Laman

Tonggak

Jumat, 01 Januari 2016

J.S.A. Putra: KITA MASIH PUNYA CINTA




Data buku kumpulan puisi

Judul : kita masih punya cinta
Penulis : J.S.A. Putra
Cetakan : I, Januari 2006
Penerbit : bukupop, Jakarta
Tebal : viii + 71 halaman (71 puisi)
ISBN : 979-99943-1-4
Perwajahan : Radite C. Baskoro
Rancangan sampul : Nanok K.

Beberapa pilihan puisi J.S.A. Putra dalam kita masih punya cinta

sekeping doa

sekeping doa ia bisikkan
menempel di antara pucuk-pucuk daun
segala pinta, segala mohon, ia nyatakan
kunjungi pagi berlumur embun menggantung


makna sebait puisi

sebelum ku datang
mengetuk pintu hatimu
ku hanya tinggalkan sebait sajak
yang kutulis di kening mimpi kita
semoga kau mengerti apa maknanya


sketsa senja

di pojok ruang
angin membelai keheningan
mengajak kita temukan cinta
tanpa pelangi tersaji
di sketsa senja keemasan
kau di sisiku tanpa jarak
mencipta sesuatu dalam riak jantungku



rindu 1

senja yang jatuh
bersama hujan beriringan
terselip rindu
di balik rerumputan


kau hadir

serpihan malam
tertinggal di pelukan
dalam mimpi yang terpotong subuh
kau hadir di sini
terbit mengiringi pagi


gugur daun 2

telah kau saksikan kematian mereka
penuh keikhlasan
meninggalkan resonansi kehidupan
rohnya hampa
jantungnya diam
melepas senyuman
terlepas dari tangkai
terlepas dari ibu pohon


kita masih punya cinta

mari diam
mendiamkan sejuta masalah dan amarah
kita tak patut lagi memindahkan hati
menuju ujung kecewa
karena esok kita masih punya cinta


renungan malam

dalam renungan malam
dalam hening suasana
dalam kelamnya ruang
dalam diamnya pijakan
dalam tangisnya hati
dalam jeritnya nurani
dalam sesalnya laku
dalam tenangnya jiwa
dalam gejolak raga
dalam sesaknya dada
dalam hilangnya bayang
dalam tetes air mata
dalam teduhnya kasih
dalam merdunya nada
dalam khusuknya doa
aku merasa dekat dengan-Mu


seperti dulu

kita cukup di sini
menengok tebaran sinar bintang
menghirup udara malam
menyelipkan kunang-kunang
menghirup buih angin
seperti dahulu


lukisan bintang

ia selalu melukis bintang bercahaya
memetik sinar peraknya
menyelipkan di saku piyama
kelap-kelip itu abadi
di sisi hatinya itu – putih


senyumnya

suaranya lembut
bercerita tentang dongeng lama
pagi purba membawanya pergi
namun senyumnya tertinggal di sini
mekar di taman bunga matahari


katamu

benar apa katamu
adakalanya kita sendiri
dalam waktu sendiri
dalam ruang sendiri
dalam dunia sendiri

benar apa katamu
adakalanya kita harus menyendiri
terpojok sendiri
terdiam sendiri
terpekur sendiri

benar apa katamu
adakalanya kita harus menyendiri
mengutus sepi
mengukur sunyi
menanti henti


warna tangis

warna tangis yang kau lelehkan
memuai menjadi bening-bening diam
aku tak mampu selamatkan damai
hanya titik-titik sepi mengembang
menjadi bunga-bunga hidup
namun duniaku selalu kuncup
tanpa rekah


sajak kematian

di detak jantungku
gemuruh halilintar bertalu
memecah dinding keseharian
aku lantak
menjadi nyawa terpisah
aku lantar
tanpa kamboja istirah

di atas pusaraku nanti
aku dijatuhi hempasan angin
menuju dasar tanah merah
basah –


perjalanan

kita tak pernah tahu
seberapa jauh berjalan
seberapa lama melangkah
habiskan waktu untuk dunia baru

mungkin musim masih kemarau
sebab kau puja pucuk-pucuk daun berguguran
dan kekeringan tersipu di atas akar-akarnya
mungkin musim telah penghujan
sebab kau puja titik-titik gerimis berlumuran
dan kesegaran termaktub di palung bumi


janji 1

seperti janji yang kau lukis
di layar putih
aku tak sempat mengguntingnya
karena senja terlalu cepat membuka mantra

seperti janji yang kau kirim
di ujung bukit
aku tak sempat membacanya
karena hujan terlalu cepat mengirim kata


tegak

aku tegak
menyongsong lafadz indah-Mu
menjadikannya serpihan angin
mengetuk hati yang damai


Tentang J.S.A. Putra
Tak ada biodata J.S.A. Putra di buku ini.


Catatan Lain
Tak ada semacam pengantar, biodata penyair, endorsemen. Di sampul belakang hanya ada dua bait puisi tanpa judul, yang jika ditelusuri puisi tersebut berjudul Janji 1.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar