Laman

Tonggak

Minggu, 06 Desember 2015

Sherly Malinton: BUNGA ANGGREK UNTUK MAMA




Data buku kumpulan puisi

Judul: Bunga Anggrek untuk Mama
Penulis: Sherly Malinton
Penerbit: PN Balai Pustaka, Jakarta
Cetakan: 1, 1981
Pengantar: PN Balai Pustaka dan Sherly Malinton
Hiasan kulit dan dalam: Nana Resmana
BP No. 2944
Percetakan: PN Balai Pustaka, Jakarta
Tebal: 48 halaman (37 puisi)

Beberapa pilihan puisi karya Sherly Malinton dalam Bunga Anggrek untuk Mama

ADA TELAGA JERNIH DI HITAM MATAMU, MAMA

Ada telaga jernih di hitam matamu, Mama
airnya setiap pagi mengaliri putra –putri
dengan tatapan kasih. Saya kira embun pagi yang
menetes pada daun-daun dan air hujan yang menyegarkan
 tanaman, bersumber pada air matamu itu.

Ada telaga jernih di hitam matamu, Mama
saya ingin berenang-renang setiap pagi,
menyegarkan tubuh agar cepat menjadi besar.
Dan dapat menggantikan engkau bekerja di dapur. Karena
 setiap hari kelihatannya engkau lelah sekali.

Jakarta, 1976

Ariffin Noor Hasby: SALAWAT LAUT




Data buku kumpulan puisi

Judul : Salawat Laut
Penulis : Ariffin Noor Hasby
Cetakan : I, 2013
Penerbit : Pustaka Banua, Banjarmasin.
Tebal : xvi + 72 halaman (60 puisi)
ISBN : 978-602-986490-9
Tata letak : Qonita
Desain sampul : Dayyina
Pengantar : Tajuddin Noor Ganie

Beberapa pilihan puisi Ariffin Noor Hasby dalam Salawat Laut

Aku Melihat Mesjid Berangkat Tua

Aku melihat masjid berangkat tua
seperti diriku
di menaranya beribu suara adzan
memanggil gedung-gedung pencakar langit
yang terlelap menunggu kabar manusia

Orang-orang termangu di antara jejak
yang ditinggalkannya di pinggir malam
aku baca di dalamnya ada remukan-remukan hatimu
yang pernah berniat mengalahkan dunia
tapi tak pernah mampu:

Adakah kau pernah melihat dirimu berangkat tua
seperti masjid yang selalu mengajarkan kepadaku
janji sebuah waktu

Banjarbaru, Oktober 1995

Baequni Mohammad Haririe: SURAT UNTUK TUHAN




Data buku kumpulan puisi

Judul : Surat Untuk Tuhan
Penulis : Baequni Mohammad Haririe
Cetakan : I, Juli 2010 M/Sya’ban 1431 H
Penerbit : Komunitas Seniman Santri, Cirebon.
Tebal : x + 180 halaman (104 puisi)
ISBN : 978-602-97413-0-8
Rancang sampul : Baequni MH
Penata isi : Kamil Bahtimi

Surat Untuk Tuhan terdiri dari 6 bagian, yaitu Surat 1 (25 puisi), Surat 2 (9 puisi), Surat 3 (35 puisi), Surat 4 (6 puisi), Surat 5 (6 puisi) dan Surat 6 (23 puisi)

Beberapa pilihan puisi Baequni Mohammad Haririe dalam Surat Untuk Tuhan

Sepucuk Surat Untuk Tuhan

Kepada yang Maha Kuasa
Aku hanyalah hamba berlumuran dosa
Sekiranya doaku yang menggunung
Bisa kujadikan pijakan untuk menggapai langitMu
Maka, izinkanlah aku memetik satu bintangMu
Yang nanti akan kusemaikan dalam jiwa
Sebagai pandu atas gelap langkahku

Cirebon, 2005


Menanti

Hanya pada sajak-sajak ini
Aku coba memuntahkan senja
Dan hanya pada kata-kata ini aku berusaha
Menjiplak kekuasaanNya yang seluruhnya sempurna

Sinar yang menguning
Tak seputih biasanya
Keloneng becak yang berdenting
Berbisik menyentuh gendang telinga

Tak biru langit itu
Dan sebentar lagi gulita
Tak pekat hatiku
Tertembus adzan dari Langgar tua

Burung-burung kecil kembali ke sarang
Kelelawar hitam melayang-layang
Senja pun membayang dan tenggelam

Sehari setelah kemenangan tiba
Masih kudengar kebahagiaan mereka
Di sini, di pelataran yang suci
Apa yang dapat kunanti?

Cirebon, 2009

Matdon: MAILBOX




Data buku kumpulan puisi

Judul : Mailbox
Penulis : Matdon
Cetakan : II, April 2007 (Cet. I, Januari 2006)
Penerbit : Kiblat Buku Utama, bekerjasama dengan Mataair, Bandung.
Tebal : 64 halaman (49 puisi)
Nomor : 004.01.2006
Perancang kulit muka : Matadesain
Gambar kulit muka : “Tolstoy in Flight” karya Bunnye Meise (1996)
Sumber gambar : www.linguadex.com

Beberapa pilihan puisi Matdon dalam Mailbox

Mailbox

setelah bismillah
maut mengintai dan aku pergi ke negeri-Mu
lewat saluran 44234
namun selalu mailbox

“anda terhubung dengan mailbox, maaf! Tuhan yang anda
hubungi sedang tidak aktif, atau berada di luar area, cobalah
beberapa saat lagi”

benarkah demikian Tuhan?
apakah sinyal doaku tak sempurna
atau tahajudku terlalu ringan dan wudluku terlalu kering
sementara ruku sujudku terlalu ragu?

Bandung, 1 April 2003


Hidup

Hidup adalah anjing!
Menatap tulang tanpa daging
Kosong
Dan kita melahapnya

Bandung, 14 Oktober 2003

Lutfi Mardiansyah: SESAJI SENYAP




Data buku kumpulan puisi

Judul : Sesaji Senyap
Penulis : Lutfi Mardiansyah
Cetakan : I, Juli 2013
Penerbit : Garudhawaca, Yogyakarta.
Tebal : iv + 52 halaman (42 puisi)
ISBN : 978-60207949-07-2
Lukisan sampul : “Surah Alam” Arief Kurniawan Natapradja
Perancang sampul : Arief Kurniawan Natapradja
Penata letak : Arief Kurniawan Natapradja
Ilustrasi : Arief Kurniawan Natapradja

Sesaji Senyap terbagi atas 4 bagian, yaitu Laut (12 puisi), Langit (9 puisi), Talud (11 puisi) dan Sesaji Senyap (10 puisi).

Beberapa pilihan puisi Lutfi Mardiansyah dalam Sesaji Senyap

Menjadi Senyap
                -- sesaji kepada diri sendiri

Aku ingin mencatat sesuatu sebelum aku tak dapat lagi
mengingat apa-apa; adalah sepasang mataMu, rubi
matahari merah jambu, tergelincir di lekuk pinggul laut.
Adalah bibirMu, pesisir dilimbur pucuk kecup ombak,
ciuman yang tak juga lengkap. Pada kepak koloni camar
mengarsir putih di keluasan ungu, akulah sayap senyap.
Pada temaram kuil terumbu, amplop-amplop kerang
di pasir, akulah cangkang hening. Aku akan menjadi
senyap, denyut laut yang lelap di tubuhMu.

2013


Lagu Anak-Anak

Tik tok tik tok di dinding
diam-diam menyayat
Datang malaikat maut

Hap!

Aku ditangkap.

2013

Shinta Febriany: AKU BUKAN MASA DEPAN




Data buku kumpulan puisi

Judul : aku bukan masa depan
Penulis : Shinta Febriany
Cetakan : I, Juni 2003
Penerbit : Bentang Budaya, Yogyakarta.
Tebal : x + 64 halaman (60 puisi)
ISBN : 979-3062-90-8
Fotografer, perancang sampul : Titarubi
Gambar sampul : Titarubi, karya instalasi
“The Silence Sound of War”, 2002
Media : keramik stoneware berglasir, kayu,
besi, senar, lampu
ukuran : 30 x 20 x 380 cm
Pemeriksa aksara : Trie Hartini
Penata aksara : Agus W. Pambudi
Prolog : Afrizal Malna

Beberapa pilihan puisi Shinta Febriany dalam aku bukan masa depan

jumat dalam pete-pete

lelaki tua dengan sajadah di pundaknya. pasar senggol
adalah perhentian. menjadi lelaki tua tidak mudah, nak.
terkadang, perempuan menciptakan kesedihan
untuk dirinya, seperti awan yang tiba-tiba hitam, tetapi tidak
membawa hujan atau gerimis sekalipun, mungkin
kampung menyimpan musim yang represi dibanding
seorang suami. pernikahan pun kembali melahirkan
istri, berkali-kali. seorang polisi menjadi juara mengaji.

tiga orang anak lelaki sekolah menengah pertama,
duduklah agak ke dalam. kita tak akan pernah tahu
siapa yang mengetuk pintu. bisa hantu, yang tiba-tiba
merampas uang jajanmu yang pas-pasan. hantu ada di
mana-mana. hantu bahkan ada di sekolah. ia membuat
kening seorang ibu berkerut, ia membuat seorang
bapak tak ingin memandang cermin. apa kau masih
bermimpi untuk masuk sekolah, nopi?

lelaki awal tiga puluh, kira-kira. ia lupa nama hari, tapi
di pasar sentral ada masjid. kopiah hanya jilid kedua,
mungkin ketiga, setelah lutut. aku tak tahu pasti. itu
menurut makna sebuah bahasa yang mengalami
migrasi. apa yang dia inginkan dari pertanyaan-
pertanyaan basi? dengar, aku tinggal bersama ibu dan
ayahku di jalan anu, kuliah di universitas anu sejak tiga
tahun lalu. apakah otakmu mencatat jawaban itu? aku
turun duluan.

aku tak memihak eye shadow merah muda di kelopak
mataku. aku tak memihak gincu merah jambu, tipis di
bibirku. ibuku bilang, gula itu manis tapi jangan pulang
tengah malam.

makassar, agustus 2002
pete-pete = istilah angkot di makassar

Minggu, 01 November 2015

Budhi Wiryawan: SRIPAH





Data buku kumpulan puisi

Judul : Sripah
Penulis : Budhi Wiryawan
Cetakan : I, Oktober 2009
Penerbit : Berdikari Publising, Yogyakarta.
Tebal : 120 halaman (103 puisi)
ISBN : 978-602-95702-0-5
Editor : Tedi Kusyairi
Desain cover : Mahendradewa
Layout : Tedy Kusyairi, Mahendradewa
Prolog : Fajar Suharno, Harry Leo AER
Catatan Akhir : Latief Noor Rochmans

Beberapa pilihan puisi Budhi Wiryawan dalam Sripah

Srinalendra

maka selesailah tugasku mengantarkan surat
setelah kutemukan alamatmu di bibir sarang semut rangrang
di atas pohon yang lebat, jauh dari orbit terbang kunang-kunang

sejak bersembunyi di tempat yang tinggi itu, kau berdiam
memagut sepi, memunguti serpih jentik-jentik belalang,
sepimu menggoda, jauh di tepi bising keluh kesah,
orang-orang yang suka bernyanyi dan menutup jalan
sambil membawa spanduk berisi kecaman

sampai suatu saat tahun menua
jambangmu menjadi belukar
menutupi seluruh pipimu yang pucat
lalu laku yang kau susuri ke rumah pendeta
mentasbihkan dirimu dalam pemandian bulan

rindumu pada kesendirian adalah
lelah anak kuda di padang sabana

kau adalah lelaki yang tekun menunggu panggilan
yang akhirnya bersedia menghadapi kekalahan

2008

Lastri Fardani Sukarton: GUNUNG BIRU DI ATAS DUSUNKU




Data buku kumpulan puisi

Judul: Gunung Biru di Atas Dusunku
Penulis: Lastri Fardani Sukarton
Cetakan: 3, 1992 (1: 1988, 2: 1992)
Penerbit: Balai Pustaka
Percetakan: Balai Pustaka
BP No. 3576
Tebal: 44 halaman (36 puisi)
Gambar kulit dan hiasan vignet: Motinggo Boesye
Pengantar: Balai Pustaka

Beberapa pilihan puisi karya Lastri Fardani Sukarton dalam Gunung Biru di Atas Dusunku

hujan

paling menyenangkan
di antara perjalanan yang kukenang
bila musim hujan datang
membakar jagung di ladang
makan sambil bersila kaki
di gubuk yang sepi
memandang sawah dan gemercik kali
ah, gunung dan burung pun nampak tersenyum
sekalipun mendung
akankah kenikmatan ini
dirasakan juga oleh insan di kota

Johannes Sugianto: DI LENGKUNG ALIS MATAMU




Data buku kumpulan puisi

Judul: Di Lengkung Alis Matamu
Penulis: Johannes Sugianto
 Penerbit: AKAR Indonesia, Yogyakarta.
Bekerjasama dengan www.blue4gie.com
Cetakan : I, November 2006
Tebal : viii + 110 halaman (86 puisi)
ISBN : 979-99839-3-2
Penyunting : Raudal Tanjung Banua
Supervisi : Joni Ariadinata
Desain cover & isi, pracetak : Aida Idris
Ilustrasi cover : diolah dari lukisan Galam Zulkifli (2006)
Ilustrasi isi : Pakcik Ahmad, Kucluk, Dedi Tri Riyadi
Prolog : Joko Pinurbo

Beberapa pilihan puisi Johannes Sugianto dalam Di Lengkung Alis Matamu

Di Lengkung Alis Matamu

di lengkung alis matamu
kusandarkan harapku
usai perjalanan yang tertatih
dan kudapatkan keteduhan
ya, di lengkung alis matamu

katakan padaku
di mana hendak kutaruh rinduku
jika engkau pergi

di lengkung alis matamu
kuselami sayang yang tak terkata
inilah kiranya, dermaga hatiku
tempat melabuhkan rindu.

jakarta, juli 06


Telah

telah tergurat
kata-kata

telah berkarat
derita

getir hati
teriris perih

di jiwa mati

cinere, agustus 06