdir perjalanan anak manusia
Mempesona anggun jagat semesta
Tapi bukan sebuah sandiwara

Titik-titik panjang menggantang siang-malam
Hitam-putihnya adalah bukti nyata wujud-Nya
Lingkar-bundar adalah sistem pengaturan-Nya
Deret-deret panjang adalah pengintaian-Nya

(rev. 210312)


AKU AIR MENGALIR

Aku adalah air yang mengalir ke hilir
Mengikuti liku-liku takdir
Melantunkan gemericik tasbih
Menjamah lembut tebing kasih-Nya
Aku adalah air, mengalir terus mengalir
Hanyutkan kotoran-kotoran jiwa
Berpegang pada sabda dan firman
Aku adalah air berasal dari air
Mengalir terus mengalir
Takkan diam
Takkan dendam
Sebelum mencapai danau-Nya

(200212)

Edy Firmansyah: DERAP SEPATU HUJAN




Data buku kumpulan puisi

Judul : Derap Sepatu Hujan
Penulis : Edy Firmansyah
Cetakan : I, Maret 2011
Penerbit : Indie Book Corner, Yogyakarta.
Tebal : viii + 106 halaman (80 puisi)
ISBN : 978-602-98532-9-2
Penyunting : Irwan Bajang
Penyelaras aksara : Anindra Saraswati
Penata letak : IBC Art Work
Perancang sampul : Leo Baskoro

Derap Sepatu Hujan terdiri dari 2 bagian, yaitu Catatan Perjalanan I 2004-2009 (23 puisi) dan Catatan Perjalanan II 2010 (57 puisi).

Beberapa pilihan puisi Edy Firmansyah dalam Derap Sepatu Hujan

Ultimatum dari Kampung

Jangan terlalu tinggi menilai diri penyair!
apa arti selembar puisi
di punggung perempuanperempuan yang menggendong bakul ke
pasar?
di suara sumbang anakanak jalanan?
di kaki pemulung yang mengorekkorek sampah?
tak lebih berharga dari koran bekas
alas tidur ketika malam melintas

mereka yang melalui kelam hidup dengan berani adalah puisi
puisi paling murni
yang bisa membuat langit terbakar
dan bumi tepar

tapi siapa peduli?
tak ada mereka itu dalam puisimu bukan?
meski tiap pagi lewat depan rumahmu
mencari makan. mencari makan

tak perlulah puisi sedu sedan itu
jika tak bisa menghargai yang hidup
membangkitkan yang mati

jangan terlalu tinggi menilai diri penyair!
mereka yang berani hidup adalah puisi
wajib dicatat meski tanpa selebrasi

September-Desember 2010


Puisi Abadi

setinggi apa pun puisi terbang,
ia tetap menjejak bumi
karena puisi adalah tanah
tempat yang hidup berdiri
tempat tetirah yang mati

ulat dan belatunglah
ibu tiri yang mengajari
menyusu pada puting imaji
dan makan bangkai
penyair besar yang mati
dan bangkit lagi dalam antologi

maka akulah puisi
dalam ramai dan sunyi diri
datang dari ziarah orangorang mati

2006-2010

Mustafa Ismail: TARIAN CERMIN




Data buku kumpulan puisi

Judul: Tarian Cermin
Penulis: Mustafa Ismail
 Penerbit: Aliansi Sastrawan Aceh, Aceh.
Cetakan : I, 2007
Penerbit digital : Imaji Book dan Infosastra.com (2012)
Tebal : 111 halaman (99 puisi)
Epilog : Adek Alwi

Beberapa pilihan puisi Mustafa Ismail dalam Tarian Cermin

LHOKSEUMAWE

kota itu masih menyimpan rasa sakit
hidup yang beku: harapan-harapan mengental
dalam genggaman orang lewat
pada sebuah malam yang hening, dengan bedil di tangan

lalu kita membangun pulau-pulau
setiap malam, ketika anak-anak terlelap, untuk menyusutkan
air mata: cintalah yang membikin kita hidup
meski sering harus tiarap ketakutan

apakah bedil kini sudah menjadi mainan?
aku kerap lupa: tempat itu adalah taman bermain
bagi laki-laki yang kangen masa kanak-kanak
dan air mata, milik siapa pun, adalah bagian dari permainan

kota itu adalah sebuah rumah kosong
yang tak pernah kita tinggalkan: kita selalu di sana
menulis kata-kata, juga angka-angka, yang tidak
untuk dibaca: sebagai penawar rasa sakit

Sawangan, 7 September 2002


ALUE NAGA

Di jembatan Lamnyong kulihat matahari sudah condong ke barat
kau masih saja berpura-pura. Bermain dengan mimpi bagus
yang ditiupkan negeri jauh

serangan demi serangan tak mungkin dielakkan
kita mesti bertahan
pada rumah yang dibangun dengan cinta dan pengorbanan
kuatkan tanganmu pada akar-akar pohon bakau
menghadapi setiap kemungkinan

hadapi ledakan demi ledakan dengan doa dan perjalanan
pada satu terminal akan kita temui sejarah yang tenggelam:
masa silam yang manis. Tanpa luka dan keresahan

Banda Aceh, 28 september 1993

Satries: PENJAGA DIAN




Data buku kumpulan puisi

Judul : Penjaga Dian, Sehimpun Sajak (1973-2006)
Penulis : Satries
Cetakan : I, Januari 2011
Penerbit : Framepublising, Yogyakarta.
Bekerjasama dengan Komunitas Sastra Indonesia (KSI) Palu, Sulawesi Tengah
Tebal : xvi + 118 halaman (110 puisi)
ISBN : 978-979-16848-6-3
Desain isi : Tri Prasetyo
Desain cover : Nur Wahida Idris
Gambar cover : Islam Art and Architectur, hlm 117 (Ullman, Berlin)
Vignet : Hudan Nur (6 buah)

Beberapa pilihan puisi Satries dalam Penjaga Dian

Suatu Senja di Sidera

senja merah. terbias
bianglala
sekelompok burung dara
hinggap di pucuk randu
menebarkan secercah senyum
sementara di sana mengalun
sebuah simfoni. rindu


Cuaca Memelas

beginilah cuaca memainkan hatiku
di saat seekor kelelawar
mengepakkan sayap pengeluhannya
karena hidup mesti dimaknai jua
karena derita mesti dialami jua
karena resah mesti dirasai jua
karena gundah gulana mesti digauli jua
karena nelangsa mesti diresapi jua
beginilah cuaca memainkan melodinya
di saat tak satupun lagu
yang bisa kunyanyikan untuknya

Dimas Arika Mihardja: DEKAP AKU, KEKASIH




Data buku kumpulan puisi

Judul : Dekap Aku, Kekasih
Penulis : Dimas Arika Mihardja
Cetakan : I, Januari 2014
Penerbit : Bengkel Publisher, Jambi.
Tebal : vii + 107 halaman (100 puisi)
Desain cover, lay out : Haris Fadhillah
Penerjemah ke bahasa Inggris : Noor Aisya (Singapore)
Pembaca ulang terjemahan : Dr. Sugeng Purwanto
Sumber e-book : www.issuu.com

Dekap Aku, Kekasih terdiri dari 2 bagian, bagian pertama memuat 50 puisi berikut terjemahannya ke Bahasa Inggris (total 100 puisi), bagian kedua memuat puisi-puisi persembahan oleh penyair lain (13 puisi).

Beberapa pilihan puisi Dimas Arika Mihardja dalam Dekap Aku, Kekasih

MUNAJAT SAYAP

sayap yang memikat tumbuhlah
di tubuhku

lewat kepaknya ingin kunikmati sayatan
dan pahatan isyarat langit

sayap, bawalah aku mengangkasa
mengagumi singgasananya

Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, Jambi 2010


SAJAK PERAHU

perahu perahan jiwaku melaju menujumu, kekasih
berselancar di kedalaman debar kerinduan

kecipak air membasuh jiwa resah
basah pula harap nan lindap

pada tiang layar angin gemetar
engkau kian samar dan aku serupa camar
yang menggelepar

Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, Jambi 2010

Muda Wijaya: KALIMAH




Data buku kumpulan puisi

Judul : Kalimah
Penulis : Muda Wijaya
Cetakan : I, 2013
Penerbit : Umah Mimba, Denpasar, Bali.
Tebal : ix + 84 halaman (61 puisi)
Editor : Wayan Sunarta
Penata letak : GPS
Lukisan sampul : “Wajahku Wanita”, Laksmi Shitaresmi

Beberapa pilihan puisi Muda Wijaya dalam Kalimah

Mantra Lepas Mata

a                                                    matamu kuingat
a                                              mata matalamat
a                                        mata kasih kau ingin
a                                  mata sebenarnya
a                            mata mata dingin
a                      mata ruh mata
a                mata air mata
a          matamu
a    maukah kau mengasihi tubuh di tengah gurun yang tak menemukan mata air
a maukah    kau mengasihi tubuh di tengah gurun yang tak menemukan mata ruh
a    maukah kau mengasihi tubuh di tengah gurun yang tak menemukan mata api
a          matamu
a                mata air mata
a                      mata ruh mata
a                            mata mata dingin
a                                  mata sebenarnya
a                                        mata kasih kau ingin
a                                              mata matalamat
a                                                    matamu kuingat


Rubayyat Lilin

apa yang ingin kau pahat dalam tubuh lilin yang menyalakan api di kepalanya
dan di ruang mana ingin kau letakkan begitu lampulampu menyalakan warna
lelehan lilin dilelehkan waktu lampu jadi jeritanjeritan bisu terbakar wujudnya
hanya dalam gelap urat titiknya lebih indah meranggas membawa akar gairah

1 Agustus 2008

Frans Ekodhanto Purba: KELANA ANAK RANTAU




Data buku kumpulan puisi

Judul : Kelana Anak Rantau
Penulis : Frans Ekodhanto Purba
Cetakan : I, Agustus 2013
Penerbit : Koekoesan, Depok.
Tebal : viii + 90 halaman (62 puisi)
ISBN : 978-979-1442-65-7
Tata letak : Sujarwadi
Sampul : Idris Brandy
Sket : Dedi PAW, Mangu Putra, Syahnagra, Budi Karmanto (Kodok), Aisul Yanto

Kelana Anak Rantau terdiri dari dari 2 Bab, yaitu Bab Mazmur Perjalanan (32 puisi) dan Bab Hikayat Kehidupan (30 puisi).

Beberapa pilihan puisi Frans Ekodhanto Purba dalam Kelana Anak Rantau

Ulos

di tetepi tao toba
mataari masih mengkal
aku melihat ikan bersaksi
beburung menjinjing cahaya
dengan kicaunya yang parau
dia menandai setiap runcing silsilah

sementara, di seberang kenyataan
serentang ulos dibentangkan
di antara kedua pundak kemuliaan
tampak kehormatan
memancar bagai puisi
: berkilat-kilatan

mari rentangkan tangan
gerak dan angkat kaki
lalu melipatnya kembali
menyeser, berputar, meliak-liuk
bagai gasing dihisap angin

ada aku di sana
menjadi benang
warnanya tak serupa
saling berpegang tangan
dalam satu rajutan
menjadi ritual paling sakral
pada kesetiaan yang tak kenal waktu

adalah ulos jiwaku
menyatu dalam jantung
menjadi lambang kebahagiaan
atas kekayaan dan penghormatan

menarilah…
tertawalah…
bermazmurlah…

biarkan semuanya lepas
menjadi amsal keabadian
sampai ke langit paling suci

Kereta subuh, Juli 2012