Peringatan Buku ke-300




Sampai pertengahan bulan Mei 2015, saya belum memutuskan apakah akan menggenapkan postingan menjadi 300 atau bersabar menunggu bulan berikutnya. Jika mau menggenapkan menjadi 300 postingan buku, maka mau tidak mau, untuk bulan ini saya akan bekerja lebih keras untuk memposting 8 buku lagi. Namun tekad itu muncul, setelah melihat kumpulan puisi Bung Karno di tempat Hajri. Bung Karno, barangkali, tidak pernah secara khusus menulis puisi. Tapi ada sementara orang, yang ketika mendengar pidato, atau ketika membaca tulisan dan ide Bung Karno, bagai menyaksikan deklamasi puisi atau merasakan getaran puitiknya. Jadi, saya putuskan untuk menggenapkan postingan ke 300 pada bulan Juni ini saja. Bulan kelahiran Pancasila, Soekarno (juga Suharto) dan saya (juga Saut ;P)
Terima kasih kepada Tuhan yang Maha Rahman, yang memberi kekuatan dan kelanggengan sehingga blog ini dapat terus menjadi sarana belajar, setidaknya buat saya. Terima kasih kepada para Penyair, Penerbit, Sahabat Pecinta Puisi. Ah, seperti biasa, saya akan memberikan laporan pageview. Untuk peringatan buku ke 300, saya mencatatnya pada tanggal 2 Juni 2015 sekitar jam 5 sore waktu setempat. Perbandingannya seperti ini:
1.       Peringatan buku ke 100 : 30 September 2012              :   22.830 pageviews
2.       Peringatan buku ke 200 : 1 Februari 2014                       : 183.269 pageviews
3.       Peringatan buku ke 300 : 2 Juni 2015                                : 460.065 pageviews

15 besar buku yang sering dilongok
1.          Jalaluddin Rumi, Jalan Menuju Cinta : 14.871 pageviews
2.          Chairil Anwar, Deru Campur Debu : 14.864 pageviews
3.          Sutardji Calzoum Bachri, O Amuk Kapak : 11.859 pageviews
4.          Sujiwo Tejo, Sepilihan puisi : 10.428 pageviews
5.          Taufiq Ismail, Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia : 9445 pageviews
6.          Chairil Anwar Pelopor Angkatan 45 (Puisi hasil terjemahan ChA) : 8858 pageviews
7.          Wiji Thukul, Aku Ingin Jadi Peluru : 8688 pageviews
8.          Rendra, Ballada Orang-orang Tercinta : 8558 pageviews
9.          Budiman S. Hartojo, Sebelum Tidur : 8513 pageviews
10.      Chairil Anwar, Kerikil Tajam dan Yang Terempas dan Yang Putus : 7684 pageviews
11.      Taufiq Ismail, Tirani dan Benteng : 7566 pageviews
12.      D. Zawawi Imron, Bulan Tertusuk Lalang : 7215
13.      Sutan Takdir Alisjahbana, Tebaran Mega: 7164 pageviews
14.      Ahmadun Yosi Herfanda, Sembahyang Rumputan : 5661 pageviews
15.      Hamid Jabbar, Wajah Kita : 5493 pageviews

Untuk wilayah Kalsel, buku yang sering dilongok:
1.       Kebun di Belakang Rumah, Maman S. Tawie : 3426 pageviews
2.       Debur Ombak Guruh Gelombang, Jamal T. Suryanata : 3146 pageviews
3.       Di Jari Manismu Ada Rindu, Hamami Adaby : 3093 pageviews
4.       Elegi Negeri Seribu Ombak, Eko Suryadi WS : 2211 pageviews
5.       Mantra Rindu, Kulsum Belgis : 2008 pageviews
6.       Serumpun Auat-ayat Tuhan, Iberamsyah Barbary : 1651 pageviews
7.       Ayo Kita Baturai Pantun, Syamsiar Seman : 1584 pageviews

Sejujurnya, sejak mulai serius memposting buku di blog ini, saya sering ngiler setiap melihat buku-buku yang baru terbit. Tapi saya tak selalu punya uang untuk membeli dan sialnya, saya juga pemalu, sehingga tak selalu punya keberanian untuk menjalin koresponden dengan penyair, setidaknya untuk membeli buku yang ditawarkan. Saya bersyukur ketika kemudian beberapa penyair membuat e-book dan membuka akses yang luas kepada pembacanya. Itu memang tindakan yang tidak popular dan tidak menguntungkan secara ekonomi. Tapi saya berpikiran, bahwa penyair perlu “sedekah” puisi. Perlu merelakan sebagian kecil puisinya untuk masyarakat yang selama ini membesarkannya. Yang luar biasa tentu yang berani menyedekahkan seluruh puisinya untuk publik ketika ia masih hidup. Karena lambat laun, setiap puisi akan kembali ke publiknya, sedang penyair akan menjalani proses peng-klasik-an, karena telah meninggal berpuluh-puluh tahun atau beratus-ratus tahun lalu.     
                Tapi saya berprinsip, jika ada berkelebihan uang, akan membeli buku puisi. Setidaknya itu akan membantu si penyair secara ekonomi. Atau jika sudah ada di rak buku teman, saya akan meminjamnya dengan jaminan buku puisi juga. Tapi sering tangan tak panjang, penglihatan tak jauh, pendengaran sayup, sehingga jika ada pecinta puisi yang berkenan menyedekahkan sebagian puisi untuk blog ini, tentu bisa berpartisipasi dengan sedikit susah payah membuat semacam e-book (sekalipun terbitan sendiri) dan mengirim ke email saya.  Sebagai seorang pembelajar, saya akan sangat berterima kasih. Semangat blog ini adalah semangat berbagi. Silakan kirim ke email: m(dot)nahdiansyah(dot)abdi@gmail.com. Atau jika kadung tercetak, bisa kirim ke alamat RS Jiwa Sambang Lihum, Jl. Gubernur Syarkawi KM 3,9 Gambut-Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Insya Allah, buku puisi yang dikirim akan dibeli (dengan syarat lagi punya uang), atau kalau tidak, ngutang dulu. Hehe. Atau bisa juga tukaran buku saja. Tapi entahlah. Saya tak yakin ini akan berjalan baik. Saya orangnya suka ngalir gitu…
                Tapi sesungguhnya, saya hanya ingin mengucapkan syukur kepada Allah SWT dan terima kasih yang dalam kepada para sahabat pecinta puisi yang menemani saya selama ini. Terima kasih. Terima kasih. Terima kasih.

Salam Puisi
Banjarbaru, 2 Juni 2015
M. Nahdiansyah Abdi

2 komentar:

  1. salam kenal dari Malaysia. Saya ingin bertanyakan tentang puisi Jalaludin Rumi . tetapi emailnya saudara tidak bisa saya send. mohon saudara membalas komentar saya atau emailkan saja saya di seputihawan52@gmail.com. terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Apa yang bisa saya bantu? Saya dapat dihubungi via email: m.nahdiansyah.abdi@gmail.com ; terima kasih.

      Hapus