Laman

Tonggak

Senin, 22 Oktober 2018

Budhi Setyawan: PENYADARAN



Data buku kumpulan puisi

Judul : Penyadaran
Penulis : Budhi Setyawan
Cetakan : I, September 2006
Penerbit : Bumi Budhi, Jakarta Pusat.
Tebal : xiv + 100 halaman (88 puisi)
ISBN : 979-15264-1-9
Desain cover : Lukisan Telinga Dunia, 2006, Budhi Setyawan

Penyadaran terdiri atas 2 bagian, yaitu Penyadaran (45 puisi) dan Kebangkitan (43 puisi)

Sepilihan puisi Budhi Setyawan dalam Penyadaran

NAFAS EKOR KUDA

Bunga yang tumbuh di balik nadi
menarik nafasku mengarungi belantara
menggelitiki hidungku geli
dan bersin menyebarkan salam

nafasku yang turun naik memegangi ekor kuda
bertanya-tanya apa maksud sebenarnya
pertikaian membelenggu langkah ubur-ubur
mencari sosok akar kata di pinggir perkampungan

pagiku beranjak sendiri, dengan tanpa basa-basi
berlalu meninggalkan kepulan asap rokok
menggelitik hidung alam raya
nafas terbelenggu di bawah tempurung

ekor kuda yang menepuk-nepuk mukaku
menjadi tangan kekasih yang lincah
mengelus seluruh sudut kelemahanku
dan terengah-engah memburu bulan bulat di langit

lalu dimanakah kini kekasihku?

Jakarta, 8 Mei 2001


MALAM SEHABIS HUJAN

Jari malam menancapkan kukunya di kegelapan
langkah angin terhenti tersandung kebekuan
dan rembulan terpaku lesu tertidur di atas awan
binatang malam berpencar menjelajahi tengkuk jalanan
menyebar aroma keterasingan

suara tetes air hujan menimpa lembah daun-daun
atau jerit demonstran
atau tangis insan yang bersimpuh di depan nasib
menelanjangi garis tangan
mencari kemana mengalirnya air liur yang membawa
sampan-sampan tanpa kompas

malam menanyakan sejarah yang belum bicara dengan
sejujurnya
agar anak cucu tak lagi menembaki burung-burung lagi
yang semestinya jadi penghias damai belantara

Jakarta, 17 Januari 2001

Galeh Pramudianto: SKENARIO MENYUSUN ANTENA



Data Kumpulan Buku Puisi

Judul : Skenario Menyusun Antena
Penulis : Galeh Pramudianto
Penerbit : Indie Book Corner, Yogyakarta
Cetakan : I, 2015
Tebal : iv + 222 halaman (131 puisi)
ISBN : 978-602-3091-17-1
Penyelaras aksara dan penata letak : Pertiwi Yuliana
Desain sampul dan ilustrasi : Hanny Atalie Dethasya

Skenario Menyusun Antena terdiri atas 3 bagian, yaitu Skenario Menyusun Antena (57 puisi), Fabula dan Simptom Kamar (42 puisi) dan Layar Itu Tak Sempat Mengunjungi Kabar Engkau (32 puisi).

Sepilihan puisi Galeh Pramudianto dalam Skenario Menyusun Antena

KAWAT BERDURI

1998. aku jalan-jalan saja. kawat berduri. aku makan-makan saja.
bakar-bakar. aku jalan-jalan saja. koyak-moyak, kebiri. aku
makan-makan saja. gas air mata. aku ongkang-ongkang kaki saja.
baku hantam. aku baca buku saja. jarah! sejarah tak akan
bernanah. aku nonton televisi di atas genteng rumah. berdarah-
darah. aku mandi pake sabun saja. bising politik, gaduh suara-
suara. aku belum lahir saja. aku masih aku yang lain di
demonstrasi uang jajan membeli mobil-mobilan. ini bukan aku
saja. maaf, aku masih bau pasar dan kamar di congor dan tengik
riwayatku sendiri.


TINGGAL BAHASA

Aku rindu eskalator yang membawaku sampai di lembah baju-
baju. Kentang goreng, susu kotak, dan jus melon merekah dalam
kantong belanjaan. Aku rindu ruang merokok, yang
menggendongku beristirahat pada pekat polusi kota,
menenangkan dalam sebungkus hisap lesap.
Aku rindu pada ibu yang berbincang dengan kliennya bersama
donat dan moccacino di sudut ruko-ruko. Aku rindu bertemu Wiji
dan Warhol. O, apa mereka sarapan satu meja? Aku rindu pada
billboard di bulevar, menyalak, memeluk tubuh haus ini dalam
dekapan kaleng soda. Di praja aku tertinggal oleh lampu-lampu,
ditawan kartu kredit dan dijajah gosip-gosip. Kini hanya
bahasaku sahaja yang masih setia mengampu.

Imam Budiman: DI BALIK KULIT DAN BELULANG



Data Kumpulan Buku Puisi

Judul : Di Balik Kulit dan Belulang
Penulis : Imam Budiman
Format buku : E-book, Jakarta
Terbit : April 2018
Tebal : 95 halaman (73 puisi)

Sepilihan puisi Imam Budiman dalam Di Balik Kulit dan Belulang

Wajah Ibu dalam Skripsi

di lembar-lembar skripsi,
kucari-cari sisa wajah ibu.

bagaimana kabar ketulusan
di balik purba rahimnya?

ibu lebih setia merentang jarak
di antara lembah dua spasi.

di sela kata, ia mengintip dengan tatap yang entah.
di celah waktu, ia mendoakan meski tiada kabar.
di ujung bab lima, ia purna menuju Tuhan.

2016


Kota Jakart[u]a

wajah kota gerah pucat serupa mayat
kita sepakat menabur di makam istirahnya,
menjadi bagian sekelompok arakan pelayat

kaum gardu datang menyesaki tubuhnya
ibu-ibu menata gorengan berdebu, dijualnya
anak-anak bermain kencing abu, dibungkusnya

mari memesan tiket bus untuk pulang ke desa,
kita sudah tak layak hidup di kota mayat ini

2016

Muhammad Daffa: SUARA TANAH ASAL



Data buku kumpulan puisi

Judul : Suara Tanah Asal
Penulis : Muhammad Daffa
Cetakan : I, Juni 2018
Penerbit : Teras Budaya, Jakarta Selatan.
Tebal : viii + 76 halaman (70 puisi)
ISBN : 978-602-5780-07-3
Desain cover : Teras Budaya Art
Pengantar : Remmy Novaris DM

Sepilihan puisi Muhammad Daffa dalam Suara Tanah Asal

CERITA DAUN

“daun-daun tak pernah membosankan untuk sekadar bercerita”
“seperti dua kuntum mawar di sebuah pagi, mekar atas dunia”

2017


DELAPAN SAJAK YANG ENGGAN MENYATUKAN

“Akulah sajak, yang tak gampang disatukan. Seseorang akan
menulisku lagi dalam halaman lain
Dua hari dari sekarang.”

“Tapi aku penyair, dan delapan pijak majas sudah kudapatkan demi
mengubahmu jadi sajak.”

“Akulah sajak, yang menantikan halaman lain membuka diri. Bukan
padamu tempatku menjadi.”

“Tapi aku melankolia, yang mudah memutuskan rindu dan sekelumit
cinta masa muda.”

“Sajak-sajakku yang tak pernah bisa selesai, dengarlah niatanku
menyelesaikanmu.”

2017

Yahya Andi Saputra: JAMPE SAYUR ASEM



Data buku kumpulan puisi

Judul : Jampe Sayur Asem
Penulis : Yahya Andi Saputra
Cetakan : I, Desember 2017
Penerbit : Kosa Kata Kita, Jakarta.
Tebal : xviii + 108 halaman (86 puisi)
ISBN : 978-602-6447-43-2
Perancang sampul : Rujiyanto
Penata letak : Irman Nugraha
Supervisi penerbitan : Kurniawan Junaedhie
Pengantar : Heryus Saputro Samhudi (Fantasi Puitika Anak Betawi)

Jampe Sayur Asem terdiri atas 2 bagian, yaitu Bagian Pertama, Anak-anak Marunda Pulo (40 puisi) dan Bagian Kedua, Anak-anak yang Kehilangan Rumah (46 puisi)

Sepilihan puisi Yahya Andi Saputra dalam Jampe Sayur Asem

JAMPE SAYUR ASEM
:via alviandra

Emak nyiangin sayuran
Katanya mao nyayur asem
Papaya dikupas diiris wajik
Kacang panjang daon ninjo dirawis
Nangka muda dipotong lonjong
Jagung satu dipotong tiga
Ada lengkuas serta asem jawa
Gula merah disiapkan juga
Emak menyiapkan cobek
Memasukkan cabai merah bawang merah
Bawang putih kemiri terasi dan garam secukupnya
Semua diulek dihaluskan
Panci berisi air sudah mendidih
Emak masukkan bumbu halus
Lalu buah ninjo papaya nagka jagug kacang panjang
Barulah menyusul gula jawa dan asem
Air di panci bergolak mendidih
Emak tiada henti rapal mantra
Aring uwung awang-awang
Daon dadap daon bisoro
Angeng cieung kurang bawang
Nyerodot dipati koro
Arereeeh…
Duh…emak! Ni dia rupanya
Sayur asemmu tiada duanya

Jakarta, 10 Agustus 2017


RAWA BANGKE
: ahmad syaropi

Yang kuceritakan kemarin adalah flamboyan tua
Di musim kemarau ringkih renta

Ribuan perhentian yang kau singgahi
Justeru menyingkirkanmu ke tepi
Berserakan tajam kerikil dan ujung duri

Kolam dan danau bahkan sumur kehabisan air
Dan kau dahaga tanpa akhir
Tetapi yang kuceritakan ini
Diriku sendiri
Taman dan bunga-bunga mati

Jakarta, 9.10.2016

* Saat ini tidak ada lagi Rawa Bangke, diganti namanya jadi Rawa Bunga (Jatinegara, Jakarta Timur). Nama itu muncul pada sama penjajahan Inggris. Menurut cerita rakyat, awal tahun 1811, waktu pasukan Inggris berusaha merebut Batavia dari Belanda, terjadi pertempuran sengit di Jatinegara (waktu itu namanya Meester Cornelis), tidak sedikit prajurit tewas. Mayatnya bergelimpangan di rawa. Dikenallah tempat itu Rawa Bangke.

Jumat, 27 April 2018

Mustofa W. Hasyim: POHON TAK LAGI BERTUTUR



Data buku kumpulan puisi

Judul : Pohon Tak Lagi Bertutur
Penulis : Mustofa W. Hasyim
Cetakan : I, 2013
Penerbit : Madah, Yogyakarta.
Tebal : xiv + 70 halaman (53 puisi)
ISBN : 978-979-19797-7-1
Gambar sampul : Toni Malakian
Desain sampul : Omah Djanur
Tata letak : Gapura Omah Desain
Penyelia aksara : Murnita D. Sukandar

Sepilihan puisi Mustofa W. Hasyim dalam Pohon Tak Lagi Bertutur

DI KERAMAIAN GEREBEG SEKATEN

Langit teduh, ujung-ujung tombak prajurit bergerak naik turun
seperti gelombang kepedihan
tambur bertutur tentang leluhur terkubur di bukit Imogiri
terompet menyobek waktu, kegaduhan segera dimulai
Para pemikul doa menyongsong pemikul gunungan
seharusnya upacara diutuhkan, tapi selalu saja
para penagih berkah yang semalam tidur di halaman masjid
gelisah dan cemas tidak kebagian jatah nasib
“Kalau tidak merebut akan hampa tanganku.”

Mereka bergerak menciptakan pusaran
keheningan mentah kembali, “Inilah alam raya
silakan ruhmu sembunyi.”
Banyak yang meloncat bagai monyet
menyerbu pohon sarang bebuahan
yang lain, minta dilempari sisa

Pasir di pelataran masjid, teraduk-aduk pertempuran
reruntuhan gunungan dipungut satu demi satu
senyum dan sedikit tawa membilas jiwa
letih karena menunggu
lalu, desa-desa tak bakalan sunyi
“Kami segera pulang kembali.”

2009


PEMBAKARAN BATU BATA, SEUSAI TARAWIH

Nyala jerami seperti jemari yang menyala
diam-diam, desa masih bertenaga

Bau asap tak terkalahkan oleh pertanyaan
orang-orang kota, hanya menawarkan kata-kata

Betapa teduh hidup, menyerahkan diri
pada irama gaib penuh rahasia langit

“Batu bata ini akan selesai bertapa. Lalu apa?
Dibariskan dan disembunyikan di balik warna.”

2006

Alfian Dippahatang: DAPUR AJAIB



Data buku kumpulan puisi

Judul : Dapur Ajaib
Penulis : Alfian Dippahatang
Cetakan : I, Februari 2017
Penerbit : BASABASI, Yogyakarta.
Tebal : 104 halaman (40 puisi)
ISBN : 978-602-391-330-5
Penyunting : Faisal Oddang
Tata letak : Amalina
Tata isi : Ika Setiyani
Pracetak : Agus Gendut

Dapur Ajaib terdiri dari 5 bagian, yaitu Akronim (6 puisi), Makan Coto (6 puisi), Sejarah dan Lain-lain (19 puisi), Ayahku Bukan Suami Pengecut (1 puisi) dan Membuat Teori (8 puisi).

Sepilihan puisi Alfian Dippahatang dalam Dapur Ajaib

Dapur Ajaib

Dapur yang paling mantap memproduksi makanan
adalah dapur yang bersumber dari lidah
seorang ibu. Rela lembur setiap hari,
demi tuntas menemukan rasa paling rasa.

Banyak orang asing yang takjub mencicipi makanan
yang ditakar dari lidah ibu,
kini dianggap seperti mukjizat

Bekerja setiap hari memang melelahkan,
tetapi yang namanya kesetiaan bagi ibu,
akar yang sudah kekar menyatu inti tanah.

Dapur itu ajaib juga ya ayah,
anak kecil itu menimpali ayahnya
yang berkisah mengenai ibu dan dapur ajaibnya.

Lidah ibu, sekarang jadi kiblat masakan
yang dipercaya oleh orang yang senang dengan mitos.


Sibuk di Dapur

Kesetiaanku terbangun saat melihatmu
sibuk di dapur menyiapkan makanan.

Aroma kebahagiaan itu tercium dari tumis
bumbu yang sedap kuhirup dari racikanmu.

Hawa panas dari perapian membuat wajahmu
yang keringatan dan berminyak kian beraura.

Pancaranmu kulihat jelas, bahwa kesiapanku
menerima beban dalam cinta kubawa sampai mati

Kita berkunjung ke pasar melengkapi bahan-bahan dapur.
Buatmu selalu semangat memasak makanan enak-enak.

Kini, jejak kakimu tak lagi menyentuh lantai dapur.
Perutku tabah makan apa saja, tubuhmu kian akrab di
            kasur.