Laman

Tonggak

Rabu, 01 Juli 2015

Iberamsyah Barbary: ASMAUL HUSNA




Data buku kumpulan puisi

Judul : Asmaul Husna, Membuka Jalan Menggenggam Cinta
Penulis : Iberamsyah Barbary
Cetakan : II, Januari 2012 (Cet. I, Agustus 2011)
Penerbit : Kelompok Studi Sastra Banjarbaru (KSSB), Banjarbaru.
Dicetak : PT. Grafika Wangi Kalimantan
Tebal : xvi + 112 halaman (101 puisi)
ISBN : 978-979-1333-06-1
Editor : HE. Benyamine
Penyunting Bahasa : Ali Syamsudin Arsi
Perancang sampul : Deden K.F
Penata letak : Ahmad Syahmiran, Syah Ridha Nugraha Barbary

Beberapa pilihan puisi Iberamsyah Barbary dalam Asmaul Husna

Maha Belas Kasih
(AR –RAUF)

Angin berhembus berputar dan beredar
Ke setiap celah dan sudut yang berdenyut
Bergelora pada jagat, kehidupan tata surya manusia
Membelai dan menyentuh, sel-sel yang memecah diri
Tumbuh, mengalirlah angin berdesah pada napas
Memburu desah deru kehidupan yang dinamis
Menggeliat dari sumber yang sama
Energi Ilahiah yang Maha Belas Kasih

Biji-bijian terlindung dalam kulit,
yang mencengkeram kuat
Terbuai ulat dalam kepompong
Bermimpi terbang dalam damai
Menunggu kupu-kupu terbangun pagi hari
Biji-bijian tumbuh menyeruak,
yakin berdaun hijau
Ditopang akar, pohon dan ranting
Kupu-kupu mengepak sayap,
di antara pepohonan yang berbunga
Ada madu kehidupan, Sang Maha Belas Kasih

Tersungging senyum semua makhluk
Langit membuka pintu, memukau tebar cinta-Nya
Mengalir semerbak wangi aroma taman surga
Kasih sayang yang disajikan
Bagai pemegang teguh cinta setia
Itulah secercah cahaya yang menyelinap
Dari Maha Pemilik Kerajaan
Tersimpan di hati yang menjaga nyala dengan
Keyakinan yang teguh


Yang Maha Sabar
(ASH - SHABUR)

Debu-debu berputar dalam deru cinta-Nya
Angin kasmaran, dengan sabar memberi cahaya
Dalam gelap cinta, meraba pegangan pasti ada
Rumbai-rumbai cahaya terang, terus berputar
Mengintari titik terang membungkus rasa, menebar
Benderang di hati yang sabar

Sabar tertelungkup, sujud
Berdiri tegak berputar, senyum damai yang telah dirajut
Asik mengintari cahaya,
cinta di hati, rindu membara

Sadar mengapung
Dalam cinta yang membumbung
Di permukaan pusaran buih-buih rindu menanti
Genggam cinta erat-erat di hati

Teruslah mengapung di permukaan
Pusaran cinta, sabar dalam penantian
Sampai berbunga mekar, harum semerbak menebar santun
Dipetik, dalam taman surga
Genggam cinta selama kasih sayang-Nya berbunga


Maha Mencegah
(AL – MANI)

Anak kecil menangis, gagal naik tangga
Sayang ibu memukulnya, dengan sakit setengah hati
Patah-patah lebih sakit, menyiksa raga
Pukulan ibu, pembelajaran sabar, naluri cintanya yang hakiki
Menunggu hikmah untuk tersenyum bangga
Terampil naik, memanjat dan mendaki

Nyanyi sedih tentang kehilangan cinta
Nyanyi derita membawa duka
Nyanyi sengsara nasib, lukalah jiwa
Lagu-lagu yang melukai permukaan hati
Pedih berdarah-darah belum membawa arti
Kasih sayang-Nya mencegah ada yang patah hati
Membuat lagu berhenti bernyanyi

Sedih, derita, sengsara, paduan suara hidup menyapa
Getaran hikmah menembus langit harapan
Dengan lagu-lagu sejuta cinta merebut rasa
Menunggu langit tertawa, dengan hujan
Sang Maha Mencegah, mendengar gelegar rindu
Awanpun berduyun-duyun,
Membuka pintu langit biru
Mengalirlah berkah, bintang-bintang berselimut awan

Mereka yang sadar untuk tengadah, hatipun menyatu rasa
Hujan telah membasahi ladang rindu-Nya
Mencegah kemarau, hidup para kekasih terancam dahaga
Terdampar dalam derita,
Yang merusakan benih-benih rindu yang menyemai cinta
Karena Dia Maha Memberi Derita


Yang Maha Melindungi
(AL – WALIY)

 I.         Dalam tebaran cahaya menyelusup sunyi membinar
        Menyentuh pundak-pundak hamba
        Hati yang berbunga, tumbuh di taman, mekar
        Harum ditebar, pesona semerbak perlindungan-Nya
        Tertanam dalam sadar, cinta yang berwarna tidak pudar

 II.      Bayi lelap dalam pelukan dan kehangatan kasih
        Ibu tersenyum dalam tetes air yang tulus
        Kehangatan sayang dan kasih
        Kekuatan ibu memberi lindungan damai meredam tangis
        Berlimpah embun lemak manis, rasa mengalir tak ada pamrih
        Tumbuhlah sang jabang bayi dalam perlindungan-Nya yang manis

 III.                       Rakyat dilindungi oleh para pemimpin, dengan
        Ketegasan dan kebijakan yang berbunga iman
        Tegaknya hokum dan keadilan tanpa keberpihakan
        Kendati langit runtuh menimpa istana dan singgasana
        Mengalirlah lindungan-Nya dalam kekuatan wibawa
        Negara dilindungi oleh pemimpin yang amanah,
        melaksanakan sumpah
        Kesejahteraan merata tidak pilih kasih
        Sampai ke ujung negeri, kampung-kampung sunyi
        Ideologi, senjata utama pertahanan Negara
        Iman, pupuk amanah, menyuburkan nasionalisme yang terpatri
        Menghadang angin panas, gersang yang terus datang bergelombang
        Kekuatan perlindungan yang tumbuh dari amanah yang putih bersih
        Yang Maha Melindungi, bersemayan dalam cahaya benderang
        Di hati yang mengukir amanah
        Layak dipuji oleh yang Maha Terpuji
        Terangkatlah nilai wibawa dan martabat
        Para manusia yang hanya berlindung di keteduhan
        Maha Melindungi


Maha Luhur
(AL – JALIL)

Dia yang Agung Maha Luhur
Kasih sayang, mengalir ke segala relung jiwa
Mahluk penghuni alam semesta

Dia yang Besar Maha Luhur
Digenggam-Nya kemutlakan tiada tara
Meninggikan dan memuliakan
Merendahkan dan menghinakan

Bertasbihlah segala mahluk dalam sumbunya
Saling menjaga batas edar dan kehendak rasa
Zikir menjaga amanah, keseimbangan jiwa
Damai di bawah naungan, keteduhan singgasana-Nya

Getar Ilahiah, mewujudkan
Mengalir, menyebar, membesarkan
Bersatu lagi, di kedalaman samudra kuasa
Biru, sunyi, damai, di alur luhur cinta
 Yang Maha Pemurah


Yang Mengadakan dari Tiada
(AL – BARI)

Dari tiada ada, tidak dari apa-apa
Menjadi ada
Tiada ada logika, dari sesuatu apa
Menjadi ada

Logika bukan alat menilai segala
Dari tiada menjadi ada
Karena logika dari tiada ada menjadi ada

Terbatas dalam ada
Tak akan mampu menilai yang telah ada
Apalagi yang tersembunyi dalam rahasia
Logika meraba kasih
Manis mengalir, membentuk rasa di hati yang papa

Dia sumber segala cinta, yang tersembunyi
Ditabur Nya lah cinta dalam cipta yang nyata
Bergeloralah cinta para manusia, di hati
Menggulung rasa, mengenal dan mencari
Maha Pembentuk dari tiada bentuk
Karena Dia ada, membentuk cinta yang mutlak


Yang Awal
(AL – AWWAL)

Apa yang terjadi sebelum ledakan besar
Menggoncang sendi-sendi kebodohan ini
Barang kali tirai semesta, yang gelap pekat gulita, lalu pudar
Lorong yang sangat besar, sepi
Ruangan terang benderang menyilaukan
Atau gemuruh bermacam deru dan bunyi
Berseteru, bergumul, bergolak lebur dalam satu tarikan
Menuju muara permukaan yang kabut sunyi
Atas kehendak-Nya yang indah dalam sebuah tatanan

Otak membeku, daya pikir semakin gelap rasa meraba
Mencari tepi mimpi, yang penuh rahasia
Ditangan-Nyalah kunci Pandora, lorong pintu langit terbuka
Segala cinta awal bermula, hatipun luruh mengenal cinta
Zat yang wujudnya tidak ada permulaannya

Tanda kekuasaan, kebesaran dan kekuasaan-Nya
Cahaya cinta berlabuh dalam denyut para makhluk mengayuh
Punya cerita permulaan dan leluhur yang mendahuluinya
Punya cerita akhir terputus dari silsilah, walau sudah tertatah
Terhapus dalam cerita, tiada ada daya dalam sejarah
Wujud para makhluk dari tiada ada, menjadi ada
Melangkah dinamis kembali tidak ada cerita
Lebur dalam cahaya cinta Yang Maha Akhir tidak berkesudahan


Maha Seimbang
(AL - MUQSIT)

Diberi-Nya kekayaan,
agar menebar isi dan berbagi
kepada yang memerlukan
Diberi kekuasaan, diri
untuk melayani, sesama insan
mengatur dan menata untuk keseimbangan rasa
Diberi kesempatan,
agar dinamis menangkap, ayat-ayat-Nya,
dan mengamalkan dengan penuh keyakinan

Yang kaya menyantuni yang miskin
Yang pintar dan cendikia,
memberi bimbingan dan pemberdayaan
Yang miskin sadar rasa,
berbenah diri tumbuh pintar
Yang merasa bodoh sadar,
bangkit belajar,
tumbuh pintar kebangkitan diri untuk mengejar

Pintu Maha Keseimbangan-Nya,
selalu terbuka
Bagi yang sadar dan mengerti
Yang Maha Mengumpulkan, di alam nanti
memberi isyarat
Agar menjadi kuat,
bersinergi dengan iman yang melekat


Yang Maha Dibutuhkan
(ASH – SHAMAD)

Dia yang memandu hati para manusia
Dalam lorong-lorong rasa, ketika gelisah menerpa
Membuat letih dan dahaga
Terkadang kita lupa
Bahwa kebutuhan telah tersedia, nyata

Telah ditebar dan disemai-Nya rejeki, para makhluk
Berlimpah dan cukup sebatas timbul dan tenggelamnya matahari
Telah ditebar rasa kasih sayang, di semua rasa
Agar kebutuhan cinta mencintai, damai dalam hidup

Bahwa manusia harus mengerti untuk berbagi
Dengan alam yang mengandung benih
Bahwa manusia harus mengerti
Menata rejeki, bercocok tanam, berniaga dengan gigih
Menempa dan menggali
Agar berkeadilan seimbang dalam pamrih
Harmoni kasih, damai di bumi

Dipenuhi segala kebutuhan hasrat
Segala yang tersirat dan tersurat
Dalam dimensi dan tendensi
Perbendaharaan, potensi-Nya, meliputi dan melingkupi
Kuasa-Nya, semesta raya tak bertepi


Yang Maha Hidup
(AL – HAYY)

Zat Yang Maha Hidup dalam kesendirian
Zat yang selalu ada, dan hidup dengan segala sifat
Sumber segala kehidupan seluruh makhluk
Dia di mana-mana, tapi tidak berketentuan di mana-mana
Ruang dan waktu sirna dalam zat dan sifat-Nya
Energi mengalir dahsyat mendenyutkan kehidupan nyata
Gambaran cinta yang tidak terhingga

Sepercik cahaya, dalam bongkahan tanah liat yang fana
mengalir berjuta-juta sungai besar dan kecil, menyelusup
Deras mengalir, jernih hangat membangkit gairah rasa
Di telaga dan danau, berlimpah kehidupan, berkecipak dan mengepak sayap
Tertata indah geliat, menyelam terbang dan berlari menyibak angkasa

Renik-renik yang tidak terhingga
Membentuk wujud, atas kehendak-Nya, tertatalah asa dan rasa
Taman dunia dengan pusparagam, pelangi kehidupan makhluk
Manusia puspa jelita, terindah di taman cinta yang elok

Sepercik cahaya kasih sayang-Nya kepada insan
Akal budi dan kecerdasan bersemayan dalam kalbu
Untuk memilah-memilih, menimbang dan memutuskan
Hitam atau putih, kecerdasan hidup menggenggam kalbu
Cermin iman dan taqwa para insan
Dalam tatapan yang Maha Mandiri dalam kuasa-Nya selalu


Maha Suci
(AL – QUDDUS)

Kita mengalir bagai anak-anak sungai
Hulu ke hilir mengangkut tingkah laku yang lalai
Hitam, kelabu, coklat, kusam keruh berbau
Lewat menguap bersama angin lalu
Kalau demikian,
Kita mengalir membawa limbah, sampah kesia-siaan
Dalam najis-najis yang memberhala dalam pikiran
Jangan sampai kejebak dalam selokan dan kubangan
Kering dalam lumpur pekat berbau comberan

Mengalirlah dengan arus deras, ke muara
Menguras segala dekil di hati yang ada
Laut lepas menggarami semua bangkai-bangkai terbantai
Dia Sucikan segala tulus yang ikhlas melebur hati yang lalai
Di kebiruan yang jernih
Menguap dalam butir-butir air, sinar matahari yang cerah
Menunggu singgasana langit, di rembulan yang menawan
Dalam ke Maha Sucian
Mengalir jernih, menuju Salam keabadian


Yang Maha Bercahaya
(AN – NUR)

Terhampar dan terbentang luas tata surya
Bertatah sinar cahaya surga
Berkeindahan, menyingkap tabir gelap di hati manusia
Warna-warna bertebaran adalah ayat-ayat-Nya

Sinar menuntun gelap,
Membangunkan hamba-hamba yang disergap lelap
Mambungkus hamba yang sadar
Sinar dan cahaya tak berkesudahan menyentuh
Jauh di dalam tata surya galaksi manusia yang utuh
Bersemayang bintang terang-Nya,menghias jiwa-jiwa

Sinarnya-Nya pembuka tabir gelap
Cahaya gemerlap,
Tuntunan dan petunjuk, untuk mata hati yang mampu menangkap
Menuju sumber kebenaran
Yang telah terhampar untuk sebuah kemenangan


Maha Pengasih
(AR – RAHMAN)

Dia belai cipta-Nya dengan kasih
Lebih kasih dari pada induk yang meneteskan air kasih
Lebih kasih dari pada ibu-ibu, mendekap sayang
Yang meredakan tangis bayi-bayi, yang merasa kehilangan seseorang
Mencari puting kehidupan, digairah para wanita yang berbunga harum
Kasih mengalir pada perputaran siang dan malam
Tiada henti
Tiada akan pernah berhenti
Sekalipun manusia lupa tentang janji
Lupa diri

Kasih tidak identik dengan jarum jam yang berhenti
Dengan pertukaran kekuasaan antara siang dan malam saling menepi
Terik panas yang membikin padang savana terbakar, dan
Air laut meninggi, dataran pulau-pulau menyelinap perlahan
gelombang mendebur berbusa duka, biru laut tersedu disela karang yang tegak
Ribut makhluk, kehilangan tempat berpijak,
gairah tidak terkendali, di pusaran waktu menghela nafsu
Kasih ada pada nyala dan menyelinapnya pulau
Tidak ke mana-mana, dibalik warna prilaku manusia yang selalu memburu

Sedalamnya laut yang tidak tertembus sinar matahari
Binasa manusia menghendakinya, kalau tidak sadar
Kasih ada pada kegelapan yang sangat dalam sekali
Manusia hanya mampu meluncur layar
Meniti gelombang di permukaan laut menguji sabar
Kasih, ada pada rasa di hati
Rasa yang tumbuh mencuat ke atas dan berkembang
Tumbuh rimbun pada iman yang mekar berseri
Tidak berhenti berbunga sayang
Harum semerbak menggapai
Cinta-Nya Maha Penyayang


Yang Memuliakan
(AL – MU’IZZ)

Kesadaran yang telah memutihkan hati
Dari kelabu, yang hitam mengentali
Darah beku, mencemari denyut jantung berdetak
Iman tersumbat dalam cahayanya, retak

Hati yang putih berkibar dalam semangat
Harga diri fitrah universal, kekuatan membunuh gengsi yang melekat
Kemenangan iman yang ditancapkan kuat
Warna Rahmatan Lila’lamin
Dalam sadar kita menghindar, dari sandiwara yang mengsyikkan
Menggoda, perangkap lakon yang dihinakan

Dia yang memuliakan
Dia pula yang menghinakan
Adalah sayang dalam ujian
Berbuah penilaian hitam putih, sebuah warna
Di tangannya rahasia, tak terduga
Kesadaran segala-galanya bermanja
Dalam suka duka
Syukur
Syukur
Syukur, putih, suci
Kesadaran yang tinggi
Cahaya kemuliaan
Selamat diri melangkah pada alur kehidupan
Dia yang menghinakan, bagi yang lalai dengan kemuliaan


Maha Perkasa
(AL – AZIZ)

Dia tidak meninggalkan hambanya yang terpuruk duka
Ketika direndahkan dalam hina
Ladangnya sedang dalam berbunga
Mekar hatinya, menatap rintik-rintik air
Senyumnya hanyut ke mana air mengalir

Diangkat-Nya ke permukaan,
mereka-mereka yang tidak menanam, perasaan
dendam berbunga benci
Diluaskan pandang dan padang perburuan, mencari
Mereka-mereka yang damai dalam mengembalakan nafsu
Dalam rentang kendali yang terukur
Debur gelombang menyisir pantai,
bergaris putih suci berseri

Kendati abrasi memahat mengukir tebing
Kikis terkikis rona tak terelakan
Karena gelombang dan debur adalah zikir
Wujud nyata sebagai berkah dan kekuatan
Diri yang hadir dalam perjalanan mencari warna percintaan

Maha Perkasa sahabat sejati iman melekat
Ketika ragu datang memberi warna
Pilihan buah simalakama
Melebur ragu dalam paksa memetik
Memilih sebuah wujud kebenaran yang sudah terbetik
Bimbingan nyata sang Maha Pemaksa


Yang Tidak Nyata
(AL – BATHIN)

Engkaulah zat yang Maha Tersembunyi
Yang tidak tertangkap oleh pandang dan logika
Berdenyut dalam rindu, mencari
Angin berhembus membelai halus, terasa
Gairah sejuk memeluk, damai
Layar terkembang lebar membentang menangkap suasana
Canda angin denyut rindu menghembus
Meluncurlah perahu, beralas biru laut yang tulus
Mewujud dalam rasa yang halus dan tulus

Wahai yang tersembunyi, di balik tirai kaca gelap
Tembus pandang-Mu, menjelajah semesta bening menyergap
Membasuh dinding-dinding hati yang berlumpur
Agar kami bisa menyelinap pandang dalam ruang yang samar
Rindu pada berbunga
Menghirup wangi, yang tersembunyi di hati yang bernyayi
Engkau Maha Menguasai taman hati para manusia


Maha Memperhitungkan
(AL – HASIB)

Setiap makhluk telah dicukupkan,
dengan hitungan
Nikmat mengalir dalam gerak
Do’a dan ikhtiar ditebar semerbak
Gerak do’a dilengkapi dengan kekuatan iman
Gerak ikhtiar dilengkapi dengan kekuatan akal dan pikiran
Itulah makhluk manusia menerjemahkan

Hewan dan tumbuh-tumbuhan
Kekuatan dan nalurinya
Kehidupan dan habitatnya
Air, angin, bulan dan matahari membentuk musim yang membawa
Menambah rimbunnya cinta bertarung di padang buruan
Saling mengisi dan memberi
Menatap Dia Yang Penuh Keagungan

Diperhitungkan segala yang diberi
Yang tercecer sia-sia, tergenggam dan terbagi
Cahaya menuntun dalam terang yang luhur
Keseimbangan perhitungan mengatur
Yang nyata maupun yang tersembunyi
Dia Maha Luhur dalam menata dan memperhitungkan
Kuasa-Nya tak terhingga dalam menilai


Tentang Iberamsyah Barbary
Iberamsyah Barbary lahir di Kandangan, Kalimantan Selatan, 2 Januari 1948. Sempat berkarir sebagai guru, sebelum kemudian bekerja di Asuransi Jiwasraya hingga pensiun. Saat ini tinggal di Banjarbaru dan bergabung dengan Kelompok Studi Sastra Banjarbaru.


Catatan Lain
Ada 3 nama di sampul belakang yang memberi komentar, yaitu Hamami Adaby (alm), Burhanuddin Soebly (alm) dan Ibramsyah Amandit. Di bagian dalam, pun ada pengantar penerbit yang diwakili oleh penyair Arsyad Indradi dan ada pula pengantar Penyair, yang diwakili oleh Ali Syamsudin Arsi. Di bagian biodata penyair, sepertinya belum ada daftar buku yang sudah diterbitkan, sepertinya ini buku pertama, padahal kini penulis juga dikenal dengan penulis gurindam 1001.
Saya berterima kasih kepada isteri saya, yang sangat membantu dalam pengetikan puisi-puisi ini, sebagaimana sang penyair, yang mendedikasikan buku ini untuk sang isteri, tiga anak dan tiga menantu, sepertinya.
            Jika kita sepakat dengan asmaul husna, tentu ingatan kita akan melayang pada jumlahnya yang hanya 99 nama. Nah, di buku ini ada 101 puisi. Ada 2 puisi yang mengapit 99 puisi utama, yaitu puisi 99 Warna Cinta dan Membaca. Keduanya dengan format penulisan di tengah (center). Berikut puisinya:

99 Warna Cinta

Aku hanya tahu 99 warna dari ayat-ayat-Mu
Terangi aku dengan cahaya warna-warna tak terhingga
melukis menarik garis, cinta
Aku ingin melukis
dalam terangnya hati
Tidur dan bangunku
Luruh tumpah di kanvas sujud
Air mata rindu

Tarikan kuas, napas
Belum berkeindahan
Hatiku sendu membaca arti yang tersimpan
Bagaimana aku bisa
Menjadi warna, melukis cinta di depan mata

Apakah aku harus menyelam
Di telaga warna
Aku duduk di batu besar
diam memandang dalam
Cintaku berkecipak di permukaan
Berbaur dengan rindunya alam
Sekitar melukis indah, yang terbawa angin
Hanya inilah lukisan cintaku
Sekelumit rindu memendam
Guruh mata air yang terhunjam

Izinkan aku
Izinkan aku
Izinkan aku menyentuh air telaga yang bening
Berpegang tangan, di akar pohon-pohon yang kuat
Bermanja dengan air, jernih telaga-Mu
Aku lukis dahaga rindu, dengan segala warna

Permukaan yang menakjudkan
Daun-daun luruh
Air mata alam
Warna-warni rinduku
Yang terdampar di permukaan
Telaga cinta-Mu
Luas dan dalam



Membaca

membaca
membuka kitab
membuka langit dunia
sinar makna menerangi jiwa

membaca
kitab-kitab terbuka
hikmah-hikmah berbunga
harmonilah jiwa

lembaran-lembaran kitab mekar
kuncup hati terbuka lebar
warnanya menghias sekitar
menebar harum, merenda indahnya dunia

lembaran-lembaran kitab
selalu terbuka menerjemahkan cinta
menangkap hikmah
membuka jalan menggengam cinta

7 komentar: