Laman

Tonggak

Jumat, 17 November 2023

Fitri Nganthi Wani: JANGAN MATI SEBELUM BERGUNA

 

 
Data Kumpulan Puisi
 
Judul buku: Jangan Mati Sebelum Berguna
Penulis: Fitri Nganthi Wani
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Cetakan: I, April 2020
Tebal: x + 137 halaman (96 puisi)
Penyelia naskah: Teguh Afandi
Desain sampul: Ivana Kurniawati
Penata letak: Fitri Yuniar
ISBN: 978-602-06-4058-7 (PDF)
 
Sepilihan puisi Fitri Nganthi Wani dalam Jangan Mati Sebelum Berguna
 
MENJADI BUDEG KADANG PERLU
 
perjuangan itu salah satunya
berupaya keras untuk tetap bertahan hidup
tanpa harus menyusahrugikan orang lain
 
yang seperti ini agaknya sering luput
dari padangan para pengamat hidup
terkadang bukan dukungan yang didapat
justru nyinyir sindir hujan hujat
dan teori konspirasi yang tak berkesudahan
 
menjadi budeg itu kadang perlu
untuk menyikapi mereka
yang tak punya kapasitas untuk mendengar
 
11 Oktober 2014
 
 
UTAMA
 
bahkan ketika kamu harus sendirian
tetaplah memihak kebenaran
 
2014
 
 
PEREMPUAN YANG DIKORBANKAN
 
Perempuan-perempuan yang dikorbankan
Oraknya adalah kalkulator
Bertahan teliti dan penuh perhitungan
Mereka pernah berperang
Melawan keroyokan dunia yang munafik
Dunia yang suka memaksa
Namun durhaka pada waktunya
 
Perempuan-perempuan yang dikorbankan
Menjadi ibu dari banyak bayi
Bayi dari rahimnya sendiri
Bayi dari rahim neneknya
Bayi dari rahim ibu mertuanya
Bayi dari rahim perempuan lain
 
Perempuan-perempuan yang dikorbankan
Rambutnya berantakan
Lingkar mata kehitaman
Bibir mengering
Sorot mata kecemasan
Binge Eating – Anorexia – Bulimia
Tubuh sendiri dibenci
Disakiti dan ingin mati
 
Sampai kapan lagi
Perempuan-perempuan yang dikorbankan?
 
31 Januari 2017
 
 
PERADUANKU
 
Ketika hidup menekanku
Dan hatiku jadi tersedu
Tuhan memberiku rasa rindu
Memulangi tempat asalku
 
Di saat aku tergoda sendu
Melihat apapun terasa palsu
Maka ibu tetaplah ibu
 
9 Februari 2017
 
 
PERENUNGAN
 
Pada masanya nanti
Para pembunuh akan mengakui
Perbuatannya dari mulutnya sendiri
Di hadapan Tuhan
 
Maka janganlah kau menghabiskan waktu
Hanya untuk mengatur pembalasanmu
 
Bukankah cukup sakitmu
Sebagai penggugur dosamu
Dan ketabahanmu
Menjadikanmu mulia?
 
Menerima memanglah hal yang sulit
Karena kepuasan lebih mudah diperoleh dengan memaki
 
Maka biarlah akau bertanya padamu,
“Akankah kau habiskan waktu hidupmu
yang sementara ini hanya untuk mencaci
sedangkan Tuhan yang tengah mempersiapkan
rumahmu yang indah dan kekal
sedih melihatmu berada dalam golongan penyerapah?”
 
Daun yang gugur tak akan kembali pada pohonnya
Meski berkali-kali kau kutuki
Biarlah dia terbang menuju takdirnya
Hingga genaplah tugas sang angin
 
15 September 2017
 
 
CAHAYA SUKMA
 
Ibuku menjadi bayangan
Yang mengikutiku saat berjalan
Yang menghadapiku saat bercermin
Saat aku ingin atau tak ingin
 
Hidupnya yang dirasuki pengap
Membuatnya sulit sekali terlelap
Maka bila aku masuk ke ruang yang gelap
Ibuku lenyap menghindari senyap
 
Ibu memanggilku Cahaya Sukma
Karena aku berani menantang surya
Menaklukkannya dan menghisap sinarnya
Agar saat malam aku terus menyala
Biar bayangan ibu selalu ada
 
11 Oktober 2017
 
 
DALAM DOA AKU MEMELUK
 
waktu tak bisa berpulang
raut kan kian mengkerut
 
mimpi ini tentang pamrih
pada Tuhan
agar membalas indah
semua perjuanganmu
 
aku adalah kasih yang tak terbatas
namun tak terbebaskan
karena bebas haruslah kamu sendiri
 
dalam doa,
aku memeluk
 
18 Februari 2014
 
 
SETARA
 
kilau perkasa tekad berdaulat
melawan sudut pandang rapuh
menghancurkan batas-batas konyol
yang terbangun waktu dan harga mati
 
tebas pemikiran soal derajat
runtuhkan keyakinan
yang terbodohi doktrin massa
 
perempuan adalah dewi mahaagung
yang mencipta hidup pada periuk rahim
 
perempuan adalah empu sakti
pengasah pusaka jiwanya sendiri
penebar bibit-bibit perlawanan
 
perempuan bertahan
bangkit dan melawan
di mata semesta
perempuan dan lelaki
setara!
 
09 Maret 2014
 
 
TAK MAMPU DIBELI
TAK MAMPU DIRAMPAS
 
aku menyadari jalan keberhasilanku
yang telah dihadang
sejak dari tempatku belajar
mengikat tali sepatu
 
aku berusaha wajar
meski mesin waktu gemar mencubit
dan membuatkku kaku wagu
karena sakitnya bukan main
kadang bilur birunya membekas begitu lama
merusak penampilanku
 
lalu seperti sekali menjejal meditasi
kesimpulan sukses hanyalah sudut pandang
dari angin yang berlari ke segala penjuru
aku belajar mencermati
 
ada yang sering dilupakan para perampok kesenangan
bahkan dengan meringkuk di balik selimut
aku bisa menjadi liar tanpa harus diajari liar
karena mimpi tak mampu dibeli dan bebas tak bisa dirampas
 
8 April 2014
 
 
SIAP MERDEKA?
 
lemah hanyalah sudut pandang
kekuatan dimulai dari mindset
memerdekakan diri sendiri adalah sikap
pertanyaannya: berani apa tidak?
siap merdeka
siap tahan banting
 
17 Agustus 2014
 
 
TENTANG BERKAWAN
 
perkawanan adalah misteri
kadang kita tak tahu
yang tampak santun
justru menelanjangi dirinya sendiri
yang tampak semrawut
justru tertata hati dan pikirannya
yang tampak keras
justru begitu lembut perasaannya
yang tampak manis
justru sedang menyiapkan minuman beracun
di saat kita lengah
 
ada juga yang lain
yang belum berusaha
tapi sudah mengeluh kelelahan
yang tampak tenang
tapi sedang kebingungan
yang tampak banyak pertanyaan
tapi tak mau mendengar jawaban apapun
yang tampak kepayahan
tapi tak mau dikasihani
 
sikap manusia
terbentuk dari trauma
dan imajinasi yang berlebihan indahnya
yang pertama biasanya berakhir lebih baik
meski yang kedua juga bisa melahirkan hal-hal brilian
 
ini pelajaran ada dua soal
tentang berhati-hati
dan pengharapan
 
setiap manusia dilahirkan baik
nilai bersifat relatif
tergantung kepentingan
masyarakat kita masyarakat kepentingan
 
April 2015
 
 
RUWET
 
menjadi bebas belum sepenuhnya bebas
jika kau masih tergalaukan selera publik
dan merasa rikuh ketika pingin jadi diri sendiri
tahu tidak?
kebebasan itu sesungguhnya absurd
 
14 Juli 2015
 
 
SEBUAH NEGERI MILIK PARA PERAMPOK
 
robek hatiku belum pudar
tapi dipaksa terapi maklum
dihajar lalu dicium
dihujat lalu dibelai
dituduh lalu disayang
diam tak sanggup melawan
 
pundak ini telah mati rasa
memikul dampak masa lalu
namun terbungkam
tak sanggup mengungkap pengap
 
sesungguhnya aku bukan Simon
yang sukarela mau memanggul
salib-salib nabi pergerakan
kareana mereka bukan Yesus
yang kembali meminta salibnya sendiri
 
“Sesungguhnya kita berjuang untuk masa depan,”
kata mereka yang kuingat di masa lalu
aku kecil sangat berbinar waktu itu
namun aku kecil pun dibuat terus terlantar
dijadikan bola mainan
dianggap tiada karena apa adanya
lalu menua menjadi korban baru
menjadi sejarah baru
cerita baru
hiburan baru
 
di sebuah negeri milik para perampok
aku rindu masa kanak-kanakku
 
28 maret 2016
 
 
KAPOKMU KAPAN
 
melakukan kesalahan
pura-pura menyesal
minta dikasihani
dikasihani
 
mengulang kesalahan
pura-pura menyesal
meminta ampun
diberi ampun
 
mengulang lagi kesalahan
menyesal
meminta ampun
ditinggal pergi
 
meraung-raung
playing victims
mendapat simpati
diulang lagi
 
jidatmu butuh dipopor berkali-kali
sampai kau memohon ampun pada hidup
dan tak lagi bermain-main dengan kesempatan
 
17 Februari 2017
 
 
Tentang Fitri Nganthi Wani
Fitri Nganthi Wani lahir di Solo, 6 Mei 1989. Kumpulan puisinya Selepas Bapakku Hilang (2009), Kau Berhasil Jadi Peluru (2018). Banyak terlibat dalam kegiatan dan aktivitas kesusastraan.
 
 
Catatan Lain
          Di sampul belakang buku ada tulisan begini: “Dalam kumpulan puisi ini, Fitri Nganthi Wani menerjemahkan luka, cinta, duka keluarga, dan peliknya kehidupan sebagai anak Wiji Thukul aktivis yang hingga sekarang tak terang keberadaannya. Sesekali dengan bahasa manis, lebih sering dengan bahasa menggertak, memperlihatkan kegeraman dan nada perlawanan yang kentara sebagai perempuan. Persis seperti yang disampaikannya. Perempuan memang begini. Kalau tidak melawan, tidak akan menawan.”
          Oya, hubungan ayah-anak sebagai penyair/pesastra kulihat ada beberapa di Indonesia ini. Selain Wiji Thukul & Fitri Nganthi Wani, juga ada Gerson Poyk & Fanny Jonathans Poyk, Hijaz Yamani & Micky Hidayat, Ajamuddin Tifani & Dewi Alfianti.  Berikut puisi yang kayaknya ditulis buat bapaknya itu:
 
DALAM NADI KURAJAH PUISIMU
 
Tubuhku adalah alat perekam yang mumpuni
Dari sejarah yang membentuk masa depanku
Ia kini tak setangguh yang dulu
Memoriku sudah mulai tercecer
Emosiku bak roller coaster yang naik turun
Segala nyeri di sekujur tubuh
Menjadi alami
 
Namun ada logika dari fibromyalgia
Kepergianmu adalah kekerasan
Merinduimu adalah kekerasan
Tekanan yang kuhadapi adalah kekerasan
Aku dinyatakan sakit
Karena kekerasan yang terjadi di masa lalu
 
Bapak
Kita menjadi kisah sendu
Yang tak lekang waktu
Dalam nadiku kurajah puisimu
Agar suatu saat ketika usia melumpuhkanku
Aku akan senantiasa ingat
Bahwa “bapakku orang berani”
 
4 Desember 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar