Sebanyak 40 penyair Indonesia telah menandatangani prasasti Deklarasi Hari
Puisi Indonesia di Anjungan Idrus Tintin Pekanbaru, Riau, Kamis malam, 22
November 2012. Sebelum ditandatangani, teks tersebut dibacakan oleh presiden
penyair Indonesia, Sutardji Calzoum Bachri. Prasasti dari marmer tersebut
kemudian diserahkan kepada Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Provinsi Riau
untuk disimpan di dalam museum daerah setempat.
Deklarasi tersebut merupakan puncak dari serangkaian acara Pertemuan Penyair
Indonesia (PPI) I yang diawali dengan Musyawarah Penyair Indonesia (MPI) pada
siang hari mulai pukul 13.30 hingga 16.00 wib, dan ditutup dengan pertunjukan
baca puisi oleh semua penyair dari berbagai daerah di Tanah Air, dari Aceh
hingga Papua. Gubernur Riau, HM Rusli Zainal, juga ikut tampil membacakan sajak
“Cintaku Jauh di Pulau” karya Chairil Anwar.
DEKLARASI
HARI PUISI INDONESIA
Indonesia dilahirkan oleh puisi yang ditulis
secara bersama-sama oleh para pemuda dari berbagai wilayah
tanah air. Puisi pendek itu adalah Sumpah Pemuda.
Ia memberi dampak yang panjang dan luas bagi imajinasi
dan kesadaran rakyat nusantara. Sejak itu pula, sastrawan
dari berbagai daerah menulis dalam bahasa Indonesia,
mengantarkan bangsa Indonesia meraih kedaulatan
...
Indonesia dilahirkan oleh puisi yang ditulis
secara bersama-sama oleh para pemuda dari berbagai wilayah
tanah air. Puisi pendek itu adalah Sumpah Pemuda.
Ia memberi dampak yang panjang dan luas bagi imajinasi
dan kesadaran rakyat nusantara. Sejak itu pula, sastrawan
dari berbagai daerah menulis dalam bahasa Indonesia,
mengantarkan bangsa Indonesia meraih kedaulatan
...
sebagai bangsa yang merdeka.
Bahasa Indonesia adalah pilihan yang sangat nasionalistis.
Dengan semangat itu pula para penyair memilih menulis
dalam bahasa Indonesia, sehingga puisi secara nyata
ikut membangun kebudayaan Indonesia.
Nasionalisme kepenyairan ini kemudian mengental
pada Chairil Anwar, yang dengan spirit kebangsaan
berhasil meletakkan tonggak utama
tradisi puisi Indonesia modern.
Sebagai rasa syukur kepada Tuhan yang Maha Esa
yang telah menganugerahi bangsa Indonesia dengan
kemerdekaan dan kesusastraan, sekaligus untuk mengabadikan
kenangan atas puisi yang telah ikut melahirkan bangsa ini,
kami mendeklarasikan
tanggal lahir Chairil Anwar, 26 Juli,
sebagai Hari Puisi Indonesia.
Dengan ditetapkannya Hari Puisi Indonesia,
maka kita memiliki hari puisi nasional sebagai sumber inspirasi
untuk memajukan kebudayaan Indonesia
yang modern, literat, dan terbuka.
Pekanbaru, 22 November 2012
Penyair Indonesia
Bahasa Indonesia adalah pilihan yang sangat nasionalistis.
Dengan semangat itu pula para penyair memilih menulis
dalam bahasa Indonesia, sehingga puisi secara nyata
ikut membangun kebudayaan Indonesia.
Nasionalisme kepenyairan ini kemudian mengental
pada Chairil Anwar, yang dengan spirit kebangsaan
berhasil meletakkan tonggak utama
tradisi puisi Indonesia modern.
Sebagai rasa syukur kepada Tuhan yang Maha Esa
yang telah menganugerahi bangsa Indonesia dengan
kemerdekaan dan kesusastraan, sekaligus untuk mengabadikan
kenangan atas puisi yang telah ikut melahirkan bangsa ini,
kami mendeklarasikan
tanggal lahir Chairil Anwar, 26 Juli,
sebagai Hari Puisi Indonesia.
Dengan ditetapkannya Hari Puisi Indonesia,
maka kita memiliki hari puisi nasional sebagai sumber inspirasi
untuk memajukan kebudayaan Indonesia
yang modern, literat, dan terbuka.
Pekanbaru, 22 November 2012
Penyair Indonesia
Para penyair yang tampil membaca sajak dan ikut menandatangani prasasti
tersebut, antara lain Sutardji Calzoum Bachri (Jakarta), Rida K Liamsi (Riau),
John Waromi (Papua), D. Kemalawati (Aceh), Ahmadun Yosi Herfanda (Jakarta),
Kazzaini KS (Riau), Rahman Arge (Sulawesi Selatan), Micky Hidayat (Kalimantan
Selatan), Isbedy Stiawan ZS (Lampung), Fakhrunnas MA Jabbar (Riau), Anwar Putra
Bayu (Sumatera Selatan), Dimas Arika Mihardja (Jambi), Pranita Dewi (Bali), Bambang
Widiatmoko (Jakarta), Fatin Hamama (Jakarta), Sosiawan Leak (Jawa Tengah), Agus
R Sarjono (Jakarta), dan Jamal D Rahman (Jakarta), Chavcay Syaefullah (Banten),
Husnu Abadi (Riau), Hasan Albana (Sumatera Utara), Hasan Aspahani (Riau), Iyut
Fitra (Sumatera Barat), Marhalim Zaini (Riau), Pandapotan MT Silagan (Sumatera
Utara), Jefri Al-Malay (Kepulauan Riau), dan Samson Rambahpasir (Kepulauan
Riau).
Puncak acara PPI I juga ditandai dengan peluncuran buku Antologi Hari Puisi
Indonesia yang berisi karya-karya para penyair yang hadir, dan dimeriahkan
pemutara video sejarah Hari Puisi Indonesia, serta pertunjukan musikalisasi
puisi dan puisi multi media. Menurut koordinator acara, Asrizal Nur,
penyelengaraan PPI I dan Deklarasi Hari Puisi Indonesia ini dilaksanakan oleh
Dewan Kesenian Provinsi Riau bekerjasama dengan Yayasan Sagang dengan sponsor
utama PT Riau Pos, serta didukukung oleh Yayasan Panggung Melayu (YPM),
Komunitas Sastra Indonesia (KSI), Majalah Sastra Horison, dan Jurnal Sajak.
Sejarah deklarasi
Menurut salah seorang inisiator acara ini, Rida K. Liamsi, keinginan untuk
memiliki Hari Puisi Indonesia muncul ketika dia dan Agus R. Sarjono menghadiri
Hari Puisi Nasional Vietnam. Gagasan tersebut kemudian ditularkan kepada
Asrizal Nur dan Kazzaini KS, lalu dibincangkan secara lebih serius dengan Maman
S. Mahayana dan Ahmadun Yosi Herfanda saat mereka bertemu di Seoul dan Hansan,
Korea Selatan. Sepulang dari Korsel mereka membentuk Tim Perumus yang disebut
“Tim Tujuh” di Jakarta yang bertugas menggodok ide tersebut agar dapat segera
diwujudkan. Tim Kurator juga dibentuk untuk memilih penyair-penyair yang pantas
diundang.
Konsep dan pemilihan tanggal Hari Puisi Indonesia awalnya disiapkan oleh
Maman Mahayana di Korsel, kemudian dimatangkan oleh Agus Sarjono, Ahmadun YH,
Asrizal Nur dan Jamal D. Rahman di Jakarta. Sementara itu, Rida K. Liamsi dan
Kazzaini KS menyiapkan pelaksanaan PPI I di Pekanbaru. “Sesuai hasil
kesepakatan Tim Perumus, yang kami pilih sebagai Hari Puisi Indonesia adalah
tanggal 26 Juli, yakni hari lahir penyair Chairil Anwar, peletak tonggak utama
tradisi puisi modern Indonesia,” katanya.
Setelah dideklarasikan, kata Rida K Liamsi, direncanakan mulai tahun depan Hari Puisi Indonesia akan diperingati secara besar-besaran di Jakarta. Diharapkan, peringatan serupa juga akan diadakan di daerah-daerah oleh para penyair yang hadir. Dengan demikian, diharapkan, puisi akan makin dicintai dan diapresiasi dengan baik oleh masyarakat. [RLS]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar