Laman

Tonggak

Senin, 08 Mei 2017

Jalaluddin Rumi: NYANYIAN SERULING DAN JALAN TASAWUF


Data buku kumpulan puisi

Judul : Nyanyian Seruling dan Jalan Tasawuf
Penulis : Jalaluddin Rumi
Cetakan : IV, November 2014
Penerbit : Sega Arsy, Bandung.
Tebal : 208 halaman (109 puisi)
ISBN : 979-6028365-1-9
Desain sampul : Sekar Langit
Tata letak : T. Sedringo

Beberapa pilihan puisi Jalaluddin Rumi  dalam Nyanyian Seruling dan Jalan Tasawuf

MENYATU DALAM CINTA

Berpisah dari Layla, Majnun jatuh sakit.
Badan semakin lemah, sementara suhu badan semakin tinggi.
Para tabib menyarankan bedah, “Sebagian darah dia
harus dikeluarkan, sehingga suhu badan menurun.”
Majnun menolak, “Jangan, jangan melakukan bedah
terhadap saya.”
Para tabib pun bingung, “Kamu takut? Padahal selama ini
kamu masuk-keluar hutan seorang diri.
Tidak takut menjadi mangsa macan, tuyul atau binatang
buas lainnya. Lalu kenapa takut sama pisau bedah?”
“Tidak, bukan pisau bedah itu yang kutakuti,” jawab
Majnun. “Lalu, apa yang kau takuti?”
“Jangan-jangan pisau bedah itu menyakiti Layla.”
“Menyakiti Layla? Mana bisa? Yang dibedah badanmu.”
“Justru itu. Layla berada di dalam setiap bagian tubuhku.
Mereka yang berjiwa cerah tak akan melihat perbedaan
antara aku dan Layla.”


KEMBALI PADA TUHAN

Jika engkau belum mempunyai ilmu, hanyalah prasangka,
maka milikilah prasangka yang baik tentang
Tuhan. Begitulah caranya!
Jika engkau hanya mampu merangkak,
maka merangkaklah kepadaNya!Jika engkau belum
mampu berdoa dengan khusyuk,
maka tetaplah persembahkan doamu
yang kering, munafik dan tanpa keyakinan;
kerana Tuhan, dengan rahmatNya
akan tetap menerima mata wang palsumu!Jika engkau
masih mempunyai
seratus keraguan mengenai Tuhan,
maka kurangilah menjadi Sembilan puluh Sembilan
saja. Begitulah caranya!Wahai pejalan!
Biarpun telah seratus kali engkau ingkar janji,
ayuhlah datang, dan datanglah lagi!Kerana Tuhan telah
berfirman:
“Ketika engkau melambung ke angkasa
ataupun terpuruk ke dalam jurang,
ingatlah kepadaKu, kerana Akulah jalan itu.”



HATI BERSIH MELIHAT TUHAN

Setiap orang melihat Yang Tak Terlihat
dalam persemayaman hatinya.
Dan penglihatan itu bergantung pada seberapakah
ia menggosok hati tersebut.
Bagi siapa yang menggosoknya hingga kilap,
maka bentuk-bentuk Yang Tak Terlihat
semakin nyata baginya.


DUNIA WAKTU

Setiap saat engkau mati dan kembali. “Dunia ini hanya
sekejab,” sabda Nabi.
Pikiran kita adalah anak panah yang dibidikkan oleh-Nya:
Bagaimana ia akan tetap tinggal di udara? Ia akan kembali
lagi kepada Tuhan.
Setiap saat dunia diperbaharui kembali, dan kita tidak
menyadari perubahannya yang tak pernah berhenti.
Hidup pun senantiasa mengalir baru, meski dalam tubuh
tampak kemiripan bentuk yang berkesinambungan.
Karena cepatnya ia tampak berkesinambungan, bagai
kembang api yang engkau putar dengan tangan.
Waktu dan masa adalah gejala yang dihasilkan oleh
cepatnya Tindakan Tuhan,
Bagaikan punting berapi yang cekatan diputar
menimbulkan ilusi lingkaran api panjang.


TANPA CINTA, SEGALANYA TAKBERNILAI

Jika engkau bukan seorang pencinta,
maka jangan pandang hidupmu adalah hidup
Sebab tanpa Cinta, segala perbuatan tidak akan
dihitung Pada Hari Perhitungan nanti
setiap waktu yang berlalu tanpa Cinta,
akan menjelma menjadi wajah yang memalukan
dihadapanNya.
Burung-burung Kesedaran telah turun dari langit
dan terikat pada bumi sepanjang dua atau tiga hari
Mereka merupakan bintang-bintang di langit
agama yang dikirim dari langit ke bumi
demikian pentingnya Penyatuan dengan Allah
dan betapa menderitanya Keterpisahan denganNya.
Wahai angin, buatlah tarian ranting-ranting
dalam zikir hari yang kau gerakkan dari Persatuan
Lihatlah pepohonan ini! Semuanya gembira
bagaikan sekumpulan kebahagiaan
Tetapi wahai bunga ungu, mengapakah engkau larut dalam
kepedihan ?
Sang lili berbisik pada kuncup : “Matamu yang menguncup
akan segera mekar. Sebab engkau telah merasakan
bagaimana Nikmatnya Kebaikan.”
Di manapun, jalan mencapai Kesucian Hati
adalah melalui Kerendahan Hati.
Hingga dia akan sampai pada jawaban “YA” dalam
pertanyaan :
“Bukankah Aku ini Rabbmu ?”


JALAN TASAWUF

Sumbatlah telinga nafsumu, yang bagai kapas menutupi
kesadaranmu dan membuat tuli telinga batinmu.
Jadilah dirimu tanpa telinga, tanpa rasa, tanpa pemikiran,
Dan dengarkanlah seruan Tuhan, “Kembalilah!”
Atas perjalanan lahir, kata dan tindakan kita,
Di atas langitlah perjalanan batin kita
Tubuh berjalan di atasnya yang berdebu
Ruh berjalan, bagaikan Yesus, di atas lautan.


AKU ADALAH KEHIDUPANKEKASIHKU

Apa yang dapat aku lakukan, wahai umat Muslim?
Aku tidak mengetahui diriku sendiri.
Aku bukan Kristen, bukan Yahudi,
Bukan Majusi, bukan Islam.
Bukan dari Timur, maupun Barat.
Bukan dari darat, maupun laut,
Bukan dari Sumber Alam,
Bukan dari surga yang berputar,
Bukan dari bumi, air, udara, maupun api;
Bukan dari singgasana, penjara, eksistensi, maupun makhluk;
Bukan dari India, Cina, Bulgaria, Saqseen;
Bukan dari kerajaan Iraq, maupun Khurasan;
Bukan dari dunia kini atau akan datang:
Surga atau neraka;
Bukan dari Adam, Hawa,
taman Surgawi atau Firdaus;
tempatku tidak bertempat,
jejakku tidak berjejak.
Baik raga maupun jiwaku: semuanya
adalah kehidupan Kekasihku …


20 SAJAK TASAWUF

1
Sssttt! Diamlah! Dengarkan suara dalam dirimu. Ingatlah
firman pertama-Nya: “Kita melampaui setiap kata.”

2
Di dalam cahaya-Mu aku belajar mencintai. Di dalam
keindahan-Mu aku belajar menulis puisi. Kau senantiasa
menari di dalam hatiku, meski tak seorang pun melihat-
Mu, dan terkadang aku pun ikut menari bersama-Mu.
Dan “Penglihatan Agung” inilah yang menjadi inti dari
seniku.

3
Hakikat Yang Maha Pengasih hadir secara langsung
laksana sinar matahari yang menerangi bumi. Namun,
kasih-Nya tidaklah berasal dari berbagai bentuk yang ada
di bumi. Kasih-Nya melampaui setiap bentuk yang ada di
bumi, sebab bumi ini dan segala isinya tercipta sebagai
perwujudan dari kasih-Nya.

4
Jika kau ingin melihat wajah-Nya, maka tengoklah pada
wajah sahabatmu tercinta.

5
Sekian lama aku berteriak memanggil nama-Mu sambil
terus-menerus mengetuk pintu rumah-Mu. Ketika pintu
itu terbuka, aku pun terhenyak dan mulai menyadari
sesungguhnya selama ini aku telah mengetuk pintu dari
dalam rumahku sendiri.

6
Demi Allah, ketika kau melihat Jatidirimu sebagai Yang
Maha Indah, maka kau pun akan menjadi menyembah dirimu
sendiri

7
Karena Cinta segalanya menjadi ada. Dan hanya karena
Cinta pula, maka ketiadaan nampak sebagai keberadaan.

8
Pada Hari Kebangkitan, orang-orang akan berjalan
sempoyongan. Di depan-Mu, mereka akan menggigil
dengan wajah pucat karena ketakutan. Maka, aku akan
memeluk kasih-Mu dan berkata kepada mereka: “Mintalah
apa pun; mintalah atas namaku.”

9
Aku ingin melihat wajah-Mu pada sebatang pohon, pada
matahari pagi, dan pada langit yang tanpa warna.

10
Ketika aku mati sebagai manusia, maka para malaikat
akan datang dan mengajakku terbang ke langit tertinggi.
Dan ketika aku mati sebagai malaikat, maka siapa yang
akan mendatangiku? Kau tak akan pernah dapat
membayangkannya!

11
Diamlah! Cinta adalah sebutir permata yang tak bisa
kaulemparkan sembarangan seperti sebutir batu.

12
“Mintalah sesuatu kepada-Ku,” begitu Kau berkata suatu
ketika. Aku tertawa dan berkata: “Aku telah cukup
bersama-Mu. Tanpa kehadiran-Mu, seluruh dunia ini
hanyalah sebatang kayu yang mengapung dan
terombang-ambing di samudera-Mu.”

13
Yakinlah, di Jalan-Cinta itu: Tuhan akan selalu bersama-Mu.

14
Sufi adalah seorang lelaki atau seorang perempuan yang
Telah patah hati terhadap dunia.

15
Segalanya yang kau lihat mempunyai akarnya di dalam
dunia yang tak terlihat. Bentuk akan berubah, namun
intisarinya tetaplah sama.

16
Ketika sedih, aku bersinar bagaikan bintang pagi. Ketika
patah hati, hakekatku justru tersingkap sendiri. Ketika aku
diam dan tenang seperti bumi, tangisku bagaikan guntur
yang menggigilkan surga di langit tertinggi.

17
Aku tidak tahu siapa sebenarnya “Aku”. Tetapi, ketika
aku berjalan ke dalam diriku sendiri, maka aku pun
terkejut: ternyata “Aku” adalah suara milik-Mu, gema
yang terpantul dari “Dinding-Keilahian”.

18
Setiap orang yang tinggal jauh dari sumber-Nya, dari
Jatidirinya, maka ia akan selalu rindu untuk kembali ke
masa ketika ia masih dipersatukan dengan-Nya.

19
Ketika kami mati, jangan cari pusara kami di bumi. Tetapi,
temukan di dalam hati para pecinta.

20
Kematianku adalah perkawinanku dengan keabadian.


TIDUR TERHADAP DUNIA

Setiap malam Kau bebaskan ruh kami dari jerat tubuh
dan Kau hapus seluruh kenangan dari ingatan.
Setiap malam ruh kami bebas dari sangkar ini, selesailah
sudah segala pertemuan, bincang-bincang dan kisah.

Di malam hari para tahanan melupakan penjaranya, di
malam hari para pembesar pun melupakan
kekuasaannya.

Tiada duka, pertimbangan untung maupun rugi, gagasan
orang ini ataupun orang lain.
Demikianlah keadaan orang Sufi, sekalipun dia tak lagi
tidur: Tuhan berfirman, “(Kau tentu mengira mereka itu
bangun) padahal mereka itu tidur.”

Dia tertidur, siang dan malam, terhadap urusan-urusan
dunia ini, bagai sebuah pena di tangan Tuhan.
Tuhan telah memperlihatkan sebagian keadaanya,
sedangkan orang yang kasar pun oleh tidur dapat
terbuai:

Ruh mereka masuk ke Hutan Belantara yang kata tak
sanggup mengucap, kata-kata, jiwa dan tubuh mereka
istirahat.

Hingga dengan sebuah siulan Kau panggil mereka kembali
ke jeratnya, membawa mereka kembali ke keadilan dan
pengadilan.

Di saat fajar, seperti Israfil, Dia memanggil mereka
kembali dari Sana ke dunia rupa.

Ruh-ruh yang tak berbentuk Dia tawan sekali lagi dan
menjadikan setiap tubuh sarat (dengan amal baik dan
buruk).


HAWA NAFSU

Hawa nafsumu adalah induk segala berhala: berhala
jasmani adalah ular, namun berhala ruhani adalah naga.
Adalah mudah menghancurkan sebuah berhala, sangat
mudah; namun menganggap gampang menaklukkan nafsu
adalah bodoh, bodoh sekali.
O anakku, jika kau ingin mengetahui bentuk-bentuk
nafsu, bacalah uraian tentang Neraka dengan tujuh
pintunya.
Tiap saat hawa nafsu melahirkan tipu muslihat; dan
dalam tiap tipu muslihat tenggelamlah ratusan Fir’aun
dan bala tentaranya.


PENDAKIAN RUHANI

Apabila engkau ikut serta dalam barisan mereka yang
mengadakan Pendakian, ketiadaan akan membawamu ke
atas bagaikan Buraq.
Itu bukanlah seperti naiknya makhluk hidup ke bulan;
bukan, melainkan seperti naiknya pohon tebu ke gula.
Itu bukanlah seperti naiknya asap ke langit; bukan itu,
melainkan seperti naiknya embrio ke rasionalitas.


ANGGUR CINTA

Dia datang, bak Rembulan yang tak pernah terlihat di
langit, baik dalam jaga maupun dalam mimpi.
Bermahkota api abadi yang tak pernah mati.
Lihatlah, Wahai Paduka, dari cawan anggur cinta-Mu,
jiwaku berenang
meninggalkan kerangka raga lempungku.
Kata pertama Pemberi buah anggur tiba, hatiku nan
tengah kesepian menjadi mendapat mitra,
Anggur membakar dadaku dan seluruh pembuluhku kian
sarat dengan darah;
Namun ketika citra-Nya memikat seluruh pandanganku,
Suara pun merendah:
“Sungguh indah , O Anggur nan perkasa dan Piala nan
tiada tara!”
Tangan kuat cinta merenggut dari atas hingga ke dasar
tempat yang diselubungi kegelapan
Yang celah-celahnya enggan meraih sinar keemasan.
Hatiku, jika lautan Cinta tiba-tiba memasuki pandangannya,
melompatlah segera ke dalam, serta “Temukan aku
sekarang juga!”
Sebab, bila matahari bergerak, awan pun mengikutinya
dari belakang.
Semua hati menyertaimu, O Matahari Tabriz!


CINTA: LAUTAN TAK BERTEPI

Cinta adalah lautan tak bertepi, langit hanyalah serpihan buih belaka.
Ketahuilah langit berputar karena gelombang Cinta:
andai tak ada Cinta, dunia akan membeku.
Bila bukan karena Cinta, bagaimana sesuatu yang
organik berubah menjadi tumbuhan? Bagaimana
tumbuhan akan mengorbankan diri demi memperolah
ruh (hewani)?
Bagaimana ruh (hewani) akan mengorbankan diri demi
nafas (Ruh) yang menghamili Maryam?
Semua itu akan menjadi beku dan kaku bagai salju, tidak
dapat terbang serta mencari padang ilalang bagai belalang.
Setiap atom jatuh cinta pada Yang Maha Sempurna dan
naik ke atas laksana tunas.
Cita-cita mereka yang tak terdengar, sesungguhnya,
adalah lagu pujian Keagungan pada Tuhan.


ABADINYA KEHIDUPAN

Seluruh kemampuan manusia tidaklah permanen:
seluruhnya akan musnah pada hari Kebangkitan.
Namun cahaya kesadaran dan seluruh ruh nenek
moyang kita bukanlah sirna semuanya, laksana
rerumputan.
Mereka yang telah meninggal dunia bukanlah tidak-ada:
mereka terendam dalam Sifat-sifat Ilahi.
Seluruh sifatnya terhisap ke dalam Sifat-sifat Ilahi, sama
seperti hilangnya bintang-bintang oleh hadirnya
matahari.
Jika engkau menanyakan sumber dari Al-Qur’an, bacalah
ayat, “Setiap mereka semuanya akan dikumpulkan lagi ke
Hadapan Kami (muhdarun).
Orang yang disebut dengan kata muhdarun bukanlah
tidak-ada. Renungkanlah, sehingga engkau dapat
memperoleh pengetahuan yang pasti tentang abadinya
kehidupan ruh.
Ruh yang terhalang dari kehidupan abadi berada dalam
kesengsaraan; ruh yang senantiasa bersatu dengan
Tuhan terbebas dari berbagai rintangan.


MUSIK KENANGAN

Dikisahkan, seruling dan kecapi yang menawan telinga kita
Nadanya berasal dari perputaran angkasa;
Namun Iman, yang melampaui lompatan spekulasi,
Dapat mengerti merdunya setiap suara yang tak serasi.

Kami, yang bagian dari Adam, bersamanya mendengarkan
Nyanyian para Malaikat dan Muqarrabin.
Meski tumpul dan menyedihkan, ingatan kami
Masih menyimpan gema alunan nada surgawi.

Oh, musik adalah hidangan bagi para pencinta,
Musik ‘kan melambungkan jiwa ke dunia Sana.
Bara berpijar, api abadi pun kian berkobar:
Sembari menikmati dengan suka-ria kami pun dengar.


IMAN DAN AMAL

Tuhan telah memasang tangga di hadapan kita: kita harus
mendakinya, setahap demi setahap.
Engkau memiliki kaki: mengapa dibiarkan lumpuh?
Engkau punya tangan: mengapa jari-jarinya tak kau
pergunakan untuk menggenggam?
Kebebasan-kehendak adalah upaya untuk bersyukur
kepada Tuhan atas Karunia-Nya; kepasrahanmu
berarti mencampakkan Karunia itu.
Bersyukur karena mampu bertindak bebas akan
menambah kemampuanmu bersyukur kepada-Nya.
Kaum Jabariyah merenggut apa yang Tuhan telah
anugerahkan.
Para perampok itu berada di tengah perjalanan: jangan
tidur sampai engkau melihat gapura dan pintu gerbang!
Apabila engkau bertawakkal kepada Tuhan,
bertawakallah kepada-Nya dengan amalmu!
Sebarkanlah benih, kemudian serahkanlah kepada Yang
Maha Kuasa!


Tentang Jalaluddin Rumi
Nama lengkapnya Maulana Jalaluddin Rumi Muhammad bin Hasin al Khattabi al-Bakri, lahir di Balkh (sekarang Afganistan) pada 6 Rabiul Awwal 604 H, atau 30 September 1207 M. Ayahnya bernama Bahauddin Walad, masih keturunan Abu Bakar ra. Mengembangkan thariwat Maulawiyah atau Jalaliyah. Di barat thariqat ini dikenal dengan nama The Whirling Dervishes (para Darwisy yang berputar-putar). Tarekat ini berpusat di Turki dan berkembang luas di daerah sekitarnya. Selama 15 tahun terakhir masa hidupnya, ia menghasilkan himpunan syair yang besar dan mengagumkan yang diberi nama Masnawi. Buku ini terdiri dari enam jilid dan berisi 20.700 bait syair. (hlm. 12).


Catatan Lain

Di buku ini, saya tak menemukan siapa nama penerjemah puisi-puisi Rumi, diterjemahkan dari buku apa, dari bahasa apa? Ada pengantar berjudul: “Jalaluddin Rumi dan Puisi-puisi Sufistik” (hlm. 11-14). Dari sanalah biodata Rumi saya ambil. Di akhir pengantar ada penanda waktu dan nama: Bandung, Medio Oktober 2014/KHOLID O. SANTOSA. Penerjemah? Entahlah.

2 komentar:

  1. Terima kasih bossku, apakah ini tulisan yang ada di buku Aslinya ?
    Terimakasih atas kerelaan hatinya menulis semua ini. Semoga selalu memberkahi lahir bathin 🤲

    BalasHapus