Laman

Tonggak

Jumat, 04 Oktober 2013

K.H. A. Mustofa Bisri: OHOI


Data buku kumpulan puisi

Judul : Ohoi, kumpulan puisi-puisi balsem
Penulis : K.H. A. Mustofa Bisri
Cetakan : III, 1991 (cet. I: 1988 – stensilan, cet. 2: 1990 oleh P3M)
Penerbit : Pustaka Firdaus, Jakarta
Tebal : viii + 97 halaman (43 puisi)
Penyunting : Sapardi Djoko Damono
ISBN : 979-541-004-0
Disain kulit muka, tata letak, vignet : Abu Ienas
Pengantar : H. Soetjipto Wirosardjono

Beberapa pilihan puisi K.H.A. Mustofa Bisri dalam Ohoi

Keluhan

Tuhan, kami sangat sibuk.

1410


Kita Semua Asmuni atawa Asmuni Cuma Satu

Kita semua Asmuni
Kita satu sama lain
Tidak lain
Asmuni semua

Anak-anak Asmuni
Orang-orang Asmuni
Tuan Asmuni
Raden Asmuni
Bapak Asmuni
Kiai Asmuni
Politikus Asmuni
Pemikir Asmuni
Pembaru Asmuni

Kita semua Asmuni
Kita satu sama lain
Tidak lain
Asmuni

Sayang
Asmuni yang jujur cuma satu
Asmuni yang menghibur
Cuma satu

1988
Dengan permohonan maaf dari Asmuni Andiweky dari Group Lawak Srimulat



Kalau Kau Sibuk Kapan Kau Sempat

Kalau kau sibuk berteori saja
Kapan kau sempat menikmati mempraktekkan teori?

Kalau kau sibuk menikmati praktek teori saja
Kapan kau memanfaatkannya?

Kalau kau sibuk mencari penghidupan saja
Kapan kau sempat menikmati hidup?
Kalau kau sibuk menikmati hidup saja
Kapan kau hidup?

Kalau kau sibuk dengan kursimu saja
Kapan kau sempat memikirkan pantatmu?
Kalau kau sibuk memikirkan pantatmu saja
Kapan kau menyadari joroknya?

Kalau kau sibuk membodohi orang saja
Kapan kau sempat memanfaatkan kepandaianmu?
Kalau kau sibuk memanfaatkan kepandaianmu saja
Kapan orang lain memanfaatkannya?

Kalau kau sibuk pamer kepintaran saja
Kapan kau sempat membuktikan kepintaranmu?
Kalau kau sibuk membuktikan kepintaranmu saja
Kapan kau pintar?

Kalau kau sibuk mencela orang lain saja
Kapan kau sempat membuktikan cela-celanya?
Kalau kau sibuk membuktikan cela orang saja
Kapan kau menyadari celamu sendiri?

Kalau kau sibuk bertikai saja
Kapan kau sempat merenungi sebab pertikaian?
Kalau kau sibuk merenungi sebab pertikaian saja
Kapan kau akan menyadari sia-sianya?

Kalau kau sibuk bermain cinta saja
Kapan kau sempat merenungi arti cinta?
Kalau kau sibuk merenungi arti cinta saja
Kapan kau bercinta?

Kalau kau sibuk berkhutbah saja
Kapan kau sempat menyadari kebijakan khutbah?
Kalau kau sibuk dengan kebijakan khutbah saja
Kapan kau akan mengamalkannya?

Kalau kau sibuk berdzikir saja
Kapan kau sempat menyadari keagungan yang kau dzikiri?
Kalau kau sibuk dengan keagungan yang kau dzikiri saja
Kapan kau kan mengenalnya?

Kalau kau sibuk berbicara saja
Kapan kau sempat memikirkan bicaramu?
Kalau kau sibuk memikirkan bicaramu saja
Kapan kau mengerti arti bicara?

Kalau kau sibuk mendendangkan puisi saja
Kapan kau sempat berpuisi?
Kalau kau sibuk berpuisi saja
Kapan kau memuisi?

(Kalau kau sibuk dengan kulit saja
Kapan kau sempat menyentuh isinya?
Kalau kau sibuk menyentuh isinya saja
Kapan kau sampai intinya?
Kalau kau sibuk dengan intinya saja
Kapan kau memakrifati nya-nya?
Kalau kau sibuk memakrifati nya-nya saja
Kapan kau bersatu denganNya?)

“Kalau kau sibuk bertanya saja
Kapan kau mendengar jawaban!”

1987


Mula-mula

Mula-mula mereka beri aku nama
Lalu dengan nama itu
Mereka belenggu tangan dan kakiku

1987


Identitas atawa Aku dalam Angka

namaku mustofa bin bisri mustofa
lahir sebelum masa anak cukup 2
sebagai anak ke 2 dari 9 bersaudara
rumah kami nomer 3 jalan mulia
termasuk 1 dari 17 erte di desa
leteh namanya – 1 dari 34 desa di kecamatan kota –
1 dari 14 kecamatan di kabubaten
rembang namanya – 1 dari 5 kabupaten
di karesidenan pati –
1 dari 6 karesidenan di propinsi jawa tengah –
1 dari 27 propinsi di indonesia
1 dari 6 negara-negara asean di asia –
1 dari 5 benua di dunia –
1 dari sekian “kacang hijau” di semesta.
cukup jelaskah aku?

1987


Istriku

Kalau istriku tidak kawin denganku
Dia bukan istriku tentu
Aku kebetulan mencintainya
Diapun mencintaiku
Seandainya pun aku tidak mencintainya
Dan dia tidak mencintaiku pula
Dia tetap istriku
Karena ia kawin denganku

1987


Guruku

Ketika aku kecil dan menjadi muridnya
Dialah di mataku orang terbesar dan terpintar
Ketika aku besar dan menjadi pintar
Kulihat dia begitu kecil dan lugu
Aku menghargainya dulu
Karena tak tahu harga guru
Ataukah kini aku tak tahu
Menghargai guru?

1987


Orang Penting

Orang penting lain dengan orang lain
Dia beda karena pentingnya
Bicaranya penting diamnya penting
Kebijaksanaannya penting
Ngawurnya pun penting
Semua yang ada padanya penting
Sampai pun yang paling tidak penting
Jika tak penting lagi
Dia sama dengan yang lain saja

1987


Puisi Balsem dari Tunisia

Di festival puisi di negeri Abu Nuwas
Kepalaku pening setiap hari
Dicekoki puisi-puisi mabok puji
Padahal aku tidak membawa
Puisi-puisi balsemku yang manjur istimewa

Untung seorang penyair Tunisia
Munsif Al-Muzghany namanya
Di samping beberapa kumpulan puisinya
Dia membawa puisi-puisi balsem juga rupanya
(Puisi balsem cukup universal juga ternyata!)
Satu di antaranya begini bunyinya:

Ada seekor kambing
Nyelonong masuk gedung parlemen
Dan mengembik
Maka tiba-tiba saja
Menggema di ruang terhormat itu
Paduan suara : setujuuu!

Peningku sejenak hilang
Ternyata puisi balsem Tunisia
Lumayan manjur juga

Baghdad (memang ditulis di Baghdad, tapi disebutkan di sini sambil bergaya), 27 November 1989


Nyanyian Kebebasan atawa Boleh Apa Saja

Merdeka!
Ohoi, ucapkanlah lagi pelan-pelan
Merdeka
Kau ‘kan tahu nikmatnya
Nyanyian kebebasan
            Ohoi,

Lelaki boleh genit bermanja-manja
Wanita boleh sengit bermain bola
Anak muda boleh berkhutbah dimana-mana
Orang tua boleh berpacaran dimana saja

Ohoi,
Politikus boleh berlagak kiai
Kiai boleh main film semau hati
Ilmuwan boleh menggugat ayat
Gelandangan boleh mewakili rakyat

Ohoi,
Dokter medis boleh membakar kemenyan
Dukun klenik boleh mengatur kesejahteraan
Saudara sendiri boleh dimaki
Tuyul peri boleh dibaiki

Ohoi,
Pengusaha boleh melacur
Pelacur boleh berusaha
Pembangunan boleh berjudi
Penjudi boleh membangun

Ohoi,
Yang kaya boleh mengabaikan saudaranya
Yang miskin boleh menggadaikan segalanya
Yang di atas boleh dijilat hingga mabuk
Yang di bawah boleh diinjak hingga remuk

Ohoi,
Seniman boleh bersufi-sufi
Sufi boleh berseni-seni
Penyair boleh berdzikir samawi
Muballigh boleh berpuisi duniawi

Ohoi,
Si anu boleh anu
Siapa boleh apa
Merdeka?

1987


Pilihan

Antara kaya dan miskin tentu kau memilih miskin
Lihatlah kau seumur hidup tak pernah merasa kaya

Antara hidup dan mati tentu kau memilih mati
Lihatlah kau seumur hidup mati-matian mempertahankan kematian

Antara perang dan damai tentu kau memilih damai
Lihatlah kau habiskan umurmu berperang demi perdamaian

Antara beradab dan biadab tentu kau memilih beradab
Lihatlah kau habiskan umurmu menyembunyikan kebiadaban dalam peradaban

Antara nafsu dan nurani tentu kau memilih nurani
Lihatlah kau sampai menyimpannya rapi jauh dari kegalauan dunia ini

Antara dunia dan akhirat tentu kau memilih akhirat
Lihatlah kau sampai menamakan amal-dunia sebagai amal akhirat

Antara ini dan itu
Benarkah kau memilih itu?

1410/1989


Suwuk Kulhu Sungsang

Sato sampai sato mati
Jalma sampai jalma mati
Maling sampai maling mati
Rampok sampai rampok mati
Tamak sampai tamak mati
Lalim sampai lalim mati
Tiran sampai tiran mati
Buta sampai buta mati
Hantu sampai hantu mati
Setan sampai setan mati
Niatbusuk sampai niatbusuk mati
Atas pertolongan Pasti.

1411


Suwuk Solibin

Solibin solimat
Bimat busipat

Langitmu tanpa mendung
Lautku tanpa garam
Mendung bagianku
Garam bagianmu

Solibin solimat
Bimat busipat

Pundakmu tanpa beban
Bebanku tanpa pundak
Hakmu tanpa kewajiban
Kewajibanku tanpa hak

Solibin solimat
Bimat busipat

Kaukemas keserakahan dalam amal kesalehan
Kukemas kecemasan dalam senyum kekalahan
Kaubungkus kebusukan dalam kafan sutera
Kubungkus kepedihan dalam dada membara

Solibin solimat
Bimat busipat

Kau keparat!

1410


Suwuk Manikcemar

sang manikcemar
telah tergenggam tangan
nyawamu

runduk tunduk
merunduk
tunduk runduk
menunduk

merunduk
menunduk
tunduk
runduk
terbentuk!

tengkukmu pakubengkok
lututmu sikusiku
gagukaku
kakugagu

tak tidak
tak tak

tak tidak      tak tak
tak tak      tak tidak
tak tidak      tak tak

gagukaku
kakugagu
kaku semua
gagu semua

semua ya ya ya        ya saja
yayaya  yayaya  yayaya  saja

yayaya

yayaya  saja

laa ilaha illallah muhammadur rasuulullah

1410


Tentang K.H. A. Mustofa Bisri
K.H. A. Mustofa Bisri atau biasa dipanggil Gus Mus, lahir 10 Agustus 1944, putra dari KH. Bisri Mustofa, ulama dari Rembang. Masa kecil dan remaja dihabiskan di lingkungan pesantren. Tercatat pernah nyantri di Pesantren Lirboyo Kediri, Pesantren Krapyak Yogyakarta dan Pesantren Raudlatut Thalibien Rembang, kemudian melanjutkan studi di Universitas Al-Azhar Kairo. Saat ini, beliau menjadi pengasuh di Pesantren Raudlatut Thalibien Rembang. Karya tulisnya banyak tersebar di media massa dan dibukukan, mengupas masalah keislaman, politik, sosial, budaya. Gus Mus telah menerbitkan beberapa buku kumpulan puisi, antara lain: (1). Ohoi, Kumpulan Puisi Balsem, (2). Tadarus, Antologi Puisi, (3). Mutiara-mutiara Benjol, (4). Pahlawan dan Tikus, (5). Syair Asma’ul Husna (bahasa Jawa), (6). Rubaiyat Angin dan Rumput, (7). Wekwekwek.

Catatan Lain
Buku yang saya culik dari rak buku Hajri ini terbagi atas 5 bagian, yaitu Puisi-puisiku (14 puisi), Puisi-puisimu (3 puisi), Puisi-puisi Kita (15 puisi), Puisi-puisi Suwuk (10 puisi) dan Puisi-puisi Tamu (18 puisi). Jika ditotal ada 60 puisi. Namun di bagian keterangan saya tulis hanya 43 puisi. Ini karena, kecuali Puisi Balsem dari Tunisia, maka puisi dalam Puisi-puisi Tamu adalah benar-benar puisi tamu. Ada 17 puisi tamu yang ikut bercokol, mulai dari Leon Agusta, Yudhistira Ardi Noegraha, Ajip Rosidi, Abrar Yusra, Abdurrahman Wahid, Sutardji Calzoum Bachri, Ibrahim Sattah, Abdul Hadi W.M., Sapardi Djoko Damono, Agus Dermawan T, Taufik Ismail, D. Zawawi Imron, Kuntowijoyo, Emha Ainun Nadjib, Rutger Kopland, Danarto, dan A. Hamid Jabbar. Saya tampilkan beberapa puisi:

SUEZnya ABDURRAHMAN WAHID

Kota Suez kota sepi
Kota Suez kota kering
Dengan angin suara kami beriring
Dendang membelah hati

Kau yang jauh dari kami
Kota Suez beri gamitan padamu

Kami beri lagu untukmu
Lagu sunyi hati kami


LUKAnya SUTARDJI ZALZOUM BACHRI

Ha ha


DOAnya AGUS DERMAWAN T.

taman melayu tanah mengabu burung-burung membisu
Tuhan kembalikan KAU padaku!


PUISInya DANARTO











Di sampul belakang buku, ada komentar SCB, yang di sana ditulis al-Haj Sutardji Calzoum Bachri, ada sekitar 4 paragraf. Tulis SCB: Gaya pengucapannya tidak berbunga-bunga. Ia bukan juru hias, bukan tukang kebun penjaga taman kata-kata. Ia memang tidak menyibukkan diri merapikan atau memangkas kata-kata dan menumbuhkan bunga-bunga basa-basi puitika. Maka sajak-sajaknya tidak berupaya untuk bercantik-cantik dalam gaya ucapan atau kejutan gaya pengucapan. Tapi lewat kewajaran dan kesederhanaan berucap atau berbahasa yang tumbuh dari ketidak-inginan untuk mengada-ada. Bahasa langsung, gamblang, namun tidak menjadikan puisinya tawar atau klise. Ini disebabkan ada bernas yang ditampilkannya, dari ucapan puisinya. Ada kearifan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar