Laman

Tonggak

Selasa, 04 Juni 2013

Saut Situmorang: CATATAN SUBVERSIF




Data Buku Kumpulan Sajak

Judul : Catatan Subversif
Penulis : Saut Situmorang
Cetakan : I, 2004
Penerbit : Buku Baik, Yogyakarta.
Tebal   : 82 Halaman (31 puisi)
Komputer grafis : nDhien
Lukisan sampul : “Scream” (1893) karya Edvard Munch
ISBN : 979-3239-16-6

Beberapa pilihan puisi Saut Situmorang dalam Catatan Subversif

PERINGATAN RAKYAT

KORUPSI DAPAT MENYEBABKAN KANKER,
SERANGAN JANTUNG, IMPOTENSI DAN
GANGGUAN KEHAMILAN DAN JANIN.


Marsinah

            dari luka luka tubuhmu
            tercipta bintang bintang
            setiap bintang adalah sajak
            yang mengabadikan suaramu

perempuan muda yang berani itu
mati terbunuh.
kenapa?


tubuhnya yang indah yang suci
rusak
ternodai -- kematian yang laknat
menghancurkan
beribu doa ibu yang tinggal termangu.
kenapa?

perempuan muda yang berani angkat suara
karena tak adilnya matahari yang menyengat
            muka
perempuan bernama marsinah itu
mati dibunuh

dibunuh seperti kambing hitam yang cuma
            binatang
dibunuh seperti babi hitam yang cuma binatang
dibunuh seperti anjing hitam yang cuma
            binatang
dibunuh seperti cuma seekor binatang!

kenapa lobang tanah yang sempit yang hitam
lebih menerima seorang manusia
            perempuan
dibanding kita makhluk yang lebih tinggi dari
malaikat tuhan?

seorang perempuan muda
mati
hanya karena berani.

terlalu tinggi dia

bagi kita
yang terkutuk hidup
sebagai

pengecut!


Catatan Subversif tahun 1998
-- disebabkan oleh Wiji Thukul

kau adalah kemarau panjang
yang hanya membawa kematian
kepada daun, bunga, dan
ikan ikan di sungai
kampung tercinta

karena kau adalah kemarau
maka airmata marah kami akan
menggenangi bumi
jadi embun
naik ke langit jadi awan awan
dan dengarlah gemuruh suara kami
sebagai hujan turun

mengusirmu dari sini!

maret 1998


Anatomi Penyiksaan

mata
jangan kau menangis
walau tak henti sepatu sepatu tentara itu
menghajar dada

mulut
jangan kau mengeluh
walau terbakar kulit daging
disundut rokok rokok itu

kaki
jangan kau goyah
walau berjam jam kau berdiri
menahanku terpaksa

perut
bertahanlah
rasa mual yang amis itu
cuma listrik menggigit darah

ah, dada yang malang
jantungmu sudah tak tahan
hampir pecah.

tegarlah, tegarlah
jangan kau sampai berkhianat
itu yang diinginkan mereka!


Potret Sang Anak Muda sebagai Penyair Protes

kota kota menggersang. hari hari jahat. hantu
srigala betina bangkit dari sela reruntuhan
            bangunan.
tak ada lagi damba
hanya
lumut dan bara api
menemani sepanjang hari.
aku disergap dentang kematian
dan aku terbakar hangus
dan aku lari tak tentu arah.
api semarak menghangus bajuku
sepasang tanganku
rambut kusutku. dan sambil berlari
aku menjerit memekik. tapi,
tak ada yang peduli.
aku memandang ke depan dengan kedua
            mataku buta
aku mendengar sekitarku dengan kedua
            kupingku tuli
dan ada suara suara sumbang
buta dan tuli
tak mampu lindungiku
dari suasana hidup yang memilu

mata dan telinga hati
membebani!

1987


Sajak Apartheid

botha adalah anak matahari
siang hari matahari kelihatan botha kelihatan
malam hari matahari tak ada botha tak ada
bukankah putih putih karena cahaya?
botha adalah anak matahari
matahari adalah induk botha
di mana ada semut di situ ada gula
di mana ada matahari di situ ada botha
di pantai botha telanjang bersama matahari
di pantai botha jogging bersama matahari
di pantai botha cocktail party bersama matahari
di pantai botha dansa bersama matahari
tapi matahari tak bisa lama lama bersama botha
matahari harus pergi matahari harus pergi
botha tak mau sendiri botha takut sendiri.
matahari takut malam matahari tak suka malam
botha takut malam botha tak suka malam
di pantai botha membuat api
api taku malam api tak suka malam
api harus pergi api harus pergi
botha takut malam botha tak suka malam
di pantai tak ada matahari tak ada api
di pantai botha sendiri botha takut sendiri
malam tak takut matahari tak suka matahari
malam tak takut api tak suka api
malam tak takut botha tak suka botha
di pantai botha telanjang sendiri sendiri sendiri
malam tak takut botha tak suka botha di pantai
telanjang sendiri sendiri sendiri
botha harus pergi!


Aku Adalah Mayat

yang terapung di sungai
di samping rumahmu
aku adalah laki laki itu yang kemarin
berpapasan denganmu tapi tak kau hirau
aku adalah laki laki itu yang
melompat masuk ke dalam bis kota
sesak dengan anak anak sekolah dan orang orang
pergi kerja
aku adalah bau busuk di sungai
yang meresahkan cicak cicak kecil di rumahmu
aku duduk di bangku kayu warung pinggir jalan
dan memesan sepiring nasi, sepotong ikan asin,
dan sambal belacan
aku adalah laki laki itu yang berteduh di bawah
pohon di pinggir jalan waktu turun hujan
dan sebuah mercedes mencipratkan air lumpur
ke baju dan celanaku
aku selalu ingin makan di restauran mewah
dengan seorang perempuan muda yang jelita
menemani di meja
aku adalah mayat membusuk yang terapung
tersangkut bambu di sungai dekat rumahmu
aku adalah laki laki itu yang mendayung becak
penuh air laut dalam mimpiku
aku adalah laki laki itu yang berjalan terburu
buru tiap kali polisi memapasiku
aku adalah sepucuk surat yang ditunggu tunggu
tapi tak pernah muncul di kampungku
aku adalah laki laki itu yang melambaikan
tangannya dan tinggal airmata
di pipi ibu tercinta
aku adalah mayat busuk tak berbaju
yang mengapung di sungai pagi itu

aku adalah perempuan muda tak berbaju yang
terapung di sungai di samping rumahmu
aku adalah perempuan itu yang naik bis antar
provinsi ditangisi sawah sawah tak berpadi di
kampungku yang jauh
aku adalah perempuan itu yang duduk termangu
di stasiun bis kotamu sore sore
mau ke mana tak tahu
aku didekati seorang laki laki yang pandai
berkata kata
aku adalah perempuan itu yang cuma punya
sepuluh ribu di sakuku
aku adalah bau busuk yang mengganggu
tidurmu sepanjang malam itu
aku berdiri di trotoar jalan ditutupi malam
menunggumu
aku tidur sepanjang hari di kampung kumuh
dipagari hotel hotel tinggi bernama asing
aku adalah perempuan itu yang bermimpi
sambil merias diri
aku adalah bis antar provinsi penuh debu
yang tak pernah pulang kembali

kami bertemu di atas truk polisi waktu
bulan purnama gemerlapan di air sungai
aku adalah laki laki itu yang memungut
punting rokok dari dekat kakimu
aku adalah perempuan itu yang memungut
pecah belah dari tong sampah depan rumahmu
aku adalah laki laki itu yang tersenyum
tapi tak kau hirau
kami adalah wajah wajah itu yang menatap
kosong waktu rumah tepas kami kau buldozer
kami adalah wajah wajah itu yang tertunduk
di atas truk diangkut seperti sampah busuk
aku adalah laki laki itu yang diusir dari kota
terpisah dari istri tercinta
aku adalah perempuan itu yang diusir dari kota
terpisah dari suami tercinta

aku adalah laki laki itu yang menyusup kembali
ke kota mencari istri tercinta
akua adalah perempuan itu yang menyusup
kembali ke kota mencari suami tercinta
aku adalah laki laki itu yang di pinggir jalan
berdiri termangu melihat
gedung gedung kota terbakar membara
aku adalah perempuan itu yang di pinggir jalan
berdiri termangu melihat
gedung gedung kota terbakar membara
aku adalah laki laki itu yang di pinggir jalan
berdiri termangu …
aku adalah perempuan itu yang di pinggir jalan
berdiri termangu …
kota terbakar!
kota terbakar!

kami adalah mayat membusuk yang
terapung tanpa baju di sungai
di samping rumahmu
pagi itu!

auckland, oktober 1998


Samosir

menyusuri jalanan batu
di pinggang ramping bukitan batu
angin danau yang panas
bangkitkan amarah purba nenek moyang

anak anak negeri terkutuk!
langit mengirimkan asap beracun
mencekik mimpi mimpi malamu
bau mayat embun debu
berhembus dari dada susut anak anakmu!
tertawalah terus dengan angkuh
tertawalah di tengah padang semak ilalang
yang menarikan tortor kematianmu!

menyusuri jalanan airmata
antara tugu tugu hantu
matahari membakar rambutku satu satu
jadi bukitan tandus
terkelupas hangus
menguap di didih air danau
yang diludahkan para leluhur
dari pusuk buhit dongeng kanak kanakku

21 maret 2002


Nyanyian Enggang

maka beberapa ekor burung enggang yang berparuh gading gajah afrika berteriak teriak parau di pucuk pohon pohon cempaka raksasa di pedalaman rimba raya orang orang dayak yang baru saja selesai mengukiri tengkorak lima orang binatang pencuri kayu dan menghanyutkannya di air sungai mahakam kapuas barito hingga ditelan lautan yang gelisah tak sabar menunggu sambil memukul mukul gong pantai laut cina selatan …


Badai Penantian

langit sunyi. terbakar
matahari, dan angin mati.
terpaku semua yang hidup di bumi.
menanti.

badai sembunyi di gunung gunung
badai sembunyi di hutan hutan
badai sembunyi di mata air
di danau danau di sungai sungai
badai sembunyi di kampung kampung gersang
di gunung gunung tumbang di hutan hutan arang
di tepi mata air polusi di tepi danau polusi di
tepi sungai polusi
badai sembunyi di pantai pantai di laut sembilu
di kota kota hangus tak lagi dikenal
kota kecil kota besar
kotamu kotaku
badai sembunyi di rumah rumah berdinding
beratap debu
di didih aspal jalanan
di kerikil kerikil tajam mimpimu
dalam lagu lagu bosan anak anakmu
di uban pertama istrimu yang tak mau
lagi ketawa

badai sembunyi di aspal jalanan
kerikil kerikil tajam kampung kampung terlantar
kota kota terbongkar
yang milikmu yang milikku
badai sembunyi di kampus kampus
wesel terlambat
di pabrik pabrik keringat menyengat
di penjara penjara berkakus tumpat
lantai bau pantat
milikmu milikku milik kau dan aku
badai sembunyi di mata mata itu
yang tertunduk mendekap bumi itu
di kaki kaki itu
yang tertunduk menekuk di bumi itu
dan di kuburan pun sembunyi badai
antara nisan nisan berhuruf
merah jingga
dan bunga kemboha rusak daunnya

badai sembunyi di negeri ini
negerimu,
negeriku ini. dan

menanti. menanti.


Tentang Saut Situmorang
Saut Situmorang lahir 29 Juni 1966 di kota kecil Tebing Tinggi, Sumatera Utara, tapi besar di Medan. Pendidikan terakhir BA (Sastra Inggris) dan MA (Sastra Indonesia[tidak selesai]) di New Zealand, di mana ia merantau selama 11 tahun. Mengajar bahasa dan sastra Indonesia di almamaternya, Victoria University of Wellington dan Universitas of Auckland di New Zealand. Sejak akhir 2001 menetap di Yogyakarta sebagai penulis full time. Kumpulan puisinya yang lain: saut kecil bicara dengan tuhan dan Otobiografi.

Catatan Lain
Buku kecil tipis milik YS. Agus Suseno ini sepertinya dikasih langsung sama penyairnya. Terlihat dari graffiti di halaman awal buku. Ditulis tangan dengan huruf besar:

BUAT SOBAT PENYAIR,
      YS AGUS SUSENO
HIDUP PUISI!!!
Salam
Tanda tangan penyair
Jogja, 13.2.2005

Graffiti tersebut sebenarnya mirip dengan buku Saut saut kecil bicara dengan tuhan, yang sepertinya dikasih satu paket ke penyair YS Agus Suseno (terlihat dari tanggalnya). Bedanya, kalau di buku ini tertulis HIDUP PUISI!!!, di buku satunya tertulis HIDUP TUHAN!!!  


2 komentar:

  1. gan mau tanya nih,tau tempat pesan buku/beli buku saut situmorang yang catatan subversif ini.di toko buku di kota ku.gak ada bukunya :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, saya juga ga tau buku ini terdampar di toko buku mana sekarang. Jangankan buku yang terbit 10 tahun yang lalu, kadang buku yang terbit 1 atau 2 tahun yang lalu pun sudah tak ada bekasnya di toko buku. Mending tanya penulisnya saja via facebook. Ada kok orangnya bercokol gagah dengan akun Saut Situmorang :)

      Hapus