Sabtu, 01 Juli 2017

Asep Sambodja: BALLADA PARA NABI




Data buku kumpulan puisi

Judul : Ballada Para Nabi
Penulis : Asep Sambodja
Penerbit : Bukupop, Jakarta.
Cetakan : I, Januari 2007
Tebal : vi + 126 halaman (46 puisi)
ISBN : 979-1012-09-1
Perwajahan : Nanok K.
Gambar sampul karya Nadhifa Ditya Ardacandra

Beberapa pilihan puisi Asep Sambodja dalam Ballada Para Nabi

Pada Sebuah Kata

rahasia yang tak pernah terungkap
adalah kata
yang melahirkan kita ke bumi jelata


Ismail dan Sumur Zamzam

sarah, istri ibrahim yang cantik
dan setia
merasa kasihan pada ibrahim
karena mereka tak punya anak
meski usia senja

sarah izinkan suaminya
menikahi hajar, yang
selama ini membantu mereka

tak lama lahirlah ismail
anak ini demikian lucu
ibrahim sangat sayang padanya
hampir setiap hari
perhatian ibrahim tertuju pada hajar
dan anak semata wayang

sarah pun cemburu
ia minta ibrahim
menjauhkan hajar dan ismail
dari dirinya
ia tak tahan mendengar
tangis bayi

ibrahim, hajar, dan ismail
tinggalkan palestina
menuju ke sebuah lembah

di tengah gurun yang panas
unta yang mereka naiki
tak mau berjalan lagi
mungkin ini pertanda
hajar dan ismail
harus ditinggal di tempat itu
dengan berat hati
dan doa yang dalam
ibrahim pun kembali

di bawah terik matahari
ismail menangis
karena lapar
karena haus
kerongkongan kering

hajar tak bisa menyusui
karena susunya pun
kering

hajar berlari
dari bukit shafa ke bukit marwah
bolak-balik
hingga tujuh kali
hingga letih sekali
tapi air tak juga ditemukan
pada saat itulah
datang malaikat jibril membantu
dari bekas telapak kakinya
muncullah sumber air zamzam

air itu terus mengucur
para kafilah yang berlalu
di tempat itu
senantiasa mampir minum
dan banyak yang bermukim
di kota itu, makkah
begitu pun burung-burung
turun ke sumur
sekadar mampir minum

air zamzam itu terus mengalir
hingga kini

Zelfeni Wimra: AIR TULANG IBU




Data buku kumpulan puisi

Judul : Air Tulang Ibu (antologi 2 bahasa, Indonesia-Inggris)
Penulis : Zelfeni Wimra
Penerbit : Pusakata Publising, Padang.
Cetakan : I, Oktober 2012
Tebal : 103 halaman (70 puisi)
ISBN : 978-602-99686-6-8
Penyunting : Sunlie Thomas Alexander
Foto Sampul : Agung P.
Desain Sampul : Fatris MF, Ilhami el-Yunusiy
Penata Isi : Alaik
Translator ke bahasa Inggris : Ali Akbar, Benny Sumarna,
Heru Joni Putra, Nofel Nofiadri dan Fitra Yanti Zelfeni

Air Tulang Ibu terdiri dari 3 bagian, Periode Air (17 puisi), Periode Tulang (35 puisi) dan Periode Ibu (18 puisi).

Beberapa pilihan puisi Zelfeni Wimra dalam Air Tulang Ibu

obat ibu

“melihat anak pulang: obat penenang segala kejang,”

2008


pecah di gugus nisan

i

kisah kita di rahim dapur
umpama tungku ditinggal api
menyerahkan rindu pada kerlingan bara
pada decak gelegak air pemanas kopi

ii

cengkrama kita di ruang tamu
umpama luka ditinggal belati
membiru
ketika amin doaku
pecah di gugus nisan
lahat yang dingin
menjelma ranjang pengantin

padang, 1999

Marhalim Zaini: GAZAL HAMZAH




Data buku kumpulan puisi

Judul : Gazal Hamzah
Penulis : Marhalim Zaini
Penerbit : Ganding Pustaka, Yogyakarta.
Cetakan : I, 2016
Tebal : viii + 88 halaman (33 puisi)
ISBN : 978-602-74578-4-3
Atak sampul & perwajahan isi : Raedu Basha
Lukisan : Khalil Zuhdi

Beberapa pilihan puisi Marhalim Zaini dalam Gazal Hamzah

asam kandis
(garcinia xanthochymus)

            tapi dalam pantun, kita tetap hidup, sebagai tubuh yang
berkerabat. rasa lapar kita, jadi pohon abadi yang tak bertanah
asal. dan di atas segala yang lembab jualah kita tegak, sebagai
manggis atau sebagai gelugur, sebagai rasa manis atau buah yang
gugur. kelak, yang kau iris tipis-tipis di atas piring kayu, adalah
rasa malu kita pada tuhan, rasa malu kita pada matahari—yang
mengering-hitamkan irisan tubuhmu, irisan tubuhku. padahal
tak pernah kita menduga, hidup akan jauh dikenang, dalam rasa
lapar. di pucuk lidah orang-orang yang hanya singgah, sebagai
perantau. meski di pangkal lidah, kita hanya getah yang kelat,
namun di perut, kita masam yang lekat. pun ketika disepah,
segala warna yang kita punya—jingga pucat, kuning pekat, hijau
muda, hijau tua—mengekalkan rindu masam dalam geletar
debar rasa lapar. hingga kelak, tak lagi kausebut aku barbar.
hingga, tak lagi kau bertanya, mana yang lebih kekal, rasa pedas
lada, atau hitam arang daging panggang.

Jalaluddin Rumi: SEMESTA MAULANA RUMI




Data buku kumpulan puisi

Judul : Semesta Maulana Rumi
Penulis : Jalaluddin Rumi
Penerjemah : Abdul Hadi W.M.
Cetakan : I, Februari 2016
Penerbit : DIVA Press, Yogyakarta.
Tebal : 276 halaman (143 puisi)
ISBN : 978-602-391-117-2
Editor : Rusdianto
Tata sampul : Ong Hari Wahyu
Tata isi : Violetta
Pracetak : Antini, Dwi, Wardi

Semesta Maulana Rumi dibagi ke dalam 2 bagian, yaitu Matsnawi (39 puisi) dan Diwan Shamsi Tabriz (104 puisi)

Beberapa pilihan puisi Jalaluddin Rumi  dalam Diwan Shamsi Tabriz

73

Bulan puasa telah datang, larangan raja mulai
berlaku; jauhkan tanganmu dari makanan, hidangan
rohani telah tersedia.

Roh telah terbebas dari pengasingan dirinya dan
membekuk tangan tabiat; hati sesat telah kita taklukkan
dan pasukan iman telah sampai.

Bila pendengkur telah angkat-tangan siap ditawan,
dari api penyala api jiwa datang dengan ratapan.

Sang lembu begitu molek, Musa bin Imran muncul;
melalui ia si mati hidup kembali bila badannya telah
menempuh upacara korban.

Puasa adalah upacara korban kita, ia adalah
kehidupan bagi jiwa kita; mari kita korbankan badan
kita, karena jiwa telah datang menjadi tamunya.

Iman yang teguh adalah awan lembut, kearifan
adalah hujan yang tercurah darinya, karena di bulan
iman ini Al-Qur’an diwahyukan.

Bila jiwa badani dikendalikan, roh akan mi’raj ke
langit, bila pintu penjara dirubuhkan, jiwa sampai ke
pelukan Kekasih.

Hati telah menukar tabir gelapnya dan mengepak
sayapnya ke angkasa, hati, yang berwujud malaikat,
sekali lagi tiba di tengah mereka,

Tangkap cepat tali dari badannya; di atas perigi
teriakkan, “Yusuf dari Kana’an telah tiba!”

Ketika ‘Isa tercampak dari keledainya maka doanya
diterima Tuhan, cucilah tanganmu, karena Hidangan dari
langit telah datang.

Cuci tangan dan mulutmu, jangan makan atau
bercakap-cakap; carilah kata dan suapan nasi yang
diturunkan bagi ia yang diam.

Sitok Srengenge: KELENJAR BEKISAR JANTAN DAN STANZA HIJAU MUDA




Data buku kumpulan puisi

Judul : Kelenjar Bekisar Jantan dan Stanza Hijau Muda
Penulis : Sitok Srengenge
Penerbit : KATAKITA, Yogyakarta.
Cetakan : I, 2013
Tebal : 164 halaman (67 puisi)
ISBN : 978-979-3778-71-6
Desain grafis : Sitok Srengenge
Visualisasi dan Tata Letak : Cyprianus Jaya Napiun
Pembaca Teks : Farah Maulida
Foto cover : Ukiran blawong atau wayang blabag (anonim)
Juru foto : Dwi Oblo

Kelenjar Bekisar Jantan dan Stanza Hijau Muda diurai berdasar tahun penciptaan, yaitu 1991 (11 puisi), 1990 (10 puisi), 1989 (15 puisi), 1988 (10 puisi), 1987 (10 puisi), dan 1986 (11 puisi).

Beberapa pilihan puisi Sitok Srengenge dalam Kelenjar Bekisar Jantan dan Stanza Hijau Muda

SENANDIKA KATA

Di taman kata berjumpa kita
Huruf-huruf yang mendamba dieja sebagai cinta

Memburu arti
Menyatu dan menyatakan diri

Kita hanya lelambang bunyi
Mewakili yang tersembunyi

Menjelma kata tanpa kelamin
Titah tuhan yang tertahan, meskipun serba mungkin

Terlontar dari jiwa, terlempar dari rahasia
Segala yang gaib teruar lewat tanda

Kita hanya kurir penyampai pesan
Hidup cuma mampir dan terabaikan

Kita bermimpi merengkuh cinta
Terikut juga benci dan dusta

Tak ada yang lebih membuatku bahagia
Selain kau dan aku tercipta dari huruf-huruf yang sama

1991