Selasa, 14 Juni 2016

Saut Situmorang: OTOBIOGRAFI



  
Data buku kumpulan puisi

Judul : Otobiografi
Penulis : Saut Situmorang
Cetakan : I, November 2007
Penerbit : [sic], Yogyakarta.
Tebal : 282 halaman (184 puisi)
Graphic konsep : Saut Situmorang
Graphic eksekusi : Bayang Ilalang
Prolog : Saut Situmorang (Tradisi dan Bakat Individu)

Otobiografi terdiri atas beberapa bagian, yaitu Cinta (110 puisi), Politik (37 puisi) dan Rantau (37 puisi berbahasa Inggris)

Beberapa pilihan puisi Saut Situmorang dalam Otobiografi

sajak prosa

berhari hari penyair
itu duduk di pinggir sungai.
apa yang sedang kau kerjakan di sini?
tanya kawannya suatu hari. aku menanti sajak
sajakku yang kuhanyutkan di sungai ini, jawabnya
sambil menunjuk air sungai. tapi kenapa tak kau cari saja
di ujung sungai? tanya kawannya lagi tak mengerti. o aku menanti
hujan membawanya pulang kembali, jawab penyair itu, tersenyum pasti.


banyak orang menebang hutan

banyak orang menebang hutan di pedalaman Sumatera-Kalimantan
o! banyak orang menebang hutan di pedalaman Sumatera-Kalimantan!

di sungai sungai kayu kayu itu diikat satu satu
kayu kayu itu diikat satu satu seperti kau mengepalkan jari jari tanganmu

burung burung enggang yang sejak pagi terbang ke hutan sebrang
tak mengerti ke mana istri istri mereka menghilang

burung burung enggang yang baru pulang dari hutan sebrang
kini ribut berenggang enggang sepanjang petang

mereka lihat banyak orang menebang hutan di bawah cahaya bulan
o! o! banyak orang menebang hutan di bawah cahaya bulan!

mereka lihat sungai sungai tertutup kayu kayu yang diikat satu satu
o! o! sungai sungai tertutup kayu kayu yang diikat satu satu!

tapi mereka tak melihat istri istri mereka!
mereka tak melihat istri istri mereka!

o! o! di bawah cahaya bulan di pedalaman Sumatera-Kalimantan
burung burung enggang itu terus berenggang enggang
mencari istri istri mereka yang menghilang!

dan di sungai sungai kayu kayu diikat satu satu
seperti kau mengepalkan jari jari tanganmu!

Sitor Situmorang: SITOR SITUMORANG, KUMPULAN SAJAK 1980-2005




Data buku kumpulan puisi

Judul : Sitor Situmorang, Kumpulan Sajak 1980-2005
Penulis : Sitor Situmorang
Cetakan : I, Januari 2006
Penerbit : Komunitas Bambu, Depok.
Tebal : xviii + 480 halaman (228 puisi)
ISBN : 979-3731-10-0
Editor : J.J. Rizal
Desain sampul : Agus Wiyono
Desain isi : Risdianto & Tjalie
Foto sampul : Sitor Situmorang (1978) karya Gunawan Mohamad
Sketsa isi : Sitor Situmorang
Sketsa wajah Sitor Situmorang karya Affandi tahun 1977
Pengantar : E. Ulrich Kratz

Beberapa pilihan puisi Sitor Situmorang dalam Sitor Situmorang, Kumpulan Sajak 1980-2005

Tatahan Pesan Bunda

Bila nanti ajalku tiba
kubur abuku di tanah Toba
di tanah danau perkasa
terbujur di samping Bunda

Bila ajalku nanti tiba
bongkah batu alam letakkan
pengganti nisan di pusara
tanpa ukiran tanpa hiasan

kecuali pesan mahasuci
restu Ibunda ditatah di batu:
Si Anak Hilang telah kembali!
Kujemput di pangkuanku!

Paris, April 1998


Balada Laut Tidore

                                                            Girl, girl alone!
                                                            Why do you wander!
                                                            (Ho Chih-Mo, Chairil Anwar)

Laut seperti peta lama sekaligus baru:
Lihat bangkai kapal Jepang di karang situ
dan pohon di atasnya – Betapa rimbun.
Beringin – kata orang setempat.

Waktu perang lalu, 194~, ke sini
tentara Jepang mengangkut 300 gadis-gadis
                                                            dari Minahasa
keperluan serdadu-serdadunya yang kesepian.
Muncul sebuah pesawat Amerika, lalu menukik,

saat kapal hampir berlabuh di Teluk.
Bomnya tepat jatuh di atas palka –
jadi kuburan bersama untuk awak kapal
dan 300 gadis remaja.

Untuk serdadu-serdadu Amerika yang tewas
di Arlington ada tugu megah bangsanya.
Di Tokyo terdapat kuil Jasukuni Jinja
persemayaman roh Prajurit Tak Dikenal.

300 gadis-gadis Minahasa di sini
bakal dikenang sebagai apa?

Hei, dara manis yang kini sendiri
di pantai Halmahera dan sedih. Adakah kau roh
            tak berkawan?
Pulanglah, Sayang! Jangan terlalu nanap
            memandang pelangi.

Cahaya rindu mereka, adalah cahaya rinduku
            pula,

kisah baratayudha yang berkepanjangan.

Diah Hadaning: PEREMPUAN YANG MENCARI




Data buku kumpulan puisi

Judul : 700 Puisi Pilihan, Perempuan yang Mencari
Penulis : Diah Hadaning
Cetakan : I, 2010
Penerbit : Yayasan Japek dan Pustaka Yashiba, Jakarta.
Tebal : 700 halaman (700 puisi)
ISBN : 978979178573
Prolog : Ahmadun Yosi Herfanda
Sumber pengambilan puisi : http://warungsastradiha.blogspot.co.id/

Beberapa pilihan puisi Diah Hadaning dalam Perempuan yang Mencari

Sebuah Tafsir
:Eza Thabry Husano

tafsir puisi senjamu
tertera dalam perjalanan musim
dan getar ilalang di hampir padang
tafsir sebuah kota yang rindu hujan
di senyap waktu
ketika cairan embun pelan kubasahi serat rambutmu
kau mulai menyusun tafsir-tafsir baru
sambil bertutur:
kuziarahi
kenikmatan cahaya lampu-lampu

sementara di bukit seberang
aku masih berdiri saat senja diam-diam lari
siapa tahu purnama enam belas
ombak Laut Jawa mengusung aksaramu
penuh tafsir kebijakan Banjar
ada aroma dan pendar cahaya
membuat langit Selatan hilang jelaga
dan semangat jiwa kembali getar
seiring terbitnya bintang Barat
pendarnya pulihkan penat

Bogor, Juli 2003


Tembang Kemarau Rakit-Rakit Sungai Balangan

menghilir hari-hari sepanjang sungai
menghilir perjalanan nasib di sisir pisang
susutnya sungai susutnya harap
mengendap-endap kemarau panjang
selalu berulang kembali tanpa keluh
pak Utuh tak pernah rapuh
menyusuri sungai balangan
dari halong menuju amuntai
rakit pisang milir-milir
diiringi angin kemarau semilir
menghilir hari-hari sepanjang sungai
antara halong sampai amuntai
anak musim dijaga musim
anak nasib dijaga nasib
pak tua ada di hulu
pak tua ada di hilir
pak tua ada di siang
pak tua ada di pagi
ditembangkan kemarau panjang
ditembangkan rakit-rakit mengambang
ditembangkan senyum isteri di sisir pisang
ditembangkan tanah merdeka tanah kelahiran

kekasih Allah orang-orang tak kenal lelah
diburu nasib tak kenal pasrah
kekasih Allah orang-orang sederhana
merdeka dan bencana dianyam sama-sama
tanpa dendam dan penyesalan
anak cucu dan kesetiaan memang ada di mana-mana
di sepanjang sungai
di bilah rakit
di pohon-pohon
di musim-musim
rakit-rakit milir tenang
pagi siang menawarkan keheningan

Jakarta, 1986

W. Muttaqien Ahmad: BUNG!




Data buku kumpulan puisi

Judul : Bung!
Penulis : W. Muttaqien Ahmad
Cetakan : I
Penerbit : Kedai Buku Sinau, Jakarta.
Tebal : 157 halaman (109 puisi)
ISBN : 978-979-15449-5-5
Gambar sampul : Adhiklaud
Tata letak sampul dan isi : Wees Skool

Bung! terdiri atas lima bagian, yaitu bulan di jakarta (32 puisi), suatu hari di kedai kopi (15 puisi), keheningan puisi persis seperti gelembung soda yang kaget ketika ada yang suka (37 puisi), mimpi-mimpi yang kemudian disebut rumah yang tidak bisa tidur (21 puisi) dan biografi kerinduan (4 puisi)

Beberapa pilihan puisi W. Muttaqien Ahmad dalam Bung!

MANA

kotakota milik pelarian
sedang para penjudi
berumah di kartu mati
belum genap kalah
berharap bulan kembali belah

katakata milik pedagang
: kau pasar apa menjual mana
menunjuk neraka yang sama
‘Tuhanku aku masih menyebut namaMu ?’
segumpal tanah berebut darah

2011

Catatan
Mana [kata benda] tenaga hidup yangg tidak berpribadi dan ada pada manusia, binatang, tumbuhan, dan segala macam benda, biasanya untuk jimat atau fetis, serta membawa keberuntungan bagi pemiliknya, tetapi akan menimbulkan kerugian bagi orang yang tidak menghiraukannya (menurut pandangan orang Melanesia)

‘Tuhanku aku masih menyebut namaMu’ diambil dari sajak Doa, Chairil Anwar, 1943


KISAH MEJA DAPUR
buat ER: sebuah meja dapur adalah segalanya

meja dapur yang kita pilih mestilah besar dan kuat, juga celemek yang
kau kenakan mestilah tembus pandang’

sedikitnya ia menambahkan mentega dan lada
di hadapannya sebuah ketagihan yang terus bekerja
dapurnya pencerah sekaligus pencahar
yang menggelontorkan ocehan tentang harga pasar
naiknya cabe, bawang, dan tempe seperti bulu ayam
di meja kita saling memagut daging
setiap hari layaknya pengantin baru
mendatangi pasar seperti baru kenalan
dan aku bilang pada anakku – kita ini harus bangga jadi bangsa tempe,
biar diinjak-injak tetap terasa enak –
dan aku memeras garam di punggungmu
otakku telentang melihat meja dapur
yang kosong sambil menyiapkan nasi kepal
kebahagiaan mustahil tanpa bumbu
ususku mengunyah bungabunga
melelehkannya di tungku bawah perutmu
meja siangmalam menggilirmu huluhilir
dengan atau tanpa celemek itu

2011

Hartojo Andangdjaja: BUKU PUISI




Data buku kumpulan puisi

Judul : Buku Puisi
Penulis : Hartojo Andangdjaja
Cetakan : IV, 2001 (Cet. I, 1973; II, 1982; III, 2000)
Penerbit : PT Dunia Pustaka Jaya, Jakarta.
Tebal : 64 halaman (36 puisi)
ISBN : 979-419-263-5
Gambar jilid : Mardian

Buku Puisi terdiri atas BUKU PERTAMA, I. Sepasang Bayang-bayang (4 puisi), II. Nyanyian Kembang Lalang (7 Puisi), BUKU KEDUA, Sajak-sajak Hitam Coklat (12 puisi), dan BUKU KETIGA, Rendez-vous (13 puisi)

Beberapa pilihan puisi Hartojo Andangdjaja dalam Buku Puisi

Perarakan  Jenazah

Kami mengiring jenazah hitam
depan kami kereta mati bergerak pelan
orang-orang tua berjalan menunduk diam
dicekam hitam bayangan
makam muram awan muram
menanti perarakan ini di ujung jalan

tapi kali selalu berebut kesempatan
kami lempar pandang
kami lempar kembang
bila dara-dara berjengukan
dari jendela-jendela di sepanjang tepi jalan:
lihat, di mata mereka di bibir mereka
hidup memerah bemerkahan

Begitu kami isi jarak sepanjang jalan
antara rumah tumpangan dan kesepian kuburan


Cintaku Bekerja Sepanjang Siang dan Malam

Cintaku pergi dalam kabut fajar di hari remang
turun dari jenjang rumah-rumah lengang
            menyusuri jalan panjang
cintaku berjalan mendukung beban di hari pekan
bersama mereka, pedagang-pedagang jauh dari
            daerah perbukitan.

Cintaku mengelana, melintas lindap dan cahaya surya
di rimba-rimba di pedalaman Pasaman yang kaya
menakik getah bersama mereka di kebun-kebun para
hidup dalam kehidupan mereka, para pekerja

Cintaku pergi malam-malam ke tengah sunyi perairan
antara pulau Panjang dan daratan Pasaman
berjaga dia bersama mereka dalam sampan
hidup dalam kehidupan mereka, para nelayan

Cintaku berjaga di hari terang dan kelam
cintaku bekerja sepanjang siang dan malam