Data buku kumpulan puisi
Judul : Tanah Perjanjian
Penulis : Ajamuddin Tifani
Cetakan :
I, 2005
Penerbit :
Hasta Mitra, Jakarta bekerja sama dengan Yayasan Bengkel Seni ’78 Jakarta.
Tebal :
xxvii + 286 halaman (169 puisi)
ISBN :
979-8659-38-4
Design sampul sekaligus penyantun : Tariganu
Ilustrasi :
Arifin Hamdi dan Tariganu
Prolog :
Abdul Hadi W.M.
Epilog : H. Syarifuddin R
Beberapa pilihan puisi Ajamuddin Tifani dalam Tanah Perjanjian
Mawar
alangkah kuntum mawar yang berbunga duri
alangkah duri kuntum yang berbunga mawar
di taman, tempat kita bercengkerama ini, teduh
tapi poranda, dan tak sekarang pun ia diam
dalam bengkalai, bahkan ketika kau kujumpa
menjelma mawar
alangkah rekah mata durimu, alangkah angkuh
kelopak
darahmu, tak pantaskah aku cemburui kamu,
setelah
kau duli aku jadi debumu, kau takut aku
menjadi
mainan resah-risaumu, alangkah duri kau
dalam dagingku, alangkah mawar kau
dalam rinai batinku yang menyuling wangimu
untuk sebagian menjadi duri, sebagiannya lagi
menjadi
perih yang mengalunkan ombak di lautanmu yang
lasak
menyentak kelopak agar segera memerah dengan
jerit ngilu
butir-butir darah, mahkotamu darah dari
segenap luka
biarkan aku mengunyah debumu, aku ditambat
dalam beribu
sihir, sehingga tak semakna sihir, atau
rindukah
pesona kepayang, dan aku terpingsan-pingsan
hingga
terbadai di rimbun mawarmu, maka, inilah sakit
yang wangi, jerajak ini adalah jebak bagi
rindu daun
kepada kering, rindu daun kering kepada humus,
tapi
akulah itu yang terperangkap di dalamnya
lantaran
menggebu cemburu yang tak selesai
aku tak ingin pulang dengan beban sangsai
biarkan ia mendendam, hingga igauku menyebut
sirikku
padamu; berhala tak lagi patung, pepohon atau
batu
atau api, tapi hening pun
lapar tak lagi zikir, tapi dendam, sabar tak
lagi emas
dalam diam, tapi api, sebab manusia tidak
hanya menyuap
makanan dari mulutnya, tanpa harus belajar
kepada gunung
atau lautan, ia harus menjadi bintang bagi
pedoman layarnya
sendiri, inilah serbuk mawar yang kau semaikan
antara
sunyimu dan sunyiku, lalu aku datang kepada
duri
bahkan tak ada yang mampu untuk satu luka pun
bagi mawarmu? rekah dan wangilah dalam mawar,
perih
dan lukalah dalam duri, lihat, alangkah
kuntum, mawar
berbunga duri, duri berbunga mawar
tapi akulah kuntum yang menghadang angin
di tengah angin