Minggu, 17 September 2023

Adimas Immanuel: KARENA CINTA KUAT SEPERTI MAUT

 

Data Kumpulan Puisi
 
Judul buku: Karena Cinta Kuat Seperti Maut
Penulis: Adimas Immanuel
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Cetakan: I, 2018
Tebal: 104 halaman (40 puisi)
Penyunting: Siska Yuanita
Foto-foto: M. Aan Mansyur
ISBN: 978-602-06-1822-7 (digital)
 
Sepilihan puisi Adimas Immanuel dalam Karena Cinta Kuat Seperti Maut
 
PEMANCING
 
Keduanya saling menatap tanpa berkejap
mata pancing menghadap sepasang mata ikan
tiada gerak-gerik, sunyi menembus sisik.
Nelayan itu terus mengulur dan menarik
liar membayangkan makan malam terbaik
untuk keluarga kecilnya, tanpa tahu
ikan itu menyimpan dendam di matanya.
Malam ini: sebilah duri akan menembus
tenggorokan, membuatnya megap-megap
dalam keabadian.
 
 
PEMBACA
 
Kupasrahkan diriku antara kata dan umpama
agar kau bisa membaca: kau seru hidupku
angin bagi wajahku, cahaya bagi mataku
bukit bagi pundakku, lembah bagi lenganku
guruh bagi jantungku, mata air bagi hatiku
api bagi pinggangku, padang bagi kakiku
Tiada yang tersembunyi darimu karena
cinta mesti bebas menari dan bernyanyi
seperti maut. seperti maut. seperti maut.
 
 

Selasa, 12 September 2023

Nezar Patria: DI KEDAI TEH AH MEI



Data Kumpulan Puisi
 
Judul buku: Di Kedai Teh Ah Mei
Penulis: Nezar Patria
Penerbit: DIVA Press, Yogyakarta.
Cetakan: I, Juli 2018
Tebal: 68 halaman (30 puisi)
Penyunting: Tia Setiadi
Tata Sampul: Agus Teriyana
Tata Isi: Venus
Pracetak: Antini, Dwi, Wardi
Sumber gambar cover: https://tumbusama.com
ISBN: 978-623-293-077-3 (PDF)
Prolog: Joko Pinurbo (Langit Puisi Nezar Patria)
 
Sepilihan puisi Nezar Patria dalam Di Kedai Teh Ah Mei
 
DI KEDAI TEH AH MEI
 
Bahkan sumpit ini gagal menjumput hatinya
sepiring mi kering memendam jarak
dan sepi menancap di kaki-kaki meja
 
Seceret teh menyeduh apa saja yang pahit:
bebunga krisan dan pucuk lotus
Aku meneguknya, menebus semua rindu
dan dosa yang tak terhitung sempoa
 
Kutangkap senyum Ah Mei di lukisan itu
Ia dimsum hangat yang berdiam di bibirku
 
2016
 
 
CINTA DALAM SETENGAH BLUES
 
Cinta, katamu, adalah tangga nada
dan kau pun mulai menyusun not buta
 
Kudengar piano itu berdenting, garing.
Ada suara saksofon, monoton.
 
Mungkin kau tak mengerti
Cinta bukan partitur biasa
 
Tak bisa dimainkan dari la
Lalu berhenti sebelum si
 
2012
 

Senin, 11 September 2023

Gunawan Maryanto: KEMBANG SEPASANG

 

Data Kumpulan Puisi
 
Judul buku: Kembang Sepasang
Penulis: Gunawan Maryanto
Penerbit: Grasindo, Jakarta.
Cetakan: I, Juli 2017
Tebal: 86 halaman (62 puisi)
Penyunting: Septi Ws
Desainer sampul: Studio Broccoli
ISBN: 978-602-452-039-7
 
Kembang Sepasang terdiri atas Beberapa Sajak Perihal Anak (16 puisi), Magical Thought (7 puisi), Yang Berlaku Sepanjang Tahun (12 puisi), Berguru pada Bayang-bayang (19 puisi), dan Yang Terlepas dan Tak Tuntas (8 puisi).
 
Sepilihan puisi Gunawan Maryanto dalam Kembang Sepasang
 
kepada io
 
di ujung tahun yang becek
aku kehabisan cerita
untuk menidurkan argus
seratus matanya menyala
merayapi tubuhmu, io
 
 
kembang sepasang
 
sepasang anak perempuan
adalah sepasang kembang
yang kausembunikan di belakang
agar kala yang datang setiap petang
lewat jalan kecil di sebelah barat rumah itu
tak melihat mereka dan lalu jatuh cinta
 
ya, sepasang kembang
yang kausiram tiap petang
sambil menunggu suamimu pulang
dengan saku kanan penuh daun gundha semanggi
dan beberapa ekor ikan krowokan di saku kiri
 
 

Minggu, 10 September 2023

Rini Febriani Hauri: NIPAH PANJANG

 

                                                Data Kumpulan Puisi
 
Judul buku: Nipah Panjang
Penulis: Rini Febriani Hauri
Penerbit: Basabasi, Bantul, Yogyakarta.
Cetakan: I, Oktober 2019
Tebal: 88 halaman (48 puisi)
Penyunting: Tia Setiadi
Pemeriksa Aksara: Aris Rahman
Tata Sampul: sukutangan
Tata Isi: Aira
Pracetak: Kiki
ISBN: 978-623-6631-43-0 (PDF)
 
Sepilihan puisi Rini Febriani Hauri dalam Nipah Panjang
 
Bayang-Bayang
 
aku ingin merekam kematian di dalam puisi
di saat bayangnya terus memburuku
gagak-gagak beterbangan menuju kepala
mengisap segala ingatan
tentang bahasa
 
aku ingin merekam kematian di dalam puisi
sebab segala kehampaan adalah pertanda yang sepi
seperti buku tua yang ditinggalkan
dan rak-rak yang digerogoti rayap
saksi kekayaan terakhir
para penyair
 
aku ingin merekam kematian di dalam puisi
ketika jemari semakin rapuh dan kering
bahasa tidak menyelamatkan apa pun
termasuk pikiranku
ia adalah mesin yang bekerja
di luar tubuh
 
aku ingin merekam kematian di dalam puisi
di waktu-waktu yang disediakan oleh semesta
di saat ajal sebentar lagi datang
aku ingin mati dan dilupakan jagat raya
 
aku ingin merekam kematian di dalam puisi
: kelak semua yang dibahasakan
akan dibisukan
 
Jerambah Bolong, 2017
 

Mathori A Elwa: AKU PERNAH SINGGAH DI KOTAMU

 
Data Kumpulan Puisi
 
Judul buku: Aku Pernah Singgah di Kotamu
Penulis: Mathori A Elwa
Penerbit: PT Kiblat Buku Utama, Bandung.
Cetakan: I, April 2008
Tebal: 66 halaman (33 puisi)
Gambar kulit muka: lukisan “Pelabuhan di Eropa Utara II” (1961) karya Salim
dari buku Salim Pelukis Indonesia di Paris (Ajip Rosidi, Pustaka Jaya, Jakarta, 2003)
ISBN: 978-623-221-005-9
 
Aku Pernah Singgah di Kotamu terdiri dari 3 bagian, Rumah Tinggal (12 puisi), Aku Pernah Singgah di Kotamu (9 puisi) dan Teringat Sebuah Nama (12 Puisi).
 
Sepilihan puisi Mathori A Elwa dalam Aku Pernah Singgah di Kotamu
 
KEPADA UMBU LANDU PARANGGI
 
pertapa sembahyang di pucuk daun alang
rerumput berjemur di tengah sawah
para petani kalimat menanam gelisah
di ladang yang pongah
 
pejalan semadi di puncak hilang
rerumputan menjemput maut di padang-padang
para penari menunggang kuda sembrani
di ufuk matahari kintamani
 
pesolek sembahyang dalam bara api
tulang daging ruh menyelam di kuta
brahmana ksatria bertempur melawan sudra
di nganga ngaben pariwisata
 
penyair samsara
di pulau dewata
 
15, 9, 1995, 2004