Sabtu, 10 September 2011

Amir Hamzah: BUAH RINDU




Data buku kumpulan puisi

Judul : Buah Rindu
Penulis : Amir Hamzah
Cetakan : XI, 2008 (III, 1959)
Penerbit : Penerbit Dian Rakyat, Jakarta
Tebal : vi + 50 halaman (28 judul puisi)
ISBN : 979-523-020-4


Beberapa pilihan puisi Amir Hamzah dalam Buah Rindu


Malam

Daun bergamit berpaling muka
Mengambang tenang di lautan cahaya
Tunduk mengurai surai terurai
Kelapa lampai melambai bidai

Nyala pelita menguntum melati
Gelanggang sinar mengembang lemah
Angin mengusap menyayang pipi
Balik-berbalik menyerah-nyerah

Air mengalir mengilau-sinau
Riak bergulung pecah-memecah
Nagasari keluar meninjau
Membanding purnama di langit cerah

Lepas rangkum pandan wangi
Terserak harum pemuja rama
Hinggap mendekap kupu berahi
Berbuai-buai terlayang lena

Adikku sayang berpangku guring
Rambutmu tuan kusut melipu
Aduh bahagia bunga kemuning
Diri dihimpit kucupan rindu


Kamis, 08 September 2011

Nirwan Dewanto: BULI-BULI LIMA KAKI




Data buku kumpulan puisi

Judul : Buli-buli Lima Kaki
Penulis : Nirwan Dewanto
Cetakan : I, November 2010
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Tebal : 168 halaman (55 judul puisi)
ISBN : 978-979-22-6443-2
Gambar sampul : karya instalasi Joko Dwi Avianto, Gajah, bahan bambu apus, 
di Festival Salihara 2010


Beberapa pilihan puisi Nirwan Dewanto dalam Buli-buli Lima Kaki


Apel dan Roti

Di balik dua butir apel selalu ada sekeping matahari
Hijau, sehingga pisaumu tentu akan tersipu malu
Menatap merah yang selalu padam itu.

Di antara dua potong roti selalu ada selapis jantung
Kuning, sehingga lidahmu pasti akan berhenti
Sebelum mencapai putih yang menyala itu.

Di antara hijau dan kuning selalu ada ekor rubah
Abu-abu, yang empunya hanya mampu bertahan
Di balik gaunmu, sebelum menerkam sajakku.

Di antara perutmu dan piring yang termangu, lapar
Bisa juga bernama bianglala, yang segera berakhir
Ketika aku menumpahkan sajakku ke mejamu.

Sungguh lapar dan birahi tak akan terlihat oleh mata
Yang tersembunyi dalam sajakku yang terlalu lama
Tersimpan dalam lemari es di sudut dapurmu

Di luas meja yang telanjur basah oleh umpama itu
Terkecoh oleh si matahari dan si jantung, rubahmu
Makan hitam berulam mata. Mataku barangkali.

(2009)

Selasa, 06 September 2011

Hajriansyah: JEJAK AIR




Data buku kumpulan puisi

Judul : Jejak Air
Penulis : Hajriansyah
Cetakan : I, Oktober 2007
Penerbit : Tahura Media, Banjarmasin
Tebal : iv + 56 halaman (11 judul puisi)
ISBN : 978-979-159699-9
Gambar sampul : Hery S


Beberapa pilihan puisi Hajriansyah dalam Jejak Air


Prolog

Aku lahir dari kedalaman,
tempatku di waktu kecil menjejakkan kaki
Di sungai yang kecoklatan airnya
kami menyelam; menggenggam lumpur di tangan kiri
mencoba meyakinkan yang lain bahwa
kami telah sampai di dasar sungai

Kata-kataku lahir dari kedalaman,
seperti ingin meyakinkanmu
Aku telah sampai di dasar sungai
atau tanah berlumpur yang ku injak
sesaat tadi 

Kata-kataku adalah yang tertahan di tenggorokan
saat air menekan lubang-lubang di tubuhku
saat aku begitu berhasrat
Begitu bergembira ingin memenangkan diri
Aku lupa
lupa pada warna sungai, bau air,
pada yang menekan tubuhku sedemikian
rupa; aku begitu ingin sampai kepermukaan,
membuncah gelombang
bersorak menang, tapi aku lupa
lupa pada semua yang mengepungku
mengitari, masuk ke lubang-lubang
tubuhku, membuatku tersedak

Aku duduk di pinggir sungai, aku
tersengal; seteguk air masuk ke mulut, 
mulutku kering; yang lain mengering
di tubuhku

Minggu, 04 September 2011

AIRMATA TUHAN



Data buku kumpulan puisi

Judul : Airmata Tuhan
Penulis : Medy Loekito
Cetakan : I, Agustus 2009
Penerbit : Penerbit Bukupop, Jakarta
Tebal : x + 100 halaman (100 judul puisi), 10,5 x 15,7 cm
ISBN : 978-979-1012-37-9


Beberapa pilihan puisi Medy Loekito dalam Airmata Tuhan


Kenangan akan Zubaidah
: untuk duka Aceh, 26 Desember 2004

boneka tak berkaki
menepi di denyut alir
tatapnya menyeru
diamnya mencari
lengan mungil yang dulu memeluk

lengan mungil berlumpur
menepi dihentak alir
diamnya merindu
pedihnya mencari
kawan kecil yang dulu bersama


Malam di Bukit

rumput kecil bergerigi tajam bagai belati
menyayat bulan hingga mengucurkan sepi


Interval

andai batas waktu dan usia
tak bicara hanya pada diam

Jumat, 02 September 2011

Sapardi Djoko Damono: KOLAM




Data buku kumpulan puisi

Judul : Kolam
Penulis : Sapardi Djoko Damono
Cetakan : I, 2009
Penerbit : Editum, Jakarta
Tebal : 120 halaman (51 judul puisi), 14,5 x 21 cm
ISBN : 978-979-19766-0-2
Cukilan kayu pada sampul dan isi buku: Jeihan


Beberapa pilihan puisi Sapardi Djoko Damono dalam Kolam


Pohon Belimbing

Sore ini kita berpapasan dengan pohon belimbing wuluh
yang kita tanam di halaman rumah kita beberapa tahun yang
lalu, ia sedang berjalan-jalan sendirian di trotoar. Jangan
kausapa, nanti ia bangun dari tidurnya.
            Kau pernah bilang ia tidak begitu nyaman sebenarnya
di pekarangan kita yang tak terurus dengan baik, juga karena
konon ia tidak disukai rumput di sekitarnya yang bosan
menerima buahnya berjatuhan dan membusuk karena kau
jarang memetiknya. Kau, kan, yang tak suka sayur asem?
            Aku paham, cinta kita telah kausayur selama ini tanpa
belimbing wuluh; Demi kamu, tau! Yang tak bisa kupahami
adalah kenapa kau melarangku menyapa pohon itu ketika
ia berpapasan dengan kita di jalan. Yang tak akan mungkin
bisa kupahami adalah kenapa kau tega membiarkan pohon
belimbing wuluh itu berjalan dalam tidur?
            Kau, kan, yang pernah bilang bahwa pohon itu akan jadi
tua juga akhirnya?