Data buku kumpulan puisi
Judul : Sajak Filsafat Jeihan (Jeihan:
bukuku, kubuku; sajak filsafat)
Penulis : Prof. Jakob Sumardjo
Cetakan :
-
Penerbit :
Jeihan Institute, Bandung.
Penyunting :
H. Atasi Amin, Masmuni Mahatma
Tebal :
v + 111 halaman (12 tulisan + lampiran puisi)
ISBN :
978-979-16594-2-0
Gambar sampul : H. Atasi Amin
(Penyair
hanyalah langkah awal untuk menjadi pemikir, Jeihan)
Beberapa pilihan puisi Jeihan dalam Jeihan:
bukuku, kubuku; sajak filsafat
Mukadimah Puisi Mbeling
sadjak ja sadjak
djedjak ja djedjak
sadjak tjari djedjak
djedjak tjari sadjak
biarkan
jang djedjak, djedjak
jang sadjak, sadjak
1971
Setia
tinggi di atas langit bolong
ni Bulan
setia menanti
ki Bulan
1973
Buku
bukuku
kubuku
1973
Nelayan
di tengah laut
seorang nelayan berseru
Tuhan bikin laut
beta bikin perahu
Tuhan bikin angin
beta bikin layar
tiba-tiba perahu terguling
akh,
beta main-main
Tuhan sungguh-sungguh!
1974
Sutardji
seorang lelaki sambil buka baju
berteriak lantang
aku sutardji calzoum bachri
turunan bangsa bahari
ini dadaku
dari kejauhan sekelompok anak
berteriak:
itu tidak lucu, tanpa susu!
1974
Parfi
makin banyak
anggota
makin sedikit
karya
makin banyak
bicara
makin banyak
kehilangan
mau jalan keluar?
walk out!
1993
Medio Mei, 1
kota-kota terbakar,
leleh
kita-kita terkapar,
luluh
1998
Doa
A
A A
A A A
A A
A A
A A
A A A
A A
A A A A
A A
A A A
A A
A A
A A A
A A A
A A
A A A
A A A A
A A
A A A
A A A
A A
A A A A A
A A A
A A A
A A
A A A
A A A
A A A A
A A
A A A
A A A
A A A
A A
A A
A A A
A A A
A A A
A A A
A A
A A A
A A A
A A A
A A A A
A A
A A A
A A A
A A A
A A A
A A
A A
A A A
A A A A A
A A A
A A A A
Amin
1970
Vietnam
OOOOOOOOO
OOOOOOOOO
OOOOOOOOO
OOOOOOOOO
OOOOOOOOO
OOOOOOOOO
OOOOOOOOO
OOOOOOOOO
beribu
anak tak beribu
OH.
H.O.
H.O.
OH!
O
1975
Trisakti
Dar Der Dor
AaaaaaaaaaaaaaaH
R A H !
A
H
!
1998
Syukur dan Tafakur
Pro: Kita
mari kita cuci
diri kita dengan
peluh sendiri
di siang hari
dan
mari kita basuh
hati kita dengan
air mata sendiri
di malam hari
1999
Tentang Prof. Jakob Sumardjo
Prof. Jakob
Sumardjo lahir di Jombor, Danguran, Klaten tahun 1939. Sejak 1962 tinggal di
Bandung. Pendidikan IKIP Sanata Dharma, Yogya dan IKIP Bandung. Mengajar di
beberapa perguruan tinggi.
Tentang Jeihan
Tak ada biodata
Jeihan dalam buku berisi tulisan Prof. itu. Namun di bagian 10, yang dijuduli
Kita-Kita, dapat diperoleh gambaran. Jakob Sumardjo menulis begini: “Pada dasarnya ia menjalani hidup dalam sikap
linier. Namun pemikirannya sering non-linier. Jeihan memang paradoks.//
Paradoks Jeihan mungkin bersifat genetik. Ibunya yang berasal dari daerah
pesisir Jawa adalah manusia rasional yang keras dalam disiplin. Pemikirannya
yang linier berasal dari ibundanya ini. sedangkan ayahnya orang Solo kraton,
pedalaman, yang gemar mistik. Ayahnya adalah kutub berseberangan dengan ibunya.
Afeksi kasih sayang didapat dari ayahnya. Seorang buaya kroncong yang sering
membawa-bawa Jeihan kecil kalau latihan bersama kelompoknya. Jeihan juga sering
diajak ke tempat-tempat semedi ayahnya. Rasionalitas Barat dan mistisisme Jawa
bersatu dalam dirinya.// Untung dia menjadi pelukis, bukan penulis. Sebagai
penulis dia akan mendatangkan banyak perdebatan karena sifat defensif dan
agresifnya yang sama kuat. Dalam percakapan saja sering mendebat, apalagi kalau
dia tuliskan dalam penjelasan panjang. Nasakit! (menjadi penutup dalam sajak
Nasihat, red.). itulah kata akhir dia. Kau tidak akan mampu. Aku mampu. Dan itu
dibuktikannya dalam hidup. Ia pelukis papan atas dalam soal kelarisan
karya-karyanya. Ia digemari oleh orang-orang kaya, para pejabat dan selebriti.
“Tidak habis dalam tujuh turunan,” katanya. Namun ia tetap merahasiakan
kekayaannya.”
Jakob Sumardjo juga
menulis ini: Kehendaknya yang kuat
menjadikan dirinya Superman Nietzche. Ia berani berdebat dengan siapa pun. Dan
tidak mau kalah. “Kalau tidak setuju, paksa dia setuju!,” itulah semboyannya”.
Hehehe. Di bagian lain menulis ini: “Jeihan
yang pernah “meninggal dunia” pada usia 6 tahun, mungkin sedikit banyak telah
menyicipi “dunia esensi” ini. kesadarannya memasuki Bawah Sadarnya, dan kembali
dengan pengalaman bahwa sadar Kosong sekaligus Isi. Lalu jadilah sosok yang
paradoks.” Namun sekarang, menurut Prof. Kini Jawanya mulai muncul.
Catatan
Lain
Buku milik hajri
ini, menurut barcode yang masih tertempel di situ, seharga Rp. 30.000,-. Saya bolak-balik mencari informasi di buku ini
tentang kapan terbit atau cetakan yang ke berapa, tak juga ketemu. Saya selama
ini, hanya tahu bahwa Jeihan seorang pelukis. Akhir 2009, pengetahuan saya
bertambah, Jeihan memiliki Institute dan membantu sepenuhnya penerbitan buku
puisi Kolam, karya Sapardi Djoko
Damono. Di halaman terakhir kumpulan Kolam
itu, bahkan ada semacam puisi, yang
sepertinya dibuat Jeihan, bunyinya seperti ini:
Sapardi,
Puisimu:
dirimu
diriku
diri
kita
semua
menyatu
dalam
Kolam,
Kalam.
Jeihan
Bandung,
Medio April 2009.
maaf, maksud dari puisi Doa dan Vietnam itu apa ya? juga kata RAH dalam trisakti itu maknax apa? salam puisi : )
BalasHapusWah, penjelasan lengkap barangkali ada di buku ini yang ditulis oleh Prof.Jakob Sumardjo. Tapi seingat saya begini. Untuk puisi Doa, bentuk yang mengerucut ke atas, menandakan hubungan yang mengerucut kepada Tuhan. Untuk puisi Vietnam, bentuk puisi dirupakan seperti hujan bom yang dijatuhkan oleh pesawat AS sewktu perang vietnam. kata RAH, dihubungkan dengan sebelumnya sehingga yang terbaca adalah DARAH. :)
Hapusmohon bantuan
BalasHapusnunjuukin puisi karya si jeihan yang judulnya sebuah mimpi,,kira kira ada nggak linknya
Puisinya lucu, 😂
BalasHapus