Jumat, 01 Januari 2016

Hijaz Yamani: MALAM HUJAN




Data buku kumpulan puisi

Judul : Malam Hujan
Penulis : Hijaz Yamani
Cetakan : I, Desember 2012
Penerbit : Rumah Dokumentasi Sastra Hijaz Yamani, Banjarmasin
Tebal : xi + 214 halaman (129 puisi)
Editor : Micky Hidayat
Desain sampul dan lay out isi : Hery S
Pemeriksa aksara : Muhammad Adhitya Hidayat Putra
Foto sampul : Dewan Kesenian Jakarta

Hujan Malam terbagi atas tiga bagian, yaitu Di Bawah Lampu Mercuri (35 puisi), Kalau Kau Datang (46 puisi) dan Lanskap Sungai (48 puisi)

Biar wartawan sudah bakuliling kada ampih-ampih/Tapi sidin kada sugih-sugih/Mun sidin tahutang asa kada purun managih
(Sajak Wartawan, Hijaz Yamani)

Beberapa pilihan puisi Hijaz Yamani dalam Di Bawah Lampu Mercuri

Periode yang Tragis

seketika orang-orang tak kan ketawa lagi
pandang mereka
– menembus musim gugur –

lalu berkatalah
– hati ini di luar doa dan pemujaan –
karena bumi disebari bintang-bintang berapi

dan larutlah kepingan hidup di sungai yang berdarah

1956

Rida K Liamsi: ROSE




Data buku kumpulan puisi

Judul : Rose (Antologi puisi dwi bahasa)
Penulis : Rida K Liamsi
Cetakan : I, 2013
Penerbit : Yayasan Sagang, Pekanbaru, Riau.
Tebal : xxx + 255 halaman (55 puisi)
Translate and edited by : Ali Mamiya, Murparsaulian, Rida K Liamsi
Pelaksana penerbitan : Armawi KH
Layout : Rudi Yulisman
Pengantar : Soetardji Qalzoum Bachri

Beberapa pilihan puisi Rida K Liamsi dalam Rose

Hai Rasa Kepingin yang Lelah

Hai rasa kepingin yang lelah
kau telah sampai pada akhir semua cawanmu
kembali pada gua nasibmu

Istirahatlah
sambil meminumkan sisa anggur lukamu
dan sekatkan diri dari umbai mimpi siamu
jangan bilang
sia
sia
nangiskan rasa
di rasa yang tak nangis
sedihkan siapa
yang tak sedih

kau sudah di luar hitungan waktu
disisihkan dari halaman buku-buku
siapa menyapamu
selain sajak yang kau tulis
atas kening
yang suratkan rahasia
dalam rahimmu
selain puisi yang kau tikam
di ulu hati

selain kata pertama yang kau pungut
di rumput
yang kau takut sebut

Hai rasa kepingin yang lelah
kau sudah masuk dalam perangkap
yang Adam pun khilaf
Istirahatlah !
Sambil meminumkan sisa anggur lukamu
kau sebut namamu
yang kau adalah siapa yang pernah
kau halau
lewat seribu pintu
yang derau langkah kau
menghimbau
dari selaksa jangkau

(1977/2001)

Juniarso Ridwan: AIRMATA MEMBARA




Data buku kumpulan puisi

Judul : Airmata Membara
Penulis : Juniarso Ridwan
Cetakan : I, Mei 2014
Penerbit : Kelir, Bandung
Tebal : xviii + 74 halaman (73 puisi)
ISBN : 979-97717-6-5
Desain sampul : Joko Kurnain
Desain isi : Harris Sukristian
Pra-cetak : De N’da, Ethez
Prolog : Jakob Sumardjo

Beberapa pilihan puisi Juniarso Ridwan dalam Airmata Membara

Airmata Membara

dibelit pegunungan iban dan meratus,
pohon-pohon mencari matahari tembaga,
daun-daun menghampar sebagai rabuk,
sedangkan sungai melingkar liar.

                        kemarau mengantar parau
                        kuala menghisap uap payau

bukit-bukit di kapuas hulu mendesah,
suara-suara unggas seperti peluru panas,
erangan chainsaw dan bulldozer bersahutan,
kayu-kayu loging menggelepar,
awan jelaga menggigil di langit berkabut,
lubang-lubang kubur menganga,
mayat-mayat tak benama melayang di rawa-rawa:
di ujung-ujung kampung, orang-orang menggali perih:
sambil menadah guyuran airmata membara.

                        udara bertabur amarah
                         lautan berselimut barah

kulit tanah mengelupas dengan luka menganga,
pohon-pohon bakau menggelepar nanar,
ikan-ikan menimbun bangkai televisi di perutnya,
kahayan dan lamandau menderita demam mengigau:

sambil menadah guyuran airmata membara.

2004

Mashuri: MUNAJAT BUAYA DARAT




Data buku kumpulan puisi

Judul : Munajat Buaya Darat
Penulis : Mashuri
Cetakan : I, 2013
Penerbit : Gress Publising, Yogyakarta.
Tebal : x + 118 halaman (63 puisi)
ISBN : 978-602-96826-8-7
Penata letak/Desain cover : Alek Subairi
Sumber gambar cover : National Geographic
Epilog : Prof. Dr. Faruk, S.U (Lulur Kyai di Tubuh Berdaki)

Munajat Buaya Darat terdiri atas 3 bagian, yaitu Patigeni (21 puisi), Pejantan Matahari (21 puisi) dan Asmarasupi (21 puisi)

Beberapa pilihan puisi Mashuri dalam Munajat Buaya Darat

Tebing Kuda Lumping

di meja perjamuan hanya tersedia ruang
ruang hampa: kau menyebutnya segitiga, tapi hanya lengang
sisi tak rata, taplak, juga gelas dan cawan, sepiring ingatan
atau laut yang terkutuk untuk busuk.
kau berkata: bersantaplah!
tapi aku rindu paku, rindu beling yang meruncing.
aku rindu pada darah yang mengental dari daging dingin.
lalu kau suguhkan harapan-harapan, seperti ruang
dengan kursi panjang, meja, dengan daftar antrian.
kau berikan aku catatan-catatan, bahwa aku urutan
kesekian, bahwa segala yang kutunggu, hanya rindu
yang terbujur bersama kubur segala batu.
kubaca abjad yang terpahat, kuingat nisan-nisan biru
kuingat kedamaianmu, tapi aku terus mengigau
tentang seng karatan, tentang daging mentah, juga tembang risau
bersama desau ruh
yang meluruh bersama waktu, mewaktu di meja.
kau kembali berkata: bersantaplah!
aku pun terbanting dari dinding-dinding dingin.
kubaca arah angin; dengan mantra, kuraih tebing.
pada jam yang terus kuputar, aku melingkar,
aku pacu kuda liar.
pada puting-puting jarum, kurangkum angka
kulahap kaca, kusantap bingkai jeda
hingga kurasakan paku, beling dan sembilu tumbuh
di mulutku.
kurasakan kembali darah
berdarah seperti dulu – sekerat daging dan seikat urat
yang merindu, terus menunggu disayat…

Surabaya, 2011

Andi Gunawan: Hap!




Data buku kumpulan puisi

Judul : Hap!
Penulis : Andi Gunawan
Cetakan : I, Mei 2014
Penerbit : PlotPoint Publising (Kelompok Penerbit Bentang Pustaka), Jakarta
Tebal : xii + 92 halaman (69 puisi)
ISBN : 978-602-9481-65-5
Ilustrasi dan perancang sampul : Prasajadi
Pemeriksa aksara : Veronica Latifiane
Penata aksara : Septian Hadi
Penyunting dan Prolog : M Aan Mansyur

Hap! terdiri dari tiga bagian, yaitu Hap! (37 puisi), Kepada Air Susu Ibu (14 puisi) dan Ia tak Pernah Bepergian (18 puisi)

Beberapa pilihan puisi Andi Gunawan dalam Hap!

Tiga Sebab

Tiga stasiun lagi dan aku tak akan sampai ke mana-mana
sebab kepalamu menggeleng lebih cepat dibanding laju kereta

sebab ada yang luput pada setiap lambaian tangan
cara-cara merelakan dan isi cangkir yang harus dikosongkan

sebab seperti mereka yang diasingkan ke pulau-pulau jauh,
tak semua cinta betul-betul ingin pulang. Sungguh.

2013


Ganjil

Tuliskanlah namaMu
di sini

2013


Hap!

Kau patahkan hatiku berkali-kali
dan aku tak mengapa.

Hatiku ekor cicak.

2013

J.S.A. Putra: KITA MASIH PUNYA CINTA




Data buku kumpulan puisi

Judul : kita masih punya cinta
Penulis : J.S.A. Putra
Cetakan : I, Januari 2006
Penerbit : bukupop, Jakarta
Tebal : viii + 71 halaman (71 puisi)
ISBN : 979-99943-1-4
Perwajahan : Radite C. Baskoro
Rancangan sampul : Nanok K.

Beberapa pilihan puisi J.S.A. Putra dalam kita masih punya cinta

sekeping doa

sekeping doa ia bisikkan
menempel di antara pucuk-pucuk daun
segala pinta, segala mohon, ia nyatakan
kunjungi pagi berlumur embun menggantung


makna sebait puisi

sebelum ku datang
mengetuk pintu hatimu
ku hanya tinggalkan sebait sajak
yang kutulis di kening mimpi kita
semoga kau mengerti apa maknanya


sketsa senja

di pojok ruang
angin membelai keheningan
mengajak kita temukan cinta
tanpa pelangi tersaji
di sketsa senja keemasan
kau di sisiku tanpa jarak
mencipta sesuatu dalam riak jantungku

Nikola Vaptsarov: LAGU MANUSIA




Data buku kumpulan puisi

Judul : Lagu Manusia
Penulis : Nikola Vaptsarov
Terdjemahan kollektif : f.l. risakotta, agam wispi, walujadi toer, bintang suradi
Penerbit : bagian penerbitan lembaga kebudajaan rakjat (LEKRA), Djakarta.
Cetakan : I, 1959
Tebal : 64 halaman (19 puisi)
Rentjana kulit : s. mardjo

Beberapa pilihan puisi Nikola Vaptsarov dalam Lagu Manusia
(catatan: puisi ditampilkan dalam ejaan lama)

Lagu Kasih

Bagai selembar beton jang hendak menimpa
antjaman maut sekali lagi menekan
Tjemas dan njeri memagut dada
dalam djiwa kita, kita menggerutu ,,Perang!”

Kulihat kehebohan itu dimana-mana
ditiap tjerobong pabrik dan tjorong asap
kulihat dia dimentari terbenam sana
dan dilangit begitu biru begitu senjap

Bila seorang terkurung dan terkepung rapat
seperti kita dari tiap pendjuru
maka apakah benar itu suatu dosa
djika ada sepotong hati untuk kasih sembunji?

Dosakah itu – aku harap kaukatakan –
djika sekalipun bengkel-bengkel riuhrendah
terbelah oleh peluru jang marah bersemburan
dan sempat berpikir ,,Masih kutjintaikah dia?”

Ia, dunia tjinta kita yang kurus
amat sempit, benarlah itu
itu sebabnja dengan mata menatap lurus
kulagukan begitu singkat lagu bagimu