Jumat, 28 Januari 2011

Badruddin Emce: BINATANG SUCI TELUK PENYU



Data buku kumpulan puisi

Judul : Binatang Suci Teluk Penyu
Penulis : Badruddin Emce
Cetakan : I, Maret 2007
Penerbit : Olongia, Yogyakarta bekerjasama dengan
 Tjlatjapan Poetry Forum
Tebal : 80 halaman (30 puisi)
ISBN : 978-979-15622-2-5
Prolog : Triyanto Triwikromo
Epilog : Faisal Kamandobat


Beberapa pilihan puisi Badruddin Emce


Binatang Suci Teluk Penyu

Dari lubang-lubang ketiadaan berlarian kepiting.
Dengan gaya yang dibuat-buat digodanya
setiap yang mikir, setiap yang gampang diguncang sedih.
Mengapa kami berdiri di sini, begini? Adakah
            memajang kami
di depan lubang-lubang seperti ini,
menghalau apa saja yang hendak menjadikannya rumah?
Alangkah bahagia binatang-binatang pantai ini.

Sepasang menara pengawas selalu memaksakan diri
            untuk melek.
Meluangkan waktu sekedar mengiyakan ketiadaan.
Kasarnya: kebohongan!

2003


Minggu, 23 Januari 2011

Rendra: POTRET PEMBANGUNAN DALAM PUISI




Data Buku Kumpulan Puisi

Judul: Potret Pembangunan dalam Puisi
Penulis: Rendra
Cetakan: II, 1996 (cetakan I, 1993)
Penerbit: PT. Dunia Pustaka Jaya, Jakarta
Tebal: 104 halaman (26 judul puisi)
ISBN: 979-419-109-4
Pengantar: A. Teeuw
Disain cover: Jean Kharis

Beberapa pilihan puisi Rendra dalam Potret Pembangunan dalam Puisi

Aku Tulis Pamplet Ini

Aku tulis pamplet ini
karena lembaga pendapat umum
ditutupi jaring labah-labah.
Orang-orang bicara dalam kasak-kusuk
dan ungkapan diri ditekan
menjadi peng-iya-an.

Apa yang terpegang hari ini
bisa luput esok pagi.
Ketidakpastian merajalela.
Di luar kekuasaan kehidupan menjadi teka-teki,
menjadi marabahaya,
menjadi isi kebon binatang.

Apabila kritik hanya boleh lewat saluran resmi,
maka hidup akan menjadi sayur tanpa garam.
Lembaga pendapat umum tidak mengandung pertanyaan.
Tidak mengandung perdebatan.
Dan akhirnya menjadi monopoli kekuasaan.

Aku tulis pamplet ini
karena pamplet bukan tabu bagi penyair.
Aku inginkan merpati pos.
Aku ingin memainkan bendara-bendara semaphore di tanganku.
Aku ingin membuat isyarat asap kaum Indian.

Aku tidak melihat alasan
kenapa harus diam tertekan dan termangu.
Aku ingin secara wajar kita bertukar kabar.
Duduk berdebat menyatakan setuju dan tidak setuju.

Kenapa ketakutan menjadi tabir pikiran?
Kekhawatiran telah mencemarkan kehidupan.
Ketegangan telah mengganti pergaulan pikiran yang merdeka.

Matahari menyinari airmata yang berderai menjadi api.
Rembulan memberi mimpi pada dendam.
Gelombang angin menyingkapkan keluh kesah
            yang teronggok bagai sampah.
            Kegamangan. Kecurigaan.
            Ketakutan.
            Kelesuan.

Aku tulis pamplet ini
karena kawan dan lawan adalah saudara.
Di dalam alam masih ada cahaya.
Matahari yang tenggelam diganti rembulan.
Lalu besok pagi pasti terbit kembali.
Dan di dalam air lumpur kehidupan,
aku melihat bagai terkaca:
ternyata kita, toh, manusia!

Pejambon, 27 April 1978

Rabu, 19 Januari 2011

Ibramsyah Amandit: BADAI GURUN DALAM DARAH


Data buku kumpulan puisi

Judul  : Badai Guruh dalam Darah
Penulis : Ibramsyah Amandit
Cetakan : I, Februari 2009
Penerbit : Tahura Media, Banjarmasin
Tebal : xvi + 140 halaman (107 puisi)
ISBN : 978-602-84140-6-7
Prolog : Abdul Hadi WM
Epilog : Burhanuddin Soebely & Micky Hidayat
Editor : Y.S. Agus Suseno
Penyantun : Ir. H. M. Said
Ilustrasi cover  : Sketsa oleh D. Zawawi Imron

Beberapa pilihan puisi Ibramsyah Amandit

Stempel

Rendahkan suaramu;
setara dingin angin reda
wahai yang akan pulang
pejalan redup kunang-kunang

Rendahkan suaramu; wahai
pengukir cincin dengan tangisan
yang menulis kata-kata rawan:
- Aku pulang ...

Senja-senja susut menghilang
batu – membatu bagai tapak Ibrahim
dipahatnya isyarat kalbu
kerabat dan keluargamu

Dan pada waktu ketetapannya
malam bagai didera sabda
Suara yaasin dan doa
bersanding sayap-sayap cahaya
keluar rumah  --  jasadnya


2008

Rabu, 05 Januari 2011

Chairil Anwar: AKU INI BINATANG JALANG



Data buku kumpulan puisi

Judul : Aku ini Binatang Jalang
Penulis : Chairil Anwar
Cetakan : VI, Oktober 1993 (cetakan I, Maret 1986)
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Tebal : xiv + 111 halaman (82 puisi & surat-surat)
ISBN : GM 201 86.052
Editor : Pamusuk Eneste
Kata Penutup : Sapardi Djoko Damono


Beberapa pilihan puisi Chairil Anwar


Tak Sepadan

Aku kira:
Beginilah nanti jadinya
Kau kawin, beranak dan berbahagia
Sedang aku mengembara serupa Ahasveros

Dikutuk-sumpahi Eros
Aku merangkaki dinding buta
Tak satu juga pintu terbuka

Jadi baik juga kita padami
Unggunan api ini
Karena kau tidak ‘kan apa-apa
Aku terpanggang tinggal rangka

Februari 1943


Selasa, 04 Januari 2011

Joko Pinurbo: CELANA


Data buku kumpulan puisi

Judul : Celana
Penulis : Joko Pinurbo
Cetakan : I, Juni 1999
Penerbit : Indonesia Tera, Magelang
Tebal : viii + 74 halaman (44 judul puisi)
ISBN : 979-95428-2-0
Epilog : Sapardi Djoko Damono
Disain cover : Harry Wahyu (Si Ong)

Beberapa pilihan puisi Joko Pinurbo dalam Celana


Poster Setengah Telanjang

Si kecil yang suka makan es krim itu sudah besar
dan perawan, sudah tidak pemalu dan ingusan.
Ia gemar melucu dan pintar juga menggodamu.
“Kau penyair ya? Kutahu itu dari kepalamu yang
botak dan licin seperti semangka.”

Kau tergoda dan ingin lebih lama terpana ketika
matanya mengerjap dan bulan muncrat di atas
rambutnya yang hitam pekat

Malam heboh sekali. Orang-orang mulai
resah menunggu kereta.
“Perempuan, kau mau ikut?”
Emoh ah,” katanya

Kereta sudah siap. Para pelayat berjejal di dalam
gerbong sambil melambai-lambaikan bendera.
“Perempuan, ikutlah bersama kami.
Kita akan pergi menyambut revolusi.”

“Ah revolusi. Revolusi telah kulipat
dan kuselipkan ke dalam beha.”

“Lancang benar ia. Berani menantang kita
dengan senyumnya yang sangat subversif.
Ia sungguh berbahaya.”

Lonceng terakhir telah selesai menyanyikan
Sepasang Mata Bola. Tinggallah malam yang redam,
langit yang diam. Tinggallah airmata yang menetes
pelan ke dalam segelas bir yang menempel pada
dada yang setengah terbuka, setengah merdeka.

1997