Minggu, 03 November 2013

Ediruslan PE Amanriza: SURAT-SURATKU KEPADA GN


Data Buku Kumpulan Puisi

Judul : Surat-suratku Kepada GN
Penulis : Ediruslan PE Amanriza
Cetakan : I, 1983
Penerbit : Mutiara, Jakarta
Tebal : 62 halaman ( 45 puisi)

Beberapa pilihan puisi Ediruslan PE Amanriza dalam Surat-suratku Kepada GN

Riau

Di Riau
Banjir jadi pantun sepanjang sungai
Air menjilat lantai rumah kami
Air padamkan api di tungku kami
Air basahkan tikar
Dan bubung dalam kelambu kami
Banjir menghanyutkan mimpi-mimpi kami

Di Riau
Kami tak sempat lagi bernyanyi

Darmanto Jatman: GOLF UNTUK RAKYAT


Data buku kumpulan puisi

Judul : Golf untuk Rakyat
Penulis : Darmanto Jatman
Cetakan : I, April 1994
Penerbit : PT. Bentang Intervisi Utama, Yogyakarta.
Penyunting : Mustofa W Hasyim
Desain grafis : Buldanul Khuri
Ilustrasi cover : Lukisan Kaca Sulasno
Tata Letak : Dwi Agus M dan Heppy L. Rais
Tebal : xv + 180 halaman (65 judul puisi)

Untuk istriku, ibu sajak-sajakku,” halaman persembahan, Darmanto Jatman.

Buku ini merangkum 5 kumpulan puisi, yaitu Bangsat (12 puisi), Sang Darmanto (12 puisi), Ki Blakasuta Bla Bla (19 puisi), Karto Iya Bilang Mboten (12 puisi), dan Golf untuk Rakyat (10 puisi)

Beberapa pilihan puisi Darmanto Jatman dalam Bangsat

Hhaattssyyii!!
                                                                ah kau, waktu, proses, musim
                                                                puisi

            perkara menjadi tua – kita tak bisa apa-apa kecuali
            diam
            tunggu
            dan saksikan
            betapa jelita daunan memasrahkan diri pada sejarah
            melepaskan mahkotanya satu demi satu
            dalam sentuhan angin musim gugur

wah. jangan biarkan dia menyikatku
jangan biarkan dia
aduh!  
sang maha
berikan padaku segenggam kuasamu
dan aku akan menghentikan musim
tapi jangan biarkan dia menyikatku
jangan biarkan dia

            dan pada pagi musim semi ini
            kukonyokan diriku dengan mengawasimu, dewiku
            di lereng-lereng waahila ridge
            menciptakan bayangan naga
            serta menggambarnya bagai phoenix
            (terkesiap sulapanmu biji kaget jadi tunas)
            psst, jangan gusar
            just watch
            bagaimana detik melenyap
            menjadi abadi

SAJAK-SAJAK DIAM


Data buku kumpulan puisi

Judul : Sajak-sajak Diam
Penulis : B. Y. Tand
Cetakan : I, 1983
Penerbit : PN Balai Pustaka, Jakarta
Tebal : 60 halaman (52 judul puisi)
BP No: 3277

Beberapa pilihan puisi B. Y. Tand dalam Sajak-sajak Diam

Doa Seorang Manusia

Tuhanku
Jadikan aku batu-batu tembok kota Jakarta
biar kusimpan semua rahasia penghuninya
dalam diamku yang setia
Karena diamku sebagai manusia
tak dapat kupercaya

Jakarta, 1980

Amal Hamzah: PEMBEBASAN PERTAMA


Data buku kumpulan puisi

Judul : Pembebasan Pertama, Kumpulan 1942-1948.
Penulis : Amal Hamzah
Cetakan : 1979 (terbit pertama: 1949)
Penerbit : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Bacaan dan Sastra Indonesia dan Daerah, Jakarta.
Keterangan tambahan: Tidak Diperdagangkan, diterbitkan kembali seijin PN Balai Pustaka, BP No. 1687.
Tebal : 184 halaman (43 puisi)

Halaman persembahan : Untuk AMIR HAMZAH yang tidak mempunyai kuburan diberikan buku ini sebagai kenangan.

Pembebasan Pertama terbagi atas 4 bagian, yaitu Romance (20 puisi), Sine Nomine (23 puisi), Skets (3 cerpen, 3 naskah drama), Roman (1 roman, judul: Suwarsih)

Beberapa pilihan puisi Amal Hamzah dalam Romance

Senyap

Hatiku kini tiada bernyanyi
Riang gembira laku dulu
Lama bisikan telah dinanti
Kabur mata dalam menunggu

Rupanya hatiku laksana telaga
Kering timpas di musim kemarau
Di sinar panas surya mendera
Tinggal air berasa payau

Sekali-sekali dicoba berdendang
Lagu lama selang terkenang
Tapi nyanyi tiada merupa
Kesan hati yang menderita.

Senyap saja hatiku kini
Laksana pohon calang telanjang
Tegak lurus seperti mati
Di samar sinar hati petang.

M. Fadjroel Rachman: SEJARAH LARI TERGESA


Data buku kumpulan puisi

Judul : Sejarah Lari Tergesa
Penulis : M. Fadjroel Rachman
Cetakan : I, Agustus 2004
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Tebal : xiv + 63 halaman (31 judul puisi), format landscape
ISBN : 978-979-22-0985-9
Ilustrasi sampul : Teguh Ostenrik
Tulisan judul : Mahatma Yudhistira Kusuma Putera
Desain sampul : Pagut Lubis
Prolog : Joko Pinurbo (Pena Berdarah)
Epilog : Enin Supriyanto (Antara yang Puitik dan Politik)

Beberapa pilihan puisi M. Fadjroel Rachman dalam Sejarah Lari Tergesa

Menari di Tepi Waktu

andai aku bertemu lagi denganmu. aku pasti tersipu menyebut namamu
karena tanpa ragu, engkau menyebut namaku. dengan keramahan, dan ejaan sempurna
engkau bertanya, “ke mana saja kamu selama ini?”
“aku menunggumu sejak perpisahan terakhir,” ujarmu memelukku lembut, matamu basah merindu airmata

ya, aku pernah mengenalmu, pada suatu waktu. engkau tiba-tiba hadir, kita bertukar kartu nama tanpa alamat
aku meninggalkanmu di simpang jalan, karena harus menempuh nasibku sendiri, tanpa peta, tanpa penunjuk arah
aku ingat engkau menitikkan airmata, lalu berucap, “temui aku di tepi waktu, bila cemas dan rindu memuncak.”
ya, aku ingat hari itu, magrib bergegas turun. aku elang muda kelaparan, melayang menembus waktu

andai aku bertemu lagi denganmu. inilah yang yang akan kukatakan,

“tuhan, terimakasih, engkau masih menyimpan kartu namaku.”

2003

CHAIRIL ANWAR PELOPOR ANGKATAN 45



Data Buku

Judul : Chairil Anwar Pelopor Angkatan 45
Penulis : H. B. Jassin
Cetakan : VII, 1985 (cet. I, 1956)
Penerbit : PT. Gunung Agung, Jakarta
Tebal : 184 halaman
Gambar kulit dan penata wajah : AMA

Beberapa sajak hasil terjemahan Chairil Anwar  dalam Chairil Anwar Pelopor Angkatan 45.
(Tapi sebelumnya, kita nikmati dulu “satu-satunya” sajak Chairil Anwar yang ditulis dalam bahasa Belanda: Catastrophe, hlm. 63)

Catastrophe

Hun vijver werd moeras,
Rust werd gevaar,
En nymphen zonken
Zwaar toen zij niet
Meer zwemmen konden.

Het bleekgroen riet
Week, door zwart poelgewas
Verstikt en overwoekerd,
Van de verwaasde oev’ren.

Toen enklen boven dreven,
Gezwollen als verworgden,
De heren los,
Doken die overleefden
Dieper in het bos.

Maar steeds naar de ramp getrokken
Zagen zij and’re doden
Die niet verdronken:
Zij die niet vloden

Liggend in ‘t slib, de voeten
Domplend in drabbig water,
Een prooi voor iedren sater,
Wiens bronst hen komt bezoeken.

Jakarta, 23 September 1945
* Dari Seruan Nusa. Memperingati berdirinya I Tahun K.R.I.S. Oktober 1945-1946, Yogyakarta, hal. 19.