Data buku kumpulan puisi
Judul : O Amuk Kapak
Penulis : Sutardji Calzoum Bachri
Cetakan :
I, 1981
Penerbit :
Penerbit Sinar Harapan, Jakarta.
Tebal :
133 halaman (67 puisi)
Desain sampul : Didit Chris dan Rekan
Tata Letak :
Edhi SW
Beberapa pilihan puisi Sutardji Calzoum Bachri dalam O Amuk Kapak
Mantera
lima percik mawar
tujuh sayap merpati
sesayat langit perih
dicabik puncak gunung
sebelas duri sepi
dalam dupa rupa
tiga menyan luka
mangasapi duka
puah!
kau jadi Kau
Kasihku
Hemat
dari hari ke hari
bunuh diri pelan-pelan
dari tahun ke tahun
bertimbun luka di badan
maut menabungKu
segobang-segobang
1977
Tragedi Winka dan Sihka
kawin
kawin
kawin
kawin
kawin
ka
win
ka
win
ka
win
ka
win
ka
winka
winka
winka
sihka
sihka
sihka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
sih
sih
sih
sih
sih
ka
Ku
Ah
rasa yang dalam!
datang Kau padaku!
aku telah mengecup luka
aku telah membelai aduhai!
aku telah tiarap harap
aku telah mencium aum!
aku telah dipukau au!
aku telah meraba
celah
lobang
pintu
aku telah tinggalkan puri
purapuraMu
rasa yang
dalam
rasa dari segala risau sepi dari segala nabi tanya dari segala nyata
sebab dari segala abad sungsang dari segala sampai duri dari segala rindu luka
dari segala laku igau dari segala risau kubu dari segala buku resah dari segala
rasa rusuh dari segala guruh sia dari segala saya duka dari segala daku Ina
dari sega- la Anu puteri pesonaku!
datang Kau
padaku!
apa yang sebab?
jawab. apa yang senyap? saat. apa
yang renyai?
sangsai! apa yang lengking? aduhai
apa yang ragu?
guru. apa yang bimbang? sayang.
apa yang mau? aku!
dari segala duka jadilah aku
dari segala tiang
jadilah aku dari segala nyeri
jadilah aku dari
segala tanya jadilah aku dari se-
gala jawab aku tak
tahu
siapa sungai yang paling derai siapa langit
yang paling rumit
siapa laut yang paling larut siapa tanah yang
paling pijak si-
apa burung yang paling sayap siapa ayah yang
paling tunggal
siapa tahu yang paling tidak siapa Kau yang
paling aku kalau
tak aku yang paling rindu?
bulan di atas kolam
kasikan ikan! bulan di jendela
kasikan remaja!
daging di atas paha berikan bosan!
terang di atas
siang berikan rabu senin sabtu jumat
kamis selasa
minggu! Kau sendirian berikan aku!
Ah
rasa yang dalam
aku telah tinggalkan puri purapuraMu
yang mana sungai selain derai yang mana
gantung selain sambung
yang mana nama selain mana yang mana gairah
selain resah yang
mana tahu selain waktu yang mana tanah selain
tunggu
yang mana tiang
selain
Hyang
mana
Kau
selain
aku?
nah
rasa yang dalam
tinggalkan puri puraMu!
Kasih! jangan
menampik
masuk Kau padaku!
Batu
batu
mawar
batu langit
batu duka
batu rindu
batu jarum
batu bisu
kaukah itu
teka
teki
yang
tak menepati
janji?
Dengan seribu gunung langit tak runtuh dengan
seribu perawan
hati tak jatuh dengan seribu sibuk sepi tak
mati dengan
seribu beringin ingin tak teduh. Dengan siapa
aku mengeluh?
Mengapa jam harus berdenyut sedang darah tak
sampai mengapa
gunung harus meletus sedang langit tak sampai
mengapa peluk
diketatkan sedang hati tak sampai mengapa
tangan melambai se-
dang lambai tak sampai. Kau tahu?
batu risau
batu pukau
batu Kau-ku
batu sepi
batu ngilu
batu bisu
kaukah itu
teka
teki
yang
tak menepati
janji?
Tapi
aku bawakan bunga padamu
tapi kau bilang masih
aku bawakan resahku padamu
tapi kau bilang hanya
aku bawakan darahku padamu
tapi kau bilang cuma
aku bawakan mimpiku padamu
tapi kau bilang meski
aku bawakan dukaku padamu
tapi kau bilang tapi
aku bawakan mayatku padamu
tapi kau bilang hampir
aku bawakan arwahku padamu
tapi kau bilang kalau
tanpa apa aku datang padamu
wah!
1976
Daging
daging
coba bilang
bagaimana arwah masuk badan
bagaimana tuhan
dalam denyutmu
jangan diam
nanti aku marah
kalau kulahap kau
aku enak sekejap
aku sedih
kau jadi taik
daging
kau kawan di bumi di tanah di resah di babi
babi
daging
ging ging
kugali gali kau
buat kubur
dari hari
ke hari
1979
mawar lepas rasa
tikam lepas luka
gunung lepas puncak
kini aku bebas
kutaklagi punya tawanan
batu tak lagi beban
mawar tak peduli wangi
laut tak acuh luas
bebas
ngiau
was was was was was was
was was was
was
was was was was
huss
puss
diam
makanlah
se
Ada
mmmmMu!
1973-1974
Para Peminum
di lereng-lereng
para peminum
mendaki gunung mabuk
kadang mereka terpeleset
jatuh
dan mendaki lagi
memetik bulan
di puncak
mereka oleng
tapi mereka bilang
- kami takkan karam
dalam laut bulan –
mereka nyanyi nyanyi
jatuh
dan mendaki lagi
di puncak gunung mabuk
mereka berhasil memetik bulan
mereka menyimpan bulan
dan bulan menyimpan mereka
di puncak
semuanya diam dan tersimpan
Ngiau
Suatu gang panjang menuju lumpur dan terang tubuhku me-ngapa panjang.
Seekor kucing menjinjit tikus yang menggele-par tengkuknya. Seorang perempuan
dan seorang lelaki bergi-gitan. Yang mana kucing yang mana tikusnya? Ngiau! Ah
gang
yang panjang. Cobalah tentukan! Aku kenal Afrika aku kenal Eropa aku
tahu Benua aku kenal jam aku tahu jentara aku
kenal terbang. Tapi bila dua manusia saling gigitan menanamkan gigi-gigi
sepi mereka aku ragu menetapkan yang
mana suka yang mana luka yang mana hampa yang mana makna yang mana orang yang mana kera yang
mana dosa yang mana surga.
Hilang
(Ketemu)
batu kehilangan
diam
jam kehilangan
waktu
pisau kehilangan
tikam
mulut kehilangan
lagu
langit kehilangan
jarak
tanah kehilangan
tunggu
santo kehilangan
berak
Kau kehilangan aku
batu kehilangan
diam
jam kehilangan
waktu
pisau kehilangan
tikam
mulut kehilangan
lagu
langit kehilangan
jarak
tanah kehilangan
tunggu
santo kehilangan
berak
Kamu ketemu aku
O
dukaku dukakau dukarisau dukakalian dukangiau
resahku resahkau resahrisau resahbalau
resahkalian
raguku ragukau raguguru ragutahu ragukalian
mauku maukau mautahu mausampai maukalian
maukenal maugapai
siasiaku siasiakau siasiasia siabalau siarisau
siakalian siasiasia
waswasku waswaskau waswaskalian
waswaswaswaswaswaswaswas
duhaiku duhaikau duhairindu duhaingilu
duhaikalian duhaisangsai
oku okau okosong orindu okalian obolong orisau
oKau O....
Luka
ha ha
1976
husspuss
diamlah
kasihani mereka
mereka sekedar penyair
husspuss
maafkan aku
aku bukan sekedar penyair
aku depan
depan yang memburu
membebaskan kata
memanggilMu
pot pot pot
pot pot pot
kalau pot tak mau pot
biar pot semau pot
mencari pot
pot
hei Kau dengar manteraku
Kau dengar kucing memanggilMu
izukalizu
mapakazaba itasatali
tutulita
papaliko arukabazaku kodega zuzukalibu
tutukaliba dekodega zamzam lagotokoco
zukuzangga zagezegeze zukuzangga zege
zegeze zukuzangga zegezegeze zukuzang
ga zegezegeze zukuzangga zegezegeze zu
kuzangga zagezegeze aahh....!
nama nama kalian bebas
carilah tuhan semaumu
Walau
walau penyair besar
takkan sampai sebatas allah
dulu pernah kuminta tuhan
dalam diri
sekarang tak
kalau mati
mungkin matiku bagai batu tamat bagai pasir
tamat
jiwa membumbung dalam baris sajak
tujuh puncak membilang bilang
nyeri hari mengucap ucap
di butir pasir kutulis rindu rindu
walau huruf habislah sudah
alifbataku belum sebatas allah
1979
Tentang Sutardji Calzoum
Bachri
Sutardji Calzoum
Bachri lahir di Riau. Setamat SMA melanjutkan studi di Fakultas Sosial Politik
jurusan Administrasi Negara, Universitas Pajajaran Bandung. Tahun 1979
memperoleh South East Asia Write Award. Kumpulan cerpennya: Hujan Menulis Ayam.
Catatan
Lain
O Amuk Kapak
terdiri dari 3 bagian yaitu O
(sajak-sajak 1966-1973; 27 puisi), Amuk
(sajak-sajak 1973-1976; 15 puisi) dan Kapak
(sajak-sajak 1976-1979; 26 puisi). Sutardji Calzoum Bachri (SCB) seperti
dituturkan Subagio Sastrowardoyo, dan juga diamini banyak pengamat, adalah
perintis genre baru di Indonesia. Dami N. Toda menyebut kalau Chairil Anwar
adalah mata kanan, maka SCB adalah mata kiri sastra Indonesia. Ada lagi julukan
presiden penyair Indonesia bagi orang ini. Tentu saja yang menghebohkan adalah
kredonya. Tulis SCB, “Kata-kata bukanlah
alat mengantarkan pengertian... Kata-kata harus bebas dari penjajahan
pengertian, dari beban ide. Kata-kata harus bebas menentukan dirinya sendiri.” Kredo yang ditulis SCB di Bandung pada 30
Maret 1973 ditutup dengan paragraf ini: “Menulis
puisi bagi saya adalah membebaskan kata-kata, yang berarti mengembalikan kata
pada awal mulanya. Pada mulanya adalah Kata. Dan kata pertama adalah mantera.
Maka menulis puisi bagi saya adalah mengembalikan kata kepada mantera.”
Tentu ada yang mengkritik dan
bermusuhan dengan kredo SCB, bagaimana
mungkin kata bisa bebas dari pengertian? Namun satu hal yang pasti, dia telah
terlanjur menjadi simbol pembaharu sastra Indonesia. Perkenalan saya dengan
puisi SCB mungkin sekitar SMP, namun buku O
Amuk Kapak baru saya sentuh di bangku SMA. Satu dekade kemudian, buku ini
kembali saya sentuh. Dari kuburannya di Perpustakaan Prov. Kalsel. Buku yang
diadakan dalam proyek Pelita tahun 1999/2000, baru pertama kali ini dipinjam.
Duabelas tahun kemudian oleh saya. Membaca puisi SCB, adalah sesuatu yang tak tertahankan bagi Dian muda. Ada saat-saat saya menjadi sangat terpengaruh dan berubah menjadi epigon SCB. Entah di mana puisi-puisi epigon itu sekarang.
Foto-foto Sutardji Calzoum Bachri
Miiiaaauuuu...
BalasHapusmakasih ini sangat membantu buat saya analisis
BalasHapusSip. Mantap...
HapusBuku kumpulan puisi yang legendaris, layak untuk dimiliki.
BalasHapusdan dibaca.... :D
HapusSalut buat Sutardji Calzoum Bachri.....
BalasHapuspuisinya karya Ibrahim Sattah gk ada ya? padahan puisi Ibrahim sealiran dgn Sutardji, tapi lebih bening dan penuh mantra. salam
BalasHapusSampai saat ini belum nemuin buku Ibrahim Sattah, Mas/Mbak. Kalo ketemu, ya pasti kepengen dan ngiler juga buat dimuat secepatnya di sini.
HapusIya, puisi beliau memang susah d cari, kalau d gugel paling adax yg berjudul Duka atau Maut di bbrp blog.
HapusTapi untungx saya pernah nemu sejenis majalah elektronik yg membahas kebudayaan, namax Sagang, sewaktu nyari puisi beliau. D situ puisi beliau banyak yg dtampilkan. Kalau mau nyari, ketik aja d gugel 'puisi Ibrahim Sattah Sagang.' Kalau nemu copy aja semuax, siapa tau bisa jd bahan blog. Salam :D
Ok. Makasih banyak infonya :D
HapusMau tanya dong segera di jawab ya puisi tanah air mata karya sutardji calzoum bachri ada tidak di buku o amuk kapak ini?
BalasHapus