Laman

Tonggak

Sabtu, 01 Maret 2014

Syaiful Irba Tanpaka: KARENA BOLA MATAMU



Data buku kumpulan puisi

Judul : Karena Bola Matamu
Penulis : Syaiful Irba Tanpaka
Cetakan : I, Mei 2007
Penerbit : bukupop, Jakarta
Tebal : viii + 80 halaman; 13,5 x 20 cm (68 judul puisi)
ISBN : 978-979-1012-13-3

Beberapa pilihan puisi Syaiful Irba Tanpaka dalam Karena Bola Matamu

Penyair Cinta

aku penyair cinta. menulis kerinduan. 1000 tahun
tak sudah. menyeru-nyeru namamu. dari sepi malam
dari gemuruh siang. gelisah yang mengambang

aku mengembara. 1000 tahun
di negeri penuh bunga
dibasahi embun. digatali mimpi
menyaksikan gelombang
kasihku. kapan kita ketemu?

kalau aku bulan. kau purnamanya
kalau aku matahari. kau cahayanya
kalau aku lautan. kau ombaknya
kalau aku biola. kau iramanya
begitu hati menyala-nyala. padamu

aku penyair cinta. menulis puisi cinta. dari senyuman bibirmu
dari tatapan matamu. dari segala dirimu. asmara
membuatku mabuk dan menderita



Sungguh Cintaku

sungguh cintaku. lautan yang kesuma. musim semi abadi
kau bawa untukku. mawar mekar. 100 kerinduan
matahari pijar. bayang-bayang mengental. aroma dirimu

sungguh cintaku. kelopak melati bernyanyi. 100 harapan
kupersembahkan padamu. ketika kota tertidur
ketika pohon-pohon mendengkur. hatiku menyala
100 purnama. irama kebunbunga. kau kirim buatku
bersama nyala lilin. bersama embun pagi. 1000 liter buaian. Ahai!
maha kesejukan. aku bermimpi. sungai bermadah. langit merekah
merpati pulang ke rumah.

sungguh cintaku. kuntum tengadah. berzikir selalu
1000 tahun. membikin qasidah bulan. nafas impian
wangi dupa. cahaya doa. gemuruh jalanraya…

sungguh cintaku. aku dibakar sembilu. maha peluru
berdesau-desau. merabu diri. berbongkah-bongkah nyeri
merindukan dirimu


Kota Membawamu Pergi

kota membawamu pergi. cintaku. tak tercari
dalam keriuhan lalu-lintas. kemewahan mall. hotel-hotel. diskotik
restoran. kafe-kafe. di manakah engkau sembunyi?

kekasihku. teratai mekar berseri. bening kolam bernyanyi
kuntum-kuntum embun hati. desa musim semi. untaian 100 puisi
aku nestapa kini. merindu-rindu dirimu. memburu-buru bayangmu
mengigau-igau namamu

di manakah engkau sembunyi?
dalam gemerlap lampukota. seperti kudengar suaramu
menyanyikan musim gugur. daun-daun tertidur.
ranting-ranting menyeking. menyeru-nyeru namaku. entah dari mana
di kota berdebu ini. cintaku. tak tercari


Kaulah Cinta, Tanah Tumpah Rinduku

kaulah cinta, tanah tumpah rinduku
tanah kalbu. cakrawala yang membiru

di sini aku berdiri. menyemai musim semi
99 kembang bernyanyi. sayap-sayap embun pagi
bagimu semesta nurani

kaulah cinta, tanah tumpah rinduku
tanah beludru. kesetiaan yang menyahdu

di sini aku berdiri. menuliskan gairah puisi
99 taman hati. kelopak mawar dan melati
bagimu mekar kesturi

padamu aku berjanji. padaMu aku mengabdi
kaulah cinta, tanah tumpah rinduku

karenamu aku bahagia. karenamu aku tertawa
karenamu aku cemburu. karenamu aku tersedu

kaulah cinta. tanah rempah rinduku!


Kembang Ibu
- buat putriku tersayang Syana Salsabila Nanpermai

ibu menanam kembang. ada mawar. ada melati. 99 rupa kembang
lihatlah anakku. lihat dalam kalbumu. aroma kembang ibu
kasihsayang paling beludru. buaian sutra keteduhan
kebeningan embun jiwa. kesejukan bulan purnama
jalan tak bertepi. sepanjang langkahmu

duhai putriku sayang. kecuplah tangan ibu. belaian ketulusan.
kesucian hati nurani. kemurnian yang sejati. 1000 tahun.
kembang ibu mekar. mengajar bahasa keindahan.
huruf-huruf kearifan. ayat-ayat kebijaksanaan. sepanjang langkahmu

kembang ibu mekar. kebun bunga di halaman.
dipagari cahaya bulan. disuburkan matahari. tak pernah lapuk.
tak pernah lekang. dekaplah sayang. kembang ibu.
kembang lautan. maha melati kehidupanmu


Lampu-lampu Mengalir ke Dalam Tubuhmu

kotamalam. lampu-lampu gemerlapan. mengalir ke dalam tubuhmu
seakan sungai biru. melayarkan diriku. di atas arus beludru
sunyi yang menderu. kekasihku. aku membaca tugu-tugu. kotamalam
percintaan yang syahdu. kau dan aku. 12 purnama berlagu
mutiara paling permata. berkilau-kilauan. seindah lautan bulan
cinta kita. berayun-ayun di tengah gelombang

tubuhmu gelinjang daunan. wangi parfum di pembaringan
membawaku terbang. 7 khayangan terbentang
di atas sprei awan-gemawan. mataku tajam alang-alang
kau. dewi subadra. roromendut. ataukah bidadari
aku arjuna. aku pranacitra atau pangeran kelana. aku tak tahu
terbang tanpa sayap. jadi kunang-kunang. gemerlapan
mengalir ke dalam tubuhmu

maka kita berdekapan. di pelaminan kotamalam
aroma rintik hujan. bagai musik di luar. bau tanah basah
bagai lukisan di pajangan. tak usah peduli. seperti juga mereka
tak pedulikan kita. berlayar di sungai biru. ratusan kilo harapan
kita pakai di kepala. maka kita terbang. jadi kisah cinta
di antara tangis dan tawa. kotamalam. mengalirkan kerinduan
kekasihku. 100 kilo mimpi. aku tempuh denganmu. 100 kilo sunyi
kita bakar. keringat meluber di lantai
maka lampu-lampu gemerlapan. kotamalam selimutan
karena embun turun. karena dingin halimun. ac dalam ruangan
kita tertidur. begitulah kelahiran mimpi. bermula dari malam
lalu lampu-lampu bersinar. gemerlap cahayanya
mengalir ke dalam tubuhmu


Di Atas Sungai Bulan Bercermin

bulan bercermin. di atas sungai, sayangku. wajahmu berkilauan
senyummu keemasan. seperti dulu. waktu kita berdekapan
ada yang takterbaca. seperti lolong srigala

di atas sungai, sayangku. bulan berlayar ke muara
menempuh arus bianglala. dengan selendang melati
kain tapis bintangperak. berbaju kembang purnama
alangkah cantiknya. terbang melenggang. awan putih menunggu

takada lagi sepi. pohon-pohon berseri. rumah cinta menanti
halaman yang indah. kebun bunga berlimpah
juga warna-warni kupu-kupu. membunuh kenangan itu
merobek sepatu biru. jalan yang dulu

di atas sungai, sayangku. irama bulan kumandang
alangkah syahdunya. mengaca untuk kita. membacakan makna cinta
membukukan arti rindu. serupa syair pujangga
memadahkan kelopak jiwa. impian paling permata


Karena Bola Matamu

aku terpesona. 1000 butir embun. berkilau di bolamatamu
maha keindahan. istana 1001 impian. akulah rajanya
lalu siapakah engkau?
kusebut gadis atau cinta. putri maha jelita. berkelana dalam diriku
1000 tahun nyanyian. melagukan 1 tatapan.

aku terpesona. bagai ikan menggelepar. bagai daun bergoyang
bagai pelangi menari-nari. jiwaku tungku melati. putih dalam keindahan
indah dalam kedamaian. karena bola matamu. 100 khayal padaku
maha kerajaan. keriangan yang biru. Ahai!

karena bola matamu. 17 purnama berlagu. malamku maha cahaya
maka rindu bermadah. maka gelisah merambah. maka nestapa…

aku disileti bayanganmu
kenapa begitu pedih. kenapa begitu perih. kenapa begitu, cintaku
tangisan yang beludru. kau sulam di hatiku


Laut Sampan dan Pantai

kenangan mengalir. dari lautan. dibawa sampan.
hingga ke pantai. senja di cakrawala.
senja jugakah di hati?

cuma deru angin, melambai
menulis nama kita. di pasir
kemudian samar-samar. di sapu ombak

di sapu ombak sayangku. lalu tak terbaca
kecuali keheningan itu. memberi kita lautan
memberi kita sampan. memberi kita pantai

ach! begitu maha perpisahan. terkaca di bola mata
100 kerinduan menggigil. dan kenangan mengalir


Liang Shan Po dan Chu Yindai atawa Sampek dan Engtai

sepasang kupu-kupu cinta. dari kubur setia. terbang ke angkasaraya. aduhai!
kebebasan kembang hati. kemesraan sayap melati. ketulusan embun pagi
mahkota salju keperakan. tahta nisan berkilau-kilau. huruf merah dan hitam
yang merah chu yindai. yang hitam liang shan po. tak bersatu di dunia
sepasang sesudah mati

kita sekeping matauang. kau kekasihku. aku kekasihmu. kita jadi bernilai
meski maut merenggut. meski perjodohan merebut. cintaku tak berkabut
airmata jadi tanda. tangisan jadi keranda. 1000 tahun. kasihku tak surut

maka awan gelap. maka angin topan. maka gemuruh petir. jadilah nyanyian
sampek dan engtai. dari kota hangzhou. menulis kisah cinta. sampai padamu
99 kenangan. tragedi memilukan. Ach! sejarah kesedihan

liang shan po dan chu yindai. dusun zhujia bersaksi. seorang gadis sunyi
menabur matahari. kebebasan kembang hati. kemesraan sayap melati
maha cinta di pundak. 1000 tahun. menyulam gaun pengantin. tak selesai
direnggut kematian. begitulah! ketika kubur terkuak. yindai melompat
satu liang lahat. bersama liang shan po.

Aduhai! setelah kubur tertutup
terbanglah ke angkasaraya. sepasang kupu-kupu cinta


Laut Bermimpi

laut bermimpi. melayarkan kita kembali. sebagai sepasang kekasih
dalam perahu matahari. ketika siang mengembang. langit biru keemasan

hari begitu tenang. aku membaca buku. kau sedang memasak
anak-anak bermain. alangkah indahnya. alangkah bahagia

laut bermimpi. kita mendayung. perahu berlayar
ombak menghidupkan hati. pulau-pulau setia menunggu
cakrawala yang beludru. amboi!

1000000 kemesraan berlagu. inilah cinta sayangku
samudra tanpa karang. jalanraya tanpa lubang
senyuman paling mawar. manisku

laut bermimpi. kita kembali berpelukan
sebagai sepasang kekasih. bersayap purnama
terbang menerangi malam. pohon-pohon sepi kegelapan

aku pergi ke masjid. kau sedang berzikir. anak-anak belajar mengaji
laut bermimpi. alangkah indahnya. alangkah bahagia


Semua Berzikir untuk Cinta

dan laut. dan ombak. dan riak. dan camar. dan nelayan.
dan perahu. dan bagan. dan ikan. dan karang. dan lumut
dan angin. dan langit. dan cakrawala. dan awan. dan
matahari. dan senja. dan pohon. dan daun. dan bukit.
dan lembah. dan sawah. dan ladang. dan kebun. dan buah.
dan bunga. dan belalang. dan kupu-kupu. dan burung.
dan aku. dan engkau. dan dia. dan semua…
    berzikir untuk cinta

           ya cintaMu
maha esa. maha perkasa. maha pemurah. maha pengasih.
maha penyayang. maha suci. maha melihat. maha
mendengar. maha pengampun. maha pelindung. maha
besar. maha penyabar. maha agung. maha mulia. maha
merindu. maha segala…
     di tubuh semesta

maka laut. maka ombak. maka riak. maka camar. maka
nelayan. maka perahu. maka bagan. maka ikan. maka
karang. maka lumut. maka angin. maka langit. maka
cakrawala. maka awan. maka matahari. maka senja. maka
pohon. maka daun. maka bukit. maka lembah. maka
sawah. maka ladang. maka kebun. maka buah. maka
bunga. maka belalang. maka kupu-kupu. maka burung.
maka aku. maka engkau. maka dia. maka semua…

                         berzikir untuk cinta

       ya cintaMu
                         juga maha airmata


Tentang Syaiful Irba Tanpaka
Syaiful Irba Tanpaka lahir di Telukbetung, 9 Desember 1961, alumnus FISIP unibersitas Saburai, Bandarlampung. Mulai mengakrabi dunia kepenulisan sejak tahun 1981. Kumpulan puisi tunggalnya: Mata-mata (1984) dan Buku Puisi (1996). Selain tentunya banyak termuat dalam antologi puisi bersama dan media massa. Pernah diundang Dewan Kesenian Jakarta pada Forum Puisi Indonesia ’87. Pertemuan Sastrawan Nusantara di Kayu Tanam, Sumbar (1997), Kongres Cerpen II di Jembrana Bali (2002). Merupakan Ketua Harian Dewan Kesenian Lampung dan Sekretraris Parfi cabang Lampung.

Catatan Lain
Saya beli buku ini pada Senin, 12 September 2011 di TB Karisma. Waktu itu harganya Rp. 17.600,- Kayaknya, penyair ini adalah spesialis penyair cinta. :D Tapi cinta yang melankolis, kayaknya. Dalam puisi Metamorfosis Cinta, ia mengutip ucapan Siluman Babi dalam cerita Sun Go Kong, “begitulah cinta. deritanya tiada akhir.” Maka pengen juga saya plesetkan ungkapan itu: “Begitulah puisi. Keisengannya tiada henti!” Hehe.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar