Laman

Tonggak

Jumat, 07 Desember 2012

Tajuddin Noor Ganie: BULU TANGAN


Data buku kumpulan puisi

Judul : Bulu Tangan
Penulis : Tajuddin Noor Ganie
Cetakan : 2011 (cet. I. 1982)
Penerbit : Tuas Media, bekerjasama dengan Rumah Pustaka Karya Sastra (RPKS) Pusat Pengkajian Masalah Sastra (Puskajimastra, Kalsel)
Penyunting : Mahmud Jauhari Ali (?)
Tebal  : 115 halaman (41 puisi)
ISBN : 978-602-7514-13-3

Beberapa pilihan puisi Tajuddin Noor Ganie dalam Bulu Tangan

Lautan Manik-Manik

Lautan manik-manik telah mengepung kota
Dedaunan memutih, bebatuan berubah warna
Sungai, burung, dan serangga
telah kehilangan arah
Tersesat dalam ujaran arwah


Kita tak Tahu Makna Perahu Terpaku kecuali Angin Mati dan Laut Beku
(Kepada Pangeran Surianata)

Menjelang muara, perahu terpaku
Hanya itu, selebihnya puisi palsu
Kau tak tahu makna perahu terpaku
Kecuali, angin mati dan laut beku

Kau tak tahu, semua lakon
Telah digarap diam-diam
Di bawah perahu

Menjelang muara, perahu terpaku
Sudah itu kau menjadi pelaku
Kau lakoni peran, karena kau
Tak tahu makna perahu terpaku



Akulah Buih Laut

Akulah buih laut yang
tersesat ke langit
Ketika mencari
jalan pulang ke hulu


Di Tanah Korea Aku Terkenang Tanah Banjar

Di Tanah Korea aku tergoda
Puncak gunung Paek-du san
yang tinggi menjulang mencapai awan
dan sungai Yalu yang meliuk-liuk
di pinggang-pinggang pegunungan

Angin musim gugur yang melintas pelan-pelan
di pucuk-pucuk pagoda dan pohon-pohon cemara
diam-diam menaburkan harum bunga
dari puncak gunung Paek-du san di hulu
sampai ke tiang-tiang layar di pelabuhan Pusan di hilir

Musim gugur di puncak gunung Paek-du San
aku terkenang Meratus, dataran tinggi Tanah Banjar
yang memanjang dari Tabalong di hulu
hingga ke Kotabaru di hilir

Musim gugur di puncak gunung Paek-du San
aku terkenang Meratus di musim kemarau
Musim kemarau di Meratus
musim paling sibuk bagi para petani di desa-desa
musim kemarau di Meratus
musim piknik ke desa-desa bagi muda-mudi kota

Musim kemarau di Meratus
angkasa lebih biru dari yang biru
udara berubah menjadi anggur yang memabukkan
pegunungan menjadi lebih hidup
dengan warna kuning gemerlapan
dan warna-warna merah semarak bunga-bunga hutan

Musim kemarau di Meratus
musim panen bagi petani di desa-desa
musim kemarau di Meratus
musim pesta bagi muda-mudi di kota

Di Tanah Korea aku tergoda
oleh rumah-rumah beratap jerami
di kota Suwon, di sini aku betah berlama-lama
menghabiskan musim semi yang indah

Musim semi di Tanah Korea
musim bunga cherry bermekaran di pulau Cheju-do
padang rumputan yang menghijau di tepi danau
tampak semarak dengan kelepak sayap
burung-burung pindahan yang singgah berbiak
sebelum pergi ke Cina dan Siberia

Musim semi di kota Suwon
aku terkenang Meratus
Musim semi di kota Cheju-do
aku terkenang Meratus

Meratus, tempat berhulu sungai Amandit
Meratus, tempat berhulu sungai Barabai
Meratus, tempat berhulu sungai Martapura
Meratus, tempat berhulu seribu sungai lainnya
Musim semi di kota Suwon
aku terkenang musim hujan di Meratus
Musim semi di kota Cheju-do
aku terkenang musim hujan di Meratus

Musim hujan di Meratus
musim tenang bagi petani
musim hujan di Meratus
musim menikmati hasil panen
musim hujan di Meratus
musim menulis puisi bagi penyair
musim hujan di Meratus
musim bercinta bagi pengantin baru

Di Tanah Korea, aku terkenang Tanah Banjar
di puncak gunung Paek-dusan
aku terkenang Meratus
di kota Suwon aku terkenang Meratus
di kota Che-ju do aku terkenang Meratus
Dari Tanah Korea
aku berseru : jangan obok-obok Meratus!

Banjarmasin, Hari Bumi, 22 April 2000


Perang Banjar

1596
Cornelis de Houtman
seorang nakhoda Belanda
tiba di Banten mencari lada di pasar bebas
Tapi, gulden Belanda tak laku di Banten
Tak ada pedagang lada
yang mau berdagang dengan mereka
Cornelis de Houtman menjadi murka karenanya.
Kalau begitu, kita rampok saja lada mereka!

Malam, ketika bulan sabit
menyipit di langit Banten
Anak buah Cornelis de Houtman
menyerbu masuk ke sebuah kapal besar
yang sarat dengan muatan lada
Pemiliknya, seorang saudagar Banjar
tak bisa berbuat apa-apa
kecuali mengelus dada
menerima nasib yang buruk.

7 Juni 1607
Koopman Cillis Michelszoon
nakhoda Belanda yang lain
tanpa singgah di Banten
langsung datang ke Banjarmasin.
Aku, Koopman Cillis Michelszoon
datang ke mari sebagai pedagang
Aku orang Belanda
tapi bukan Cornelis de Houtman
Aku bukan perampok
Aku datang ke Banjarmasin
ingin berdagang dengan semangat
saling menguntungkan

Anak saudagar Banjar yang dulu
menjadi korban perampokan
Cornelis de Houtman
juga datang ke pelabuhan
menyambut mesra kedatangan
Koopman Cillis Michelszoon.
Selamat datang di Tanah Banjar
Kisah lama yang kusam
sudah lama aku lupakan”

Tapi, entah bagaimana cerita persisnya
Setelah mereka bersukaria
semalam suntuk bercandaria
Besok pagi terbetik berita
Koopman Cillis Michelszoon
dan semua awak kapalnya
tewas terbunuh bergelimpangan
sebagai korban pembunuhan.

1612
Subuh ketika bulan sabit
mengintip di langit Tanah Banjar
kapal perang Belanda tiba-tiba merapat
ke pulau Kembang, Dari kejauhan mereka
menembaki para pedagang
di pasar terapung muara Kuin
Para pedagang kocar-kacir dibuatnya.

1626
Lada yang panas membuat Belanda tak kenal jera
Kali ini mereka datang dengan kapal Doon
Aneh tapi nyata, niaga lada
kali ini berlangsung mulus
tak ada pistol meletus
tak ada mandau terhunus.

1634
Siang, ketika matahari
mengelupas kulit ari.
Coysbert van Loudestega
datang membawa armada Belanda
Kali ini mereka datang bukan untuk berdagang
tapi untuk mendiktekan kehendak berkuasa
atas monopoli perdagangan lada.

1635
Suksesi yang ricuh di Kerajaan Banjar
memberi peluang bagi masuknya
pengaruh Belanda dalam kancah politik
antarbangsawan Banjar
Ketika yang menang adalah raja Banjar
yang dibantu Belanda, maka terbukalah jalan
untuk menjajah Tanah Banjar.

Diplomasi hutang budi yang mencuat
dalam kemelut yang disulut intrik politik
pecah belah dan hancurkan
membuat raja Banjar yang dibantu Belanda
tak kuasa menolak apapun kehendak
yang didiktekan Belanda.

Mula-mula monopoli perdagangan lada
lalu erakan kerja paksa membangun jalan raya
dan yang paling celaka Belanda
akhirnya juga bisa mendiktekan suksesi.

1 November 1857
Sultan Adam yang mangkat
meninggalkan wasiat keramat
bahwa cucunya Pangeran Hidayatullah
harus dirajakan

Tapi Belanda tak pernah peduli pada
wasiat keramat dan kehendak rakyat.
3 November 1857
Residen Belanda dengan paksa
menobatkan raja boneka Pangeran Tamjid Dillah.

Pangeran Antasari, seorang bangsawan Banjar
tubuhnya gemetar menahan marah.
Ini penghinaan yang tiada tara
bagi kedaulatan Kerajaan Banjar
Orang Belanda sudah terlalu jauh
ikut campur dalam urusan pribadi tanah air kita
Suka atau tidak suka,
masalah suksesi adalah hak
yang paling pribadi dari seorang Raja Banjar
Pangeran Hidayatullah harus dirajakan
barang siapa berani melanggar wasiat itu
terkutuklah dia tujuh turunan.

Hai, rakyat Banjar yang cinta
dan setia pada tanah air tercinta
Ikutlah bersamaku dalam
barisan perang melawan penjajah Belanda
Kita bentuk barisan jihad fii sabilillah
Kita usir Belanda dari Tanah Banjar tercinta.

28 April 1859
Pecahlah Perang Banjar yang dahsyad itu
Seruan jihad Pangeran Antasari
bergema ke mana-mana
disambut di mana-mana

Bergema di Banua Ampat
disambut Temenggung Jalil

Bergema di Margasari
disambut Aling dan Sambang
Dari Margasari mereka berjalan kaki
menyerbu Gunung Jabuk
perkebunan karet milik Belanda.

Bergema di Amandit
disambut Temenggung Antaluddin
dan Panglima Cakrawati
Dari Amandit mereka
berjalan kaki menuju Tambai
menggempur habis pasukan Belanda
yang berjaga di sana.

Bergema di Tanah Laut
disambut Haji Buyasin dan Pembekal Bungur
Di sini mereka menyerbu masuk ke Benteng Tabonio.

Bergema di Tanah Barito
disambut Temenggung Surapati
Di Lontotur mereka berjaya
mencegat kapal Onrust Belanda
Semua awak kapalnya dibantai
dan kapalnya ditenggelamkan
ke dasar sungai Barito.

Bergema di Tanah Kahayan
disambut Mangkusari
Bergema di Tanah Kapuas
disambut Singapati
Perang Banjar
Perang yang dahsyad
Haram manyarah
Pantang mundur
Waja sampai ka puting

Perang Banjar
Perang yang dahsyad
Haram manyarah
Kukuh teguh hingga merdeka
Waja sampai ka putting

Banjarmasin, 5 Agustus 1995


Datanglah ke Negeri Seribu Sungai

1
Datanglah ke negeri seribu sungai
Pintu gerbang telah dibuka lebar

2
Datanglah ke Kotamadya Banjarmasin
Pintu gerbang di sungai Martapura telah dibuka lebar
Para penari baksa kambang telah disiapkan
menyambut kedatangan para wisatawan

Di kota Banjarmasin
Melihat pasar terapung Muara Kuin
I’tikaf di Masjid Raya Sabilal Muhtadin
atau ziarah ke makam Sultan Suriansyah
Raja Muslim pendiri kota Banjarmasin

Datanglah ke Kotamadya Banjarmasin
Pintu gerbang di sungai Martapura telah dibuka lebar
Para penyair telah siap membacakan puisi rakyat
pantun, syair, madihin, lamut, dan puisi sufi

Di kota Banjarmasin
Setahun sekali, mencicipi aneka jenis kue dan
masakan khas etnis Banjar yang diperjual-belikan orang di Pasar Wadai Ramadhan
Pasar khas yang cuma dibuka pada setiap bulan puasa

3
Datanglah ke Kabupaten Barito Kuala
Pintu gerbang di sungai Barito telah dibuka lebar
Para penyanyi folksong telah siap
menyanyikan lagu-lagu rantauan

Dari kota Marabahan
Menyusuri sungai Barito
Singgah di pulau Kembang bercengkrema dengan kera-kera jinak
Atau ke pulau Kaget mengintip kehidupan Bekantan liar
Menyusuri sungai Barito
menikmati pemandangan rumah lanting
rakitan kayu gelondongan dan
cerobong asap pabrik kayu lapis

4
Datanglah ke Kotif Banjarbaru
Pintu gerbang di sungai Basar telah dibuka lebar
Para penari japin sisit telah disiapkan
Menyambut kedatangan para wisatawan

Dari kota Banjarbaru
Mengunjungi Museum Negeri Lambung Mangkurat mengamati benda-benda seni bernilai sejarah
atau mengamati benda-benda budaya suku bangsa setempat

5.
Datanglah ke Kabupaten Banjar
Pintu gerbang di sungai Martapura telah dibuka lebar
Para pemain musik kintung telah siap melantunkan irama dinamis penggugah semangat kerja

Di desa kecil Sarang Tiung
Menyaksikan para pendulang intan
Mengadu nasib mencari butiran intan
Di balik batu-batu gunung bertimbun



Datanglah ke Kabupaten Banjar
Pintu gerbang di sungai Martapura telah dibuka lebar
Para penari Kenanga Dalam telah disiapkan
Menyambut kedatangan para wisatawan

Di kota Martapura
Menyaksikan para penggosok intan tradisional
Mengolah intan mentah jadi berlian berkilauan
Kemudian singgah ke toko-toko permata
Mengamati batu-batu mulia dalam pajangan lemari kaca

Datanglah ke Kabupaten Banjar
Pintu gerbang di sungai Martapura telah dibuka lebar
Para pemain musik kintung telah siap melantunkan musik-musik manis penggugah hasrat berdendang

Di desa kecil Kalampaian, ziarah ke makam wali Allah
Syeikh Muhammad Arsyad al Banjari yang keramat
Pengarang kitab Sabilal Muhtadin yang terkenal
Di sini khusuk tafakur merenungkan jatidiri
Mengenangkan jasa-jasa aulia sambil mendoakannya
Semoga arwah beliau selalu tenteram di sisi-Nya

6
Datanglah ke Kabupaten Tapin
Pintu gerbang di sungai Tapin telah dibuka lebar
Para teater mamanda telah disiapkan
Menyambut kedatangan para wisatawan

Di kota kecil Binuang mencicipi rimpi
Pisang yang diselai dengan sinar matahari
atau berkunjung ke gua Batu Hapu
mengamati stalagtit stalagmitnya

Datanglah ke Kabupaten Tapin
Pintu gerbang di sungai Tapin telah dibuka lebar
Para penari gandut telah disiapkan
Menyambut kedatangan para wisatawan

Di kota kecil Margasari
menyaksikan batu-batu bekas bangunan candi Laras
Candi Budha yang dulu dibangun oleh Maharaja Sekar Sungsang
Setelah itu menyaksikan warga setempat menganyam rotan di langkan


7.
Datanglah ke Kabupaten Hulu Sungai Selatan
Pintu gerbang di sungai Amandit telah dibuka lebar
Para penyanyi folksong telah siap
menyanyikan lagu-lagu Paris Tangkawang

Di kota Kandangan mencicipi ketupat
Setelah itu berjalan kaki ke Loksado
Mengunjungi suku Bukit yang masih primitif
Pulangnya naik rakit menyusuri sungai Amandit

Datanglah ke Kabupaten Hulu Sungai Selatan
Pintu gerbang di sungai Amandit telah dibuka lebar
Para pemain musik kurung-kurung telah siap
Melantunkan bunyi-bunyi mistis penggiriang tarian sakral

Di desa Loksado mengamati
aruh ganal pada setiap habis panen
atau menguji daya tahan fisik dan psikis
Mengarungi jeram-jeram di sepanjang sungai Amandit

8.
Datanglah ke Kabupaten Hulu Sungai Tengah
Pintu gerbang di sungai Alai telah dibuka lebar
Para penyanyi folksong telah siap menyanyikan
lagu-lagu Lalan yang mengundang hasrat berdendang

Di kota Barabai mencicipi kue apam
Setelah itu mendaki bukit Pagat
Gugusan batu gunung yang bentuknya mirip perahu
Itulah konon perahu Raden Penganten yang dikutuk jadi batu
Lantaran durhaka pada sang ibu

Datanglah ke Kabupaten Hulu Sungai Tengah
Pintu gerbang di sungai Alai telah dibuka lebar
Para dalang dan penari topeng telah disiapkan
Menyambut kedatangan para wisatawan

Di desa Barikin, setahun sekali pada bulan Shafar
Warga setempat membersihkan desa
dengan ritus Manyanggar Banua
Sambil membakar dupa mereka membaca mantra-mantra
Setelah itu mereka trance, menari-nari
sambil memanggil-manggil nama arwah para leluhur

Mereka arak seperangkat sajen kepala kambing dan kue ketan
Lalu histeris memanggil Datu Barikin yang perkasa

9.
Datanglah ke Kabupaten Hulu Sungai Utara
Pintu gerbang di sungai Balangan telah dibuka lebar
Para penari kuda gipang seba telah disiapkan
Menyambut kedatangan para wisatawan

Di kota Amuntai, mengunjungi situs candi Agung
Candi Hindu yang dulu dibangun oleh Empu Jatmika yang perkasa
Setelah itu naik kelotok ke danau Panggang menyaksikan kerbau kalang
atau mengunjungi kota kecil Alabio yang terkenal dengan itik unggulnya

10
Datanglah ke Kabupaten Tabalong
Pintu gerbang di sungai Tabalong telah dibuka lebar
Para penari bangsai bakanjaran telah disiapkan
Menyambut kedatangan para wisatawan

Di kota Tanjung
Menyaksikan penambangan minyak di Sumur Kili
Setelah itu naik ojek ke desa Warukin
Mengunjungi suku Dayak yang berumah di bukit-bukit

11
Datanglah ke Kabupaten Tanah Laut
Pintu gerbang di sungai Maluka telah dibuka lebar
Para penari simbangan burung laut telah disiapkan
Menyambut kedatangan para wisatawan

Di kota Pelaihari, memandang hijaunya
kebun tebu di sepanjang kaki bukit
Setelah itu menikmati keindahan pantai Batakan
Lalu mengunjungi benteng Tabonio

12
Datanglah ke Kabupaten Kotabaru
Pintu gerbang di sungai Satui telah dibuka lebar
Para penari burung tarabang telah disiapkan
Menyambut kedatangan para wisatawan

Di Kotabaru, mencicipi seafood
Setelah itu bertualang menyusuri gua tamu luang

atau bersemedi di gua Sugung yang sepi di tengah hutan
kemudian mengemudikan layar ke pulau Sabuku
Datanglah ke Kabupaten Kotabaru
Pintu gerbang di sungai Satui telah dibuka lebar
Para penari Masukkiri telah disiapkan
Menyambut kedatangan para wisatawan

Di pantai Pagatan, setahun sekali
Mengikuti keramaian Mappanre Tasi
Upacara adat nelayan Bugis
Memberi makan laut dan makan bersama di laut

13
Datanglah ke negeri seribu sungai
Pintu gerbang telah dibuka lebar


Tentang Tajuddin Noor Ganie
Tajuddin Noor Ganie, M.Pd. (TNG) dilahirkan di kota Banjarmasin, 1 Juli 1958. Pendidikannya SMEAN Martapura (lulus tahun 1977). Ketika berusia 39 tahun, TNG secara tiba-tiba tertarik melanjutkan pendidikannya ke PBSID STKIP PGRI Banjarmasin (tahun 2002 diwisuda dengan predikat sebagai wisudawan terbaik). Skripsinya berjudul Profil Sastrawan Kalsel 1930-1999 telah diterbitkan dalam bentuk buku dengan oplah terbatas (2002). Tanpa sempat jeda barang sejenak, tahun 2003 TNG langsung melanjutkan pendidikannya ke Program Pascasarjana (S2) PBSID FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin (lulus dengan predikat sangat memuaskan). Tesisnya berjudul Karakteristik Paribasa : Kajian Bentuk, Fungsi, Makna, dan Nilai telah diterbitkan dalam bentuk buku dengan oplah terbatas (2006).

Semua bahan kajian yang dikumpulkannya untuk keperluan menulis tesis ini pada tahun 2006 diterbitkan dalam bentuk buku berjudul Kamus Peribahasa Banjar (dengan jumlah entri/lema 1.538 buah, tahun 2007 sudah dicetak ulang), pada tahun 2011 diterbitkan Kamus Peribahasa Banjar dengan jumlah entri/lema sebanyak 9.058 buah).

Sejak tahun 1979, bekerja di lingkungan Departemen Tenaga Kerja. Transmigrasi, dan Koperasi (Depnakertranskop). Pernah bertugas di Kantor Binaguna Tenaga Kerja Kotamadya Banjarmasin (1978-1985), Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja Propinsi Kalimantan Selatan di Banjarbaru (1986), Kantor Kursus Latihan Kerja di Pelaihari (1986-1988), Kantor Kepaniteraan P4 Daerah Propinsi Kalimantan Selatan di Banjarmasin (1988-2006), dan sejak tanggal 1 Juni 2006 dipindah-tugaskan ke Balai Hyperkes dan Keselamatan Kerja di Banjarmasin.

Sejak tahun 2002, TNG menjadi dosen tamu untuk mata kuliah kajian prosa fiksi, kritik sastra, pendekatan struktural sastra, penelitian sastra dan pengajarannya, penulisan kreatif sastra, prosa fiksi dan drama, puisi, sastra Banjar, dan sosiologi sastra di PBSID STKIP PGRI Banjarmasin.

Kegiatan lain yang juga ditekuninya secara serius adalah sebagai Pengelola Harian Rumah Pustaka Karya Sastra dan Rumah Pustaka Folklor Banjar di Pusat Pengkajian Masalah Sastra (PUSKAJIMASTRA) Kalsel.

Mulai merintis karier sebagai penulis karya sastra sejak tahun 1980-an. Publikasi karya sastranya, meliputi puisi, cerpen dan esei sastra. Buletin/jurnal/ koran/majalah yang pernah memuat karya tulisnyanya antara lain: Buletin Antara Spektrum LKBN Antara, SKH Berita Buana, SKH Suara Karya, SKH Pelita, SKH Terbit, SKH Merdeka, SKM Swadesi, SKM Simponi, Majalah Senang, Majalah Idola, Majalah Topik. Majalah Misteri, SKH Media Indonesia, Majalah Warnasari, Majalah Intisari, Jurnal Kebudayaan (jurnal imiah Depdikbud), Majalah Mata Baca (semuanya terbitan Jakarta), SKH Jawa Pos, SKH Surya, Majalah Liberty (semuanya terbitan Surabaya), SKM Minggu Pagi (Yogyakarta), Majalah Bahana (Brunei Darussalam), SKH Banjarmasin Post, SKH Dinamika Berita, SKH Kalimantan Post, SKH Radar Banjarmasin, SKH Mata Banua, dan SKM Orbit Post (semuanya terbitan Banjarmasin).
Sejumlah tulisan TNG yang pernah dimuat di berbagai koran/majalah edisi online dapat dibaca kembali melalui website mesin pencari data : Google/Tajuddin Noor Ganie atau Yaaho/Tajuddin Noor Ganie. Email : tajuddinnoorganie@Yahoo. com

Antologi puisinya yang sudah diterbitkan adalah Bulu Tangan (HPMB, Banjarmasin, 1982),

Sedangkan antologi puisi bersama yang ikut memuat puisi-puisinya antara lain : Antologi Puisi ASEAN (Denpasar, 1982), Puisi Indonesia (Jakarta, 1987), Selagi Ombak Mengejar Pantai 6 (Selangor, 1989), Festival Puisi XII (Surabaya, 1990), Potret Pariwisata Indonesia Dalam Puisi (Jakarta, 1990), Festival Puisi XIII (Surabaya, 1992), Festival Puisi Kalimantan (Banjarmasin, 1992), Refleksi Setengah Abad Indonesia (Surakarta, 1995).

Selain itu, TNG juga telah menjadi editor untuk sejumlah penerbitan antologi puisi bersama terbitan Banjarmasin, antara lain : Dahaga-B.Post 1981 (1982), Banjarmasin Kota Kita (1984), Elite Penyair Kalsel 1979-1985 (1986), dan Festival Puisi Kalimantan (1992).

Buku sastra hasil karya TNG yang lainnya yang juga sudah diterbitkan dalam bentuk buku antara lain adalah : Penyair Kalsel Terkemuka Selepas Tahun 1980 (1992), Sejarah Lokal Kesusastraan Indonesia di Kalimantan Selatan (1995), Apa dan Siapa Sastrawan Kalsel (1985), Ensiklopedi Lokal Kesusastraan Indonesia di Kalimantan Selatan (Edisi 1995) (naskah aslinya disimpan di Perpustakaan KITLV Leiden, dan telah pula dimuat secara bersambung di SKM Media Masyarakat Banjarmasin, 1995-1996), Sketsa Sastrawan Kalimantan Selatan (bersama Jarkasi, Pusat Bahasa Banjarmasin, 2001), Profil Sastrawan Kalimantan Selatan 1930-1999 (berasal dari naskah Skripsi S1, PBSID STKIP PGRI Banjarmasin, 2002), Karakteristik Bentuk, Makna, Fungsi dan Nilai Peribahasa Banjar (berasal dari tesis S2, PBSID FKIP Unlam Banjarmasin, 2005), dan Kamus Peribahasa Banjar (Rumah Pustaka Folklor Banjar, 2006)

Buku kumpulan cerpennya berjudul Nyanyian Alam Pedalaman (bersama dengan Hadian Noor) telah diterbitkan oleh Pustaka Pelajar Yogyakarta pada tahun 1999. Novelnya berjudul Tegaknya Masjid Kami telah dimuat secara bersambung di SKH Radar Banjarmasin (2005).

Sejumlah cerpennya juga sudah dijadikan sebagai objek penelitian untuk penulisan skripsi oleh sejumlah mahasiswa PBSID STKIP PGRI Banjarmasin, antara lain : Profil Tokoh Antagonis dalam Cerpen-cerpen Tajuddin Noor Ganie (Fetty Dahliani, 2001), Profil Tokoh Protagonis dalam Cerpen-cerpen Tajuddin Noor Ganie (Ni Ketut Suwandi, 2001), Analisis Tema dan Penokohan Dalam Kumpulan Cerpen Karya Tajuddin Noor Ganie (Noorhidayat, 2003), Cerita Rakyat Etnis Banjar Sebagai Sumber Ilham Penulisan Kreatif Sastra : Analisis Hubungan Intertektualitas Penulisan Cerpen-cerpen Tajuddin Noor Ganie (Dra. Hj. Endang Sulistyowati, M.Pd, 2005), dan Gambaran Manusia Banjar dalam Cerpen-cerpen Tajuddin Noor Ganie di Majalah Idola Jakarta (Miftahul Jannah, 2009), Citraan dalam Antologi Puisi Bulu Tangan Karangan Tajuddin Noor Ganie (Mukhlis, 2010), dan Profil Tokoh Pendulang Intan dalam Cerpen-cerpen Karangan Para Cerpenis Kalsel (Raya Saidyah, 2010).

Forum sastra dan budaya yang pernah diikutinya antara lain : Forum Penyair Muda Delapan Kota Kalsel, (Banjarmasin, 1982), Apresiasi Puncak Penyair ASEAN (Denpasar, 1983), Siklus Lima Penyair Kalsel, (Banjarmasin, 1983). Festival Puisi XII (Surabaya, (1990), Festival Puisi XIII (Surabaya, 1992), Festival Puisi Kalimantan (Banjarmasin, 1992), Hari Sastera X (Shah Alam, Selangor, Malaysia, 1993), Festival Puisi XIV (Surabaya, 1994), Refleksi Setengah Abad Indonesia (Surakarta, 1995), Temu Penyair Nasional (Tasikmalaya, 1999), dan Dialog Borneo VII (Banjarmasin, 2003)

Berkaitan prestasi, reputasi dan dedikasinya sebagai sastrawan TNG telah menerima sejumlah penghargaan, antara lain : Penulis Esai Sastra dalam Rangka Bulan Bahasa dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (Jakarta, 1985), Pemuda Pelopor Bidang Seni Budaya dari Menteri Negara Pemuda dan Olahraga (Ir. H. Akbar Tanjung, 1991), Hadiah Seni Bidang Sastra dari Gubernur Kalsel (Drs. H. Gusti Hasan Aman, 1998), Penulis Naskah Fiksi Keagamaan dari Menteri Agama (Prof. Dr. Said Agil Husin al Munawar, (2002).

Alamat Rumah :
Jalan Mayjen Soetoyo S,
Gang Sepakat RT 13 Nomor 30,
Banjarmasin, 70119
Telepon Rumah (0511) 4424304
Telepon Selular : 08195188521
Email : tajuddinnoorganie@yahoo. co.id
Facebook : tajuddinnoorganie


Catatan Lain
Sepertinya TNG kurang konsen di puisi, buktinya sepanjang karir menulisnya, hanya terbit 1 kumpulan puisi, yaitu Bulu Tangan, buku yang awalnya diterbitkan oleh Panitia Penyelenggara Forum Penyair Muda Delapan Kota Kalsel di Banjarmasin, 18-19 September 1982. Buku yang ada di tangan saya adalah bukunya yang terbit tahun 2010, sebelum digarap Tuas Media. Sampulnya depannya masih polos dan kertas di dalamnya berwarna merah jambu. Buku itu saya beli ketika tim UWRF, yang diwakili Kadek Purnami, menyambangi Banjarmasin untuk sosialisasi di Taman Budaya. Seingat saya, bulan Desember 2011. Nah, TNG satu-satunya penulis yang menggelar buku-bukunya di even tersebut. Saya beli satu, 20.000,- rupiah harganya. Belakangan gencar Tuas Media yang digawangi Mahmud Jauhari Ali mempromosikan Bulu Tangan versi ber-ISBN.
            Buku Bulu Tangan yang saya pegang memuat 4 tulisan, yaitu Kiat-kiat dan Tahap-tahap Mengolah Diksi Puisi (Sebuah pengalaman pribadi dalam proses kreatif), dan Riwayat Hidup Puisi Saya Berjudul Datanglah ke Negeri Seribu Sungai, Di Tanah Korea Aku Terkenang Tanah Banjar, dan Perang Banjar (masing-masing satu tulisan).
            Dalam Riwayat Hidup Puisi Saya Di Tanah Korea…, disebutkan bahwa tidak sekalipun penulis menginjak tanah Korea. Ia hanya berburu referensi saja. Awalnya atas permintaan Peringatan Hari Bumi tahun 2000. Tapi Kenapa Korea, karena pihak yang berminat untuk mengeksploitasi kawasan hutan alam di pegunungan Meratus ketika itu adalah Korea. Begitu ceritanya.





3 komentar:

  1. Terima kasih, telah memuat puisi-puisi saya di blog ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ulun minta rela, Bang, lah... :D. Blog ini tempat ulun atau siapa saja untuk mengasah kepekaan puitik melalui karya-karya pendahulu. Salam.

      Hapus