Data buku kumpulan puisi
Judul : Takon Wong (hehe…bercanda)
Penulis : Sujiwo Tejo
Penerbit : -
Cetakan : -
Tebal : -
Link : http://sujiwotejo.com
(catatan: Saya tak ngerti hakikat lagu, tapi kadang
merasa ada lirik-liriknya yang terasa puitis. Dan untuk merayakannya,
lirik-lirik puitis itu saya hadirkan di sini sembari dengan bodoh mengatakan
bahwa itu juga puisi!)
Beberapa pilihan puisi Sujiwo Tejo
Dhandanggula Sidoasih
Permintaanku wahai kekasih
Selalu bersama-sama
Di ruang dan waktu
Tak berjarak meski cuma sehelai rambut
Kalau jauh dekat di hati
Kalau dekat berpandangan
Begitu sejatinya asmara
Seperti mimi dan mintuno
Ayo bersama melakukan panggilan sosial
Cinta kita berdua tak bermakna jika tak menjalarkan cinta pada sesama
Selalu bersama-sama
Di ruang dan waktu
Tak berjarak meski cuma sehelai rambut
Kalau jauh dekat di hati
Kalau dekat berpandangan
Begitu sejatinya asmara
Seperti mimi dan mintuno
Ayo bersama melakukan panggilan sosial
Cinta kita berdua tak bermakna jika tak menjalarkan cinta pada sesama
Hujan Deras
Hujan deras dengan air mata
Butir butir tangisan di pipiku
Guntur menyambar dengan kilaunya
Berkilat kilat kilau di pipi
Butir butir tangisan di pipiku
Guntur menyambar dengan kilaunya
Berkilat kilat kilau di pipi
Kurasa keputusasaan manu……
Sia, sia, sia, sia sia
Butir-butir air mata
Bilas dengan bahak tawamu hahaha
Karna keputusasaan manu
Sia sia sia sia sia sia
Sia, sia, sia, sia sia
Butir-butir air mata
Bilas dengan bahak tawamu hahaha
Karna keputusasaan manu
Sia sia sia sia sia sia
Hujan deras dengan air mata
Butir-butir tangisan di pipi
Kucur air mata ke samudera
Berbuih berombak tertawaku
Butir-butir tangisan di pipi
Kucur air mata ke samudera
Berbuih berombak tertawaku
Bersorak-sorai
Berderai air di mata
Tersendu sendu
Bersenda gurau guraunya
Gusar dan tenteram
Samar-samar berbeda
Samar-samar samanya
Samar samanya
Telah kau saksikan, kekasih, tangis tawaku
Ibarat tuntas tiada berbeda
Berderai air di mata
Tersendu sendu
Bersenda gurau guraunya
Gusar dan tenteram
Samar-samar berbeda
Samar-samar samanya
Samar samanya
Telah kau saksikan, kekasih, tangis tawaku
Ibarat tuntas tiada berbeda
Lautan Tangis
Berlayarlah di laut laut keringat kami
Tertawalah di laut laut keringat kami
Berselancarlah di laut laut keringat kami
Berpesiarlah di laut laut keringat kami
Tertawalah di laut laut keringat kami
Berselancarlah di laut laut keringat kami
Berpesiarlah di laut laut keringat kami
Bergerak bergerak, tetap bergerak
Menderap langkah, merapat barisan
Bergerak bergerak, tetap bergerak
Berat kita junjung, ringan kita jinjing
Bergerak bergerak, tetap bergerak
Berlumur keringat dan air mata
Menderap langkah, merapat barisan
Bergerak bergerak, tetap bergerak
Berat kita junjung, ringan kita jinjing
Bergerak bergerak, tetap bergerak
Berlumur keringat dan air mata
Berlayarlah di lautan air mata kami
Tertawalah di lautan air mata kami
Berselancarlah di lautan air mata kami
Berpesiarlah di lautan air mata kami
Tertawalah di lautan air mata kami
Berselancarlah di lautan air mata kami
Berpesiarlah di lautan air mata kami
Bersabar bersabar kita sejak dulu
Amuk kita timbun, munjung bagai gunung
Bersabar bersabar kita sejak dulu
Amuk kita tunda, gunung tak meletus
Bersabar bersabar kita sejak dulu
Sejak dulu nahan sejuk bagai gunung
Amuk kita timbun, munjung bagai gunung
Bersabar bersabar kita sejak dulu
Amuk kita tunda, gunung tak meletus
Bersabar bersabar kita sejak dulu
Sejak dulu nahan sejuk bagai gunung
Pesta poralah di gunung kesabaran kami
Dansa dansilah di gunung kesabaran kami
Injak-injakkan kakimu di gunung kesabaran kami
Buang botol botol minummu di gunung kesabaran kami
Dansa dansilah di gunung kesabaran kami
Injak-injakkan kakimu di gunung kesabaran kami
Buang botol botol minummu di gunung kesabaran kami
Bersabar bersabar sampai habis sabar
Sabar jadi riak, riak jadi ombak
Bersabar bersabar sampai habis sabar
Gunungpun bergetar, laut bergelora
Bergelora gelora bergunung gunung ombak
Gulungan gelombang keringat tangisan kami
Sabar jadi riak, riak jadi ombak
Bersabar bersabar sampai habis sabar
Gunungpun bergetar, laut bergelora
Bergelora gelora bergunung gunung ombak
Gulungan gelombang keringat tangisan kami
Hati-hati jangan kau terlena di laut tangis kami
Hati-hati jangan kau haha hi hi di laut keringat kami
Awas awas awas di gunung kesabaran kami
Mawas-mawas dirilah di gunung kesabaran kami
Hati-hati jangan kau haha hi hi di laut keringat kami
Awas awas awas di gunung kesabaran kami
Mawas-mawas dirilah di gunung kesabaran kami
Catatan pengakuan: Lautan Tangis saya tulis tahun 2006. Ketika itu saya takut akan
terjadi revolusi sosial. Namun jika revolusi itu tak bisa dibendung, biarlah
lagu ini membuat revolusi menjadi kontemplatif dan mungkin tanpa kebencian.
Revolusi berbasis cinta…
Pada Sebuah Ranjang
Kekasihku, jangan bersedih
Tidurlah dan bermimpi
Ke negeri
Ke hamparan
Kehampaan kasih
Tidurlah dan bermimpi
Ke negeri
Ke hamparan
Kehampaan kasih
Ke hamparan kehampaan
Kehangatan tawa canda
Lahan per lahan perlahan lahan
Menghampar hampa kasih
Kehangatan tawa canda
Lahan per lahan perlahan lahan
Menghampar hampa kasih
Usai impianmu rangkai cerita
T’lah kau jumpai tawa canda
Dan biar kelak
Anak-anakmu kan percaya
Perca perca cerita tentang tawa canda
Dan biar kelak
Anak anakmu kan percaya
Bualanmu
Jangan kau bersedih
T’lah kau jumpai tawa canda
Dan biar kelak
Anak-anakmu kan percaya
Perca perca cerita tentang tawa canda
Dan biar kelak
Anak anakmu kan percaya
Bualanmu
Jangan kau bersedih
Cinta Tanpa Tanda
Telah ku tandakan semesta cintaku
kau tandaskan cinta tanpa tanda
Kuhasratkan isyarat sahaja
kau isyaratkan pintaku terlampau
terlampau berprasyarat cintaku
Kau isyaratkan cinta tanpa tanda
kau tandaskan cinta tanpa tanda
Kuhasratkan isyarat sahaja
kau isyaratkan pintaku terlampau
terlampau berprasyarat cintaku
Kau isyaratkan cinta tanpa tanda
Berulang berbulan berwewinduan (kurindu)
Kupejam kutajamkan asah rasa (kubaca tanda)
Mata kubutakan terawangku hanya dengan rasa (kubaca tanda)
Kuping hidung lidah rabaanku pun telah kuenyahkan (kubaca tanda)
Tipu daya panca indrapun telah tuntas kusingkirkan (kubaca tanda)
Kutandai kurasai semesta yang tak kasat mata
Katamu kumasih jadi budak pancaindra yang membuatku terkecoh
Kupejam kutajamkan asah rasa (kubaca tanda)
Mata kubutakan terawangku hanya dengan rasa (kubaca tanda)
Kuping hidung lidah rabaanku pun telah kuenyahkan (kubaca tanda)
Tipu daya panca indrapun telah tuntas kusingkirkan (kubaca tanda)
Kutandai kurasai semesta yang tak kasat mata
Katamu kumasih jadi budak pancaindra yang membuatku terkecoh
Aku Lala Padamu
Nyaris usai suratku padamu
Surat musik dan nafasku
Kusampaikan via angin gunung
Kuangankan angin belum sirna
Suatu saat angin kan sampai
Sangat sepoi mengusap tangismu
Saat ini nafasku sampai
Surat musik dan nafasku
Kusampaikan via angin gunung
Kuangankan angin belum sirna
Suatu saat angin kan sampai
Sangat sepoi mengusap tangismu
Saat ini nafasku sampai
Suratan nafas [surat nafasku)
Nada nada
Lala lala
Kata kata
Dengar saja
Cuma sebagai suara saja
Nada nada
Lala lala
Kata kata
Dengar saja
Cuma sebagai suara saja
Bukankan tak ada
Nyata tak ada
Memang tak ada
Memang tak ada
Kata untuk kangen yang paling kangen
Pusat kangen Inti kangen
Aku lala
Sangat lala
Padamu
Nyata tak ada
Memang tak ada
Memang tak ada
Kata untuk kangen yang paling kangen
Pusat kangen Inti kangen
Aku lala
Sangat lala
Padamu
Syair Dunia Maya
- Menjelujur jalan
+ Nan tak kunjung tiba
- Jiwa dan sekujur
+ Kuyup berkeringat
- Sembari berbaring
+ Keringkan keringat
- Berangin-angin
+ Kuteringat anganku
+ Nan tak kunjung tiba
- Jiwa dan sekujur
+ Kuyup berkeringat
- Sembari berbaring
+ Keringkan keringat
- Berangin-angin
+ Kuteringat anganku
Teringat dulu beban hayatku
Duh kini ringan tanpa badan
Ku terangkat ke awan-awan
Duh kini ringan tanpa badan
Ku terangkat ke awan-awan
- Kan ke angan angan
+ Saatku berangkat
+ Saatku berangkat
Tiada kan kembali
Kembali kami mendunia
Di dunia
Tiada kan kami kan kembali ke dunia
Ya ke dunia
Tiada kan kembali, tiada kan kembali
Ya ke dunia
Tiada kan kembali, tiada kan kembali
Tiada lagi, tiada lagi
Gugusan gundah gunduk duka gulitaku
duh duh duh
Kembali kami mendunia
Di dunia
Tiada kan kami kan kembali ke dunia
Ya ke dunia
Tiada kan kembali, tiada kan kembali
Ya ke dunia
Tiada kan kembali, tiada kan kembali
Tiada lagi, tiada lagi
Gugusan gundah gunduk duka gulitaku
duh duh duh
- Kan ke angan angan
+ Saatku berangkat
+ Saatku berangkat
Panakawan dan Saya
Gemerincing
Jingkat jingkat kakiku gemerincing
Bergemerincing genta
Gementa di kakiku
Gempita di hatiku
Ketika kuhentak-hentak kakiku bergenta
Tepat depan tempat tinggalku
Tempat tinggalku dulu bersama saudara
Jingkat jingkat kakiku gemerincing
Bergemerincing genta
Gementa di kakiku
Gempita di hatiku
Ketika kuhentak-hentak kakiku bergenta
Tepat depan tempat tinggalku
Tempat tinggalku dulu bersama saudara
Mengembara
Mengumbar umur mengembara
Mengobar rasa
Mengaburkan rindu
Mengobarkan rindu
Duhai kini kurindu
Duka lara duka di rantau ganti bergenta
Tepat depan tempat tinggalku
Tempat tinggalku dulu bersama saudara
Mengumbar umur mengembara
Mengobar rasa
Mengaburkan rindu
Mengobarkan rindu
Duhai kini kurindu
Duka lara duka di rantau ganti bergenta
Tepat depan tempat tinggalku
Tempat tinggalku dulu bersama saudara
Gugur Bisma
(Pada kancah Baratayuda
Pada kancah perang besarmu hari ini
Bisma, jiwa besar pada sekeping kaca
Setiap saat Engkau berkaca... GUGUR)
Pada kancah perang besarmu hari ini
Bisma, jiwa besar pada sekeping kaca
Setiap saat Engkau berkaca... GUGUR)
Kang
pungkasan pitungkase kang masmu
Kandaku kang pegat pegat tan biso runtut
Kanthi muncrate getih pating deleweran
Dadaku kang kejet kejet tan biso muwus *)
Kandaku kang pegat pegat tan biso runtut
Kanthi muncrate getih pating deleweran
Dadaku kang kejet kejet tan biso muwus *)
Usai usiamu kasihku t’lah usai
T’lah usai senang
T’lah tuntas perang
Usai semesta rasa
Semesta duka lara
Usai sudah suka duka
Kacakan kacau wajahmu berkaca
Di mataku yang
Mataku berkaca kaca
Kalau t’lah lelah dan kau terlampau
Berkilauan luka
Kupangku kau kan kupangku
T’lah usai senang
T’lah tuntas perang
Usai semesta rasa
Semesta duka lara
Usai sudah suka duka
Kacakan kacau wajahmu berkaca
Di mataku yang
Mataku berkaca kaca
Kalau t’lah lelah dan kau terlampau
Berkilauan luka
Kupangku kau kan kupangku
Catatan : *) Yang terakhir pesan kakanda, kekasih
Pesan yang patah patah
tak bisa tuntut
Dengan Darah yang muncrat dan leleh di sekujur badan
Dadaku tersengal sengal
tak bisa lagi berkata-kata
Pesan yang patah patah
tak bisa tuntut
Dengan Darah yang muncrat dan leleh di sekujur badan
Dadaku tersengal sengal
tak bisa lagi berkata-kata
Anyam Anyaman Nyaman II
nyaman nyaman duka citaku
Sulam sulaman sulaman duka
Suka dukaku, duka citaku
Tisik tisikan tisiskan kasih
kasihan duka, duka citaku *)
Sulam sulaman sulaman duka
Suka dukaku, duka citaku
Tisik tisikan tisiskan kasih
kasihan duka, duka citaku *)
Semesta semesranya
S’raya bertabur sapa
S’raya bertabur suka
Serayakan nestapa
S’raya bertabur sapa
S’raya bertabur suka
Serayakan nestapa
Kadang dangkal kadang janggal
Jengkal jengkal jelajah kaki
kaki kami kakikan
Dekat degup detak denyut
Debar desir jantungku
Ketika tak ketika tak
Kata kata tak kita ketikkan
Tak kita titikkan
Kata kata ketakutan
Jengkal jengkal jelajah kaki
kaki kami kakikan
Dekat degup detak denyut
Debar desir jantungku
Ketika tak ketika tak
Kata kata tak kita ketikkan
Tak kita titikkan
Kata kata ketakutan
Oh Rama Oh Sinta
Kisah terjadi, Kekasih
Di peraduan malam syahdu
Di peraduan raja dan permaisuri
Berdua bicara binatang di tengah belantara
Sang permaisuri, Kekasih
Terpesona kijang kencana
Kijangnya loncat loncat
Meloncat tak kembali
Tak mau diburu pendekar cintanya
Di peraduan malam syahdu
Di peraduan raja dan permaisuri
Berdua bicara binatang di tengah belantara
Sang permaisuri, Kekasih
Terpesona kijang kencana
Kijangnya loncat loncat
Meloncat tak kembali
Tak mau diburu pendekar cintanya
Kijang menjauh, Oh Juwita
Jauh jengkal jangkauan raja
Sang raja pergi tinggalkan permaisuri
Berburu binatang dan pantang kembali
Sampai nanti
Sampailah senja, Oh Juwita
Matahari di peraduan
Di peraduan basah mata Sang Dewi
Menanti tibanya pendekar cintanya
Jauh jengkal jangkauan raja
Sang raja pergi tinggalkan permaisuri
Berburu binatang dan pantang kembali
Sampai nanti
Sampailah senja, Oh Juwita
Matahari di peraduan
Di peraduan basah mata Sang Dewi
Menanti tibanya pendekar cintanya
Bulan pun tahun, berganti
Tiada kabar tentang Sang Raja
Tiada tertahan pemaisuri menyusul
Menyusuri riuh gemuruh kali di belantara
Sang permaisuri, Kekasih
Tersesat berjumpa pemuda
Yang kekasihnya mati
Tinggalkan kekasihnya
Tertancap panah pendekar cintanya
Tiada kabar tentang Sang Raja
Tiada tertahan pemaisuri menyusul
Menyusuri riuh gemuruh kali di belantara
Sang permaisuri, Kekasih
Tersesat berjumpa pemuda
Yang kekasihnya mati
Tinggalkan kekasihnya
Tertancap panah pendekar cintanya
Stasiun Tuaku
Rembulan di atas stasiun tua
Di sudut kota kutanya kapan tiba
Saat lampu lampunya padam
Menjadi cuma siluet
Peluit kereta datang
Mungkin mengangkut kenanganku
Dari jauh kucari cari
Di antara turun penumpang
Di sudut kota kutanya kapan tiba
Saat lampu lampunya padam
Menjadi cuma siluet
Peluit kereta datang
Mungkin mengangkut kenanganku
Dari jauh kucari cari
Di antara turun penumpang
Bulan teranglah lebih terang
Malam itu
Agar aku s’makin terang
Menerawang
Kenanganku
Di antara manusia manusia
Malam itu
Agar aku s’makin terang
Menerawang
Kenanganku
Di antara manusia manusia
Pada Suatu Ketika
Orang orang bertanya kapan angkara murka berakhir
Diantara kau dan aku
Tersebar daun daun kara
Bersabarlah untuk sementara waktu
Suatu ketika, dinda
Pada suatu ketika
Diantara kau dan aku
Tersebar daun daun kara
Bersabarlah untuk sementara waktu
Suatu ketika, dinda
Pada suatu ketika
Doaku semoga
Semakin berkurang korban jiwa raga
Pengakhir angkara murka
Pada suatu ketika
Semakin berkurang korban jiwa raga
Pengakhir angkara murka
Pada suatu ketika
Catatan pengakuan: Lagu ini
basic nadanya terinspirasi dari nada-nada Banyuwangi, Jawa Timur, kawasan yg
dekat kehidupan saya di masa kanak-kanak.Pengaruh Cina dan Jepang Kuno sangat kuat
di kawasan itu.Lirik saya rampungkan dekat2 dengan lengsernya Presiden Soeharto
1998.Warna revolusi, warna amarah sosial, saya redam ke dalam melodi yang
sebisa mungkin menahan marah.Video klipnya dinyatakan terbaik di Indonesia
1998, garapan Riri Riza – Mira Lesmana.Setahun kemudian jadi Most Wanted MTV
Asia.
Tentang Sujiwo Tejo
Sujiwo Tejo dikenal sebagai seorang dalang, yang
juga seorang penulis, pelukis, pemusik dan bahkan disebut seorang budayawan. Lahir di Jember, 1962. Pendidikan
formal: Jurusan Matematika ITB (1980-1985) dan Jurusan Teknik Sipil ITB
(1981-1988). Sebagai komponis, arranger, player dan penyanyi, ia telah
menelurkan album: Presiden Yaiyo
(2007), Syair Dunia Maya (2005), Pada Sebuah Ranjang (1999) dan Pada Suatu Ketika (1998). Rekam Jejak
kepenulisannya: Menulis laporan-laporan pertunjukan musik, teater, tari dan
pameran seni rupa, artikel-artikel di koran (sejak 1985). Menulis puisi
dan cerita pendek untuk berbagai majalah hiburan, seperti Gadis dan Anita pada
penghujung 1980. Kontributor tetap Kolom Mingguan, Wayang Durangpo, Jawa Pos
(2009-sekarang). Bukunya al: The Sax (2003), Dalang Edan (2002) dan Kelakar Madura buat Gus Dur (2001).
Catatan Lain
Dalang brewokan, sorot
mata tajam, dan suara mengguntur yang khas ini kerap tampil di acara Indonesia
Lawyer Club (ILC) di sebuah televisi swasta. Sebelum ini, ia melesat saat
sedang jaya-jayanya album Pada Suatu
Ketika. Waktu itu saya masih kuliah dan termasuk orang yang menyukai
lagu-lagunya yang berbahasa Jawa itu. Hingga suatu kesempatan ia diundang
datang ke fakultas sastra (sekarang fakultas ilmu budaya) UGM. Saya dan
beberapa teman psikologi nglurug ke sana. Nonton. Sampai sekarang saya tak ngerti
apa arti lirik lagunya secara utuh, kalaupun ada paham maka hanya
sepatah-sepatah, yang ngoko. Satu album dari Pada Suatu Ketika sesekali masih saya nikmati saat-saat ini melalui
player MP3. The Sound of Orang Asyik.
NGURAH PARSUA
BalasHapusMenjadi Pohon Bahagia
Beku salju darah membeku
manusia kutub setia hidup
cemara gunung salju setia menggigil bersiul
alam meniup terompet
bahagia; dan dari semua bahagia tiba
Sementara New York bergegas menari di balik selimut
domba tak pernah mengeluhkan hari dan musim dingin
Di London, Berlin dan Swiss serta pegunungan Himalaya
tak boleh sepi dari cahaya hidup paling dalam
Kehidupan berlengsung pergi mengitari sebuah kota
menunggu musim semi
Disiapkan perayaan hari raya sedunia
mengabarkan tentang tari Barong dan Rangda
upacara di pura Besakih dan Bedahulu kapan tiba
Kuta, Sanur dan Ubud telah lama dipersiapkan
gamelan bertalu-talu musik kalbu
setelah itu
jadi pohon air mata bahagia; dunia nyanyi
bersama
Denpasar, 2009 (Potret Pohon Air Mata,2012-86)
Ngurah Parsua
BalasHapusKESADARAN JIWA
sesudag hidup
mengenal mati
di dalan hidup
jalan lurus ke rumah-Mu
disambut
kidung sorgawi
(Bunga Sunyi,2009:98)
Ngurah Parsua
BalasHapusKARENA-MU
Salju abadi di puncak menara
kekal saja
Topan dan badainya terlelap mesra
jadi senyap termangu-mangu
pesta semesta raya
karena-Mu
(Bunga Sunyi, 2009:92)
Dalam puisilah bahasa dieksploitasi sedemikian rupa sehingga melahirkan makna sebagaimana dimaksudkan oleh penulisnya, sekaligus menampilkan ciri-ciri estetis....
HapusSecara keseluruhan (DALAM KUMPULANNYA AIR MENGALIR) bahasa puisi Ngurah Parsua cukup bersahaja, tetapi jernih seperti jernihnya air mengalir ....(NYOMAN KUTHA RATNA, Guru besar FakultasSastra dan Budaya Universitas Udayana),
itu juga puisi sujiwo tejo?
HapusHaha itu penjelasannya mas
HapusWell thanks for the information
BalasHapusSEPENGGAL KISAH TANPA PERTEMUAN
BalasHapusmemang aku hanya mengenal parasmu lewat foto saja
yang berukuran beberapa cm lewat akun media sosialmu
yang kau sebut itu blackberry massenger,
dan kita telah tenggelam dalam percakapan periodesasi insan mudah sekarang
tidak banyak menelaah tentang dirimu
tapi sedikit kutau kau adalah lelaki kurus yang senang
berkhayal di pematang malam,
aku juga tau kau lelaki yang cukup lumrah nan sederhana saja
dengan hobby meramu bait-bait abjad di taman imajimu,
tapi bisahkah aku berharap lebih darimu,
sedang aku mulai terjebak dalam sosok kesederhanaanmu itu ?
hahahahaha,
aku hanya tidak ingin asumsi ini kegetiran semata
karena harapku halaman cerita kita tetap berlanjut tanpa singkop
kepadamu lelaki kurus yang kukenal lewat foto dan percakapan saja
~barekkada
12 januari 2016
Getir sekali
HapusIni keren,saya pingin banyak belajar dr tokoh nyentrik yg satu ini. Makasih @kepadapuisi.blogspot.com
BalasHapus(96)
BalasHapusTuhan hati nurani diam terpahami
rumah kerj di ruang dunia
di batu nisan hanya susunan kata-kata
puisi tanpa kekal hati nurani dangkal
disekap embun liar mengembara
kabut hidup gelisah di jendela
melepas kuasa pada hidup
negarawan mengubah nasib manusia
mengusung Tuhan hatinurani
Tolong, kenangkan hati nurani di bumi
memaafkan kedangkalan; puisi hidup
kehilangan hati nurani; maafkan
sesudah ditutup kata nafas terakhir
kata-kata diam, tinggal angin membatu
Tolong,kenangkan riwayat hidup ini
(Dikutip dari bagian akhir; kumpulan puisi panjang berjudul:''TUHAN HATI NURANI'' diterbitkan Balai Bahasa Propinsi Bali,2015) TERIMAKASIH. NGURAH PARSUA.
(96)
BalasHapusTuhan hati nurani diam terpahami
rumah kerj di ruang dunia
di batu nisan hanya susunan kata-kata
puisi tanpa kekal hati nurani dangkal
disekap embun liar mengembara
kabut hidup gelisah di jendela
melepas kuasa pada hidup
negarawan mengubah nasib manusia
mengusung Tuhan hatinurani
Tolong, kenangkan hati nurani di bumi
memaafkan kedangkalan; puisi hidup
kehilangan hati nurani; maafkan
sesudah ditutup kata nafas terakhir
kata-kata diam, tinggal angin membatu
Tolong,kenangkan riwayat hidup ini
(Dikutip dari bagian akhir; kumpulan puisi panjang berjudul:''TUHAN HATI NURANI'' diterbitkan Balai Bahasa Propinsi Bali,2015) TERIMAKASIH. NGURAH PARSUA.
?
BalasHapuswapikk boss sepp
BalasHapuswe
HapusSetubuh serasa serasa setubuh
BalasHapusLukamu lukaku
Merusak menghujam mengoyak rasa
Kau bawa berlari mengeluh mengaduh meronta sia sia
Lukamu lukaku
Menganga tergores terpapar terseret waktu
kau seret terhuyung tersasar terjebak harapan tak nyata
Asamu asaku
Mengintip membayang menjulang mencoba
kau raih tarik nyatakan wujudnya seperti apa
rasamu rasaku kupilin pada kali ketiga
Pada fajar mengintip
Kupamit dengan rasamu mengiringi pergiku
wangi rambutmu tercium sampai labirin jantungku
Ku tak pungkiri ini dosa aras nama cinta tertunda
untuk pecinta Sastra, kini hadir offical aacount di line yang mewadahi karya sastra, kalian langsung saja add line:
BalasHapus@dea7826d
https://line.me/R/ti/p/%40dea7826d
https://line.me/R/ti/p/%40dea7826d
https://line.me/R/ti/p/%40dea7826d
penggemar gelap
BalasHapusTeruntuk engkau yg bagun di pagi buta, dan tidur di larut malam.
BalasHapusAku mencintaimu_IBU
Wahai engkau matahari,engkaulah bukti setia diatas segala kesetiaan.tak pernah terlintaskah dibenakmu tuk berhenti memberikan segelincir cahaya kepada makhluk beragam lakon?
BalasHapusWahai Bumi perkasa berpijak hampa,memikul umat berjiwa angkuh.mengapa tak kau berdansa riuh?mengapa tak kau tuangkan saja agar berserakan?agar mereka tau engkau dan mereka berasal tunggal,berusul tunggal.
👍...cahaya menganggapku lemah padahal yg lemah itu..cahayanya..karna..terik matahari.selalu berputar arah
BalasHapusTelah ku jadikan akasia sandaranku
BalasHapusTapi kangen ku tak membekas
Mungkin Rana bukan pegangan ku
Tapi pantai yang menerima samudra
Pelanggan suka hotel
BalasHapusTamu-tamu pada merayakan hari
Sementara ikan dan buah menunggu tuan.
Sayup pelan suara tua meronta
Hotel itu rumah sang tuan tempat dia menyeduh dongeng nya sendiri ...