Minggu, 02 November 2014

Remy Sylado: KERYGMA & MARTYRIA




Data buku kumpulan puisi

Judul : Kerygma & Martyria
Penulis : Remy Sylado
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Percetakan : PT Ikrar Mandiriabadi, Jakarta
Cetakan : I, Juli 2004
Tebal : 1056 halaman (881 puisi)
ISBN : 978-979-22-0918-2
Gambar sampul dan ilustrasi dalam : Remy Sylado
Desain sampul : Marcel A.W.

“yang mencari pengetahuan/akan menemukan pengertian/yang meremehkan kebajikan/telah membuang kebahagiaan.”
(Sajak Amsal tentang Kebahagiaan, Remy Sylado)

Kumpulan puisi Kerygma & Martyria terbagi atas dua bagian, yaitu Kerygma (394 puisi) dan Martyria (487 puisi)

Beberapa pilihan puisi Remy Sylado dalam Kerygma

Mukadimah

Menjadi penyair berpercaya
banyak yang terpanggil
sedikit yang terpilih
Kusebut diriku
pesyair


Senjata
buat Chusin

Seandainya ada perumpamaan yang ampuh
aku ingin jabarkan hatiku dalam dua ibarat
dalam benci ia lebih keras dari batu berlian
dalam cinta ia lebih lunak dari ubi beragi
dan aku seperti terminal tempat berganti muat
Tapi kenapa aku harus panggil benci
mengubah kecantikan dengan keputusasaan
kalau cinta datang memberi pengharapan
yang memelihara keindahan abadi
hingga daging berubah jadi tanah
Kuberi kau pengertian tentang hidup
senjata paling sakti dalam peperangan: cinta.



Zaman Azab

zamanku dipenuhi azab
roh terkilir dalam perjalanan ke surga
diganggu hasrat mencintai serba bendawi

apa perlu memakai zirah
agar muka terlindung pencemaran dusta
di waktu berbaris maju mengalahkan sesatan?
dunia telah membusuk dan terus-terusan busuk
adakah sungai-sungai yang mau membawanya hanyut
jauh dari mata jauh dari hidung jauh dari rasa?

ini agaknya baris-baris kenyataan kini
lebih berkesan mati sebagai perkutut piaraan
ketimbang mati sebagai orang yang penuh berjasa
ya, matilah dalam kemuliaan digorok belanda
ketimbang mati pelan-pelan disiksa sesama

tak kudu sesalkan azab dalam zamanku
setiap zaman ada algojo ada bajingan
terus saja bangun walau di dalam tidur
jangan terjadi bentang jalanan yang berjalan
dan semua berdiri menganga ditinggalkan jalannya
lihat, betapa jarum jam tak letih memutari angka
apa dibiarkan zindik tersesat dalam putarannya?
aku tampil dan menentukan pilihan untuk jadi garam

menyanyilah nyaring, nyanyikan lagu pengharapan
menyanyilah nyaring, kalahkan gemuruh gelombang
sembuhkan sakit melalui larik-larik puisi kasih
laporkan dalam zikir, dia mendengar dan melihat.


Satu Lorong

Kesedihan adalah nyanyian romantis
ilham bagi orang yang tegar pada kesengsaraan
Ayo, ramai kita tertawa, munasabat
biarpun atas kematian seorang kekasih
agar kita tidak diperbudak ratap tangis

Selaksa kali dalam usia yang pendek
manusia lamuni kesenangan di surga
tapi ia terkepung dalam bayang yang lumpuh
lantaran tak diketahui jalan dalam petanya
Kita lebih suka memperhatikan boulevard
yang memberikan kesenangan seketika
dan melupakan jalan  yang penuh onak
lorong menuju kesenangan kekal

Di sengsara kita, kita madahkan lagu sedih
tapi kita tahu peta satu lorong
yang membebaskan ratap tangis.


Losmen

Losmen yang kita pakai berbareng
bagi istirahat raga tak lebih seabad
tertulis dalam kepercayaan para penyair
dan kita boleh mengantuk lantas tertidur
dalam cara ayam berjaga di atas pohon
Jika pencuri datang mencuri ajalnya
ayam berkotek seperti kala bertelor
menyampaikan berita akan adanya hidup
Kita tinggalkan losmen sendiri-sendiri
sebab jalan keluarnya teramat sempit
kendati megahnya melebihi agung gapura
dan kita mesti lolos setelah lulus di situ.


Melayu

Lampu sudah menyala semua dibantu matari siang
namun aku kesasar jua di rumahku sendiri yang gelap
setelah bertahun berkelana atas dunia yang dipagar Plato
sambil sulit mengganti menu menurut selera Kong Hu Cu

Apa yang bisa kumainkan dalam keisengan ini
antara memadahkan puisi kehidupan yang asing
pada matra yang mesti digapai di balik bayang 
Kebenaran kini tak perlu disahkan dulu di barat
kerna ia datang dari puncak-puncak gunung di utara
Kupelajari itu dari migrasi burung-burung plover*
dari tempatnya di Cina ke Jepang, dan ke sini

Maka biar anak Melayu menjadi Melayu
Ada dalam diriku sepi, juga gairah panas
Tapi aku murid bangsaku yang mendengar.

-----------
* sejenis burung pantai dari keluarga Charadriinae, antara lain Charadrius melodus


Masa Kanak di Semarang

Bersikeras niatku hari ini pulang ke masa kanak
dalam kegilaan pada kotaku yang dua candi
di tujuh derajat Lingkar Selatan
Meminta anganan melukis ulang warna Karangayu dan Bulu
tempat minum dan merasa hidup oleh segelas es kombor
Atau mampir di Jatingaleh yang suwung tapi kecing
bersama Slamet umuk, Harto kemplu, Warno kucluk
teman kelas 5 SR Karangasem yang dindingnya gedek
setelah berpacu meluncur sepeda dari Srondol
Bebas rasanya bisa keluar malam ke dukder di Yaik
walau hanya membeli celengan dari uang celengan
Lukis, lukiskan itu dalam anganan yang tak kembali
Betapapun setiap kegilaan bisa juga jadi kebanggaan

Rumahku di bukit Simongan dikepung pring-ri
Orang melewatinya sebelum ke Sam Po Kong
Angin laut dan angin gunung di sini berpapas
Di depan, Laut Jawa, biru mendatar terlihat
Di belakang, Gunung Ungaran, biru berkeluk terlihat
Di sini, tempatku berdiri dan barangkali merenung
tenang, masih senyap seperti cerita “malam kudus”
Ini dia kampus seminari teologi, orang Texas rektornya
anaknya David, temanku, mengajar kata-kata Amerika
dari fuck you tapi juga “thy kingdom come”

Dan aku coba nalarkan apa arti pribadi ideal
cowboy dan bandit dalam satu diri
sebab merpati dan ular adalah peran
Kutanggalkan lukisan masa kanak
biar bingkainya saja yang menggantung.


Kali Banjirkanal

Dulu di atas ini tidak ada jembatan
yang hubungkan Simongan dengan Lemahgempal
Seorang kakek bernama Pak Min Pipo
mengantar aku ke seberang dengan sampan
setengah ece buat anak kecil, satu ece orang tua
Kalau hujan mengguyur Ungaran di selatan
sungai ini meluap air warna kopi susu
dan aku mesti berjalan kaki ke utara
ke Bulu, jalan yang ada penjara perempuan

Kini aku lewat di atas jembatan ini
orang-orang yang dulu di sini tiada lagi
Tersium aku dari kembara ke masa lalu
masya Allah – kuhitung tahun-tahun usiaku
Dan aku bilang syukur ini hidup masih berlangsung
Di bawah jembatan ini mengalir air yang berbeda
tapi namanya tetap Kali Banjarkanal.


Doa Anak dari Z ke A

Z, zat, kami bagian dari-Mu, ya Tuhan
Y, yakin, tiada lain nama selain Engkau
X, xenofobia, singkirkan dari hati kami
W, wibawa, bentuk dalam kepercayaan kami
V, visi, supaya kami tidak sempit bersikap
U, utuh, dan jangan bawa kami ke perpecahan
T, teguh, ajar kami bertahan dalam godaan
S, suluh, agar kami bisa menerangi gelap
R, renung, kami tetap menatap kebesaran-Mu
Q, qurban, ikhtiar kami untuk menyembah-Mu
P, puji, dengan mazmur kami sebut Engkau
O, obat, Engkau penawar dalam sakit kami
N, nyata, walau tak nampak Engkau hadir
M, maha, tiada kata lebih mulia untuk-Mu
L, layak, beri kami kehidupan yang pantas
K, kokoh, kuatkan batin kami dengan alas kasih
J, jujur, dan sinari kejernihan dalam sukma
I, iman, kekuatan yang lebih dari batu karang
H, harapan, Cuma yang beriman yang boleh ke surga
G, gembala, yang baik hanya kias Tuhanku
F, fatwa, demikian mesti jadi nasihat temurun
E, erat, agar terlengket dalam ingatan manusia
D, darah, dalam gambar anggur ada penebusan
B, bebas, dan leluasa menuju aras Bapa
A, amin, semoga Tuhan mendengar doa ini


Indonesiaku Raya

Jika salju turun atas Jakarta
dan tumbuh sakura sepanjang Tanjung Priok
Aku tidak bilang terima kasih kepada Tuhanku
sebab aku cinta negeri tropis pemberian-Nya ini
Di sini aku mau mati dan menemui Dia di aras-Nya


Kisah Brur Yohan terhadap Ses Heni

Demikian terjadi di Jakarta tahun ini
Brur Yohan menembak istrinya Ses Heni
gara-gara mata gelap tidak punya wang
Dor! Dan Ses Heni pun jatuh – belum mati
Brur Yohan ke dokter, dokter males datang
dokter bilang: lebih tepat panggil pendeta
Brur Yohan ke pendeta, pendeta telat datang
Ses Heni mati, pendeta memimpin menyanyi
Nearer my God to Thee, nearer to Thee*
Pendeta pulang melanjutkan tidurnya

---------
* judul lagu gospel, biasa dinyanyikan di gereja mengiringi orang mati; ciptaan lirik oleh Sarah F. Adams, 1841, dan musik oleh Lowell Mason, 1859.


Kapel Sistine

Michelangelo merampungkan lukisan Sistine
Tentang Tuhan di Kejadian sampai Wahyu
Dia mengumpati Paus sebab honornya telat
Tapi kita memujinya sebagai karya kesalehan.


Lex

Menghina kepala negara
masuk penjara
Menghina kepala surga
masuk neraka.


Doa buat Liwa

Semoga sumbangan buat rakyat
Tidak disunat oleh aparat


Dua Proposal

Kekayaan
bisa dari setan
Keselamatan
cuma dari Tuhan


Hatiku Dua Ladang Tua
Buat Seno Gumira Ajidarma

hatiku dua ladang tua
sejuk gunung hari bercinta
gerah pantai ganti hari bercemburu

kalau kau mau tabik
pergilah dengan langkah undur
agar tak tampak punggung sisa hari lalu
mataku masih terpasang di bagian muka
tak pandai meniru lakon kepiting

dari tanah liat pematung mencipta patung
cantik rupa seperti cerita pingkan
tapi mati tak berikan orgasme

aku penumpang pada istana tenahak
bisa berdiri di atas dua kebenaran berbeda
tak mesti gugup
tak mesti tegang
tiada musik yang terjemahkan makrifat ini


Kekayon
buat Jose Rizal Manua

Aku bicara dengan dirimu dalam diriku
apa yang ditunggu pada keringat mencari
mata air di semua celah gunung cadas tandus
Kekhawatiran pada satu-dua langkah di muka
bagaimana merdekanya dengan hafalan rapal
penuh bertabur sebagai bunga warna-warni
tapi tak tinggalkan harum kerna mati
Aku mau masuk ke satu jalan tanpa cabang
menggiringku ke danau di atas gunung harapan
bagai kayon dengan dua pintu dijaga raksasa
meski cuma mimpi – ajari aku cara mendaki
sebab mimpi juga hiburan bagi kematian
Jika mata air berubah jadi pancuran
di sana aku tahu tempatku istirahat
dan air mataku adalah gaduh sukacita.


Soliloquy
(dibuat khusus dan dibacakan untuk ulang tahun ke-50 Sekolah Tinggi Teologi, Jakarta)

Kita memang tak bebas membuka mulut
dalam makrifat kita tentang kemerdekaan
Kita amat khatam terhadap seabrek kata tak boleh
yang dibuat barangkali dengan sungguh hati
tapi dijalankan dengan setengah hati

Hati siapa bisa ayem menghadapi hari-hari depan
dalam rasa judek oleh sejumlah kambing hitam
Bensin naik, kambing hitamnya resesi
Kontrol sosial terbit, kambing hitamnya subversi
Segala strategi kejahatan, kambing hitamnya Lucifer
Tak tahunya di belakang wewenang iblis atas Ayub
ternyata Penghulu Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban
adalah Khalik serwa sekalian – kami punya Bapa

Ini karena kita kurang berbakat membedakan
antara akal dengan okol, otak dengan otot
Yang perlu pakai otak kita pakai otot
dan otot memang selalu berguna ketika kita ingat
bahwa tradisi pembunuh misterius berasal dari Kain
dan kita senang terbenam dalam tradisi menyangkal:
“Aku tak tahu, memangnya aku penjaga adikku?”

Sekiranya mengundang maut bukan dosa
aku taburkan muka bukan dengan bedak tapi tai kuda
lantas kutikamkan dada bukan dengan cinta tapi dengki
sebelum menggantung diri atas patriotisme semu Padamu Negri
Itu lebih afdal barangkali ketimbang hidup bagai benalu
di bumi yang diatur bukan oleh bangsa tapi bangsat

Namun Yehwah, Gustiku, Apo mananatas
yang menjadi gembalanya Daud
yang memimpin Musa keluar dari tanah perhambaan
yang menyertai Ibrahim dari Ur-Qasdim

yang mengutus Franciscus Xaverius ke Ambon
yang mengirim Josef Kam sampai ke Manado
bakal mengantar batinku ke ambang kemerdekaan

Merdeka, kau tau, tak sama seperti angin
Merdeka, kau tau, adalah saudara sepupu naluri:
siapa berhalakan akal bakal menjadi harimau
dan domba mati tanpa mengajukan protes

Domba memang mesti hati-hati
Padahal puisi tak mungkin disambut dengan hati baja
Tak oleh pelor
Tak oleh rudal

Kendati tanahku dijepit budaya Arab-India-Cina
puisiku tak punya konfidensi model Kotaro Takamura
yang boleh bebas dari sosok puisi Shakespeare
Mau apa memangnya jika takdirku Indo
sebagaimana nama negriku dikasih Adolf Bastian

Aku sudah terbiasa dengan segala paradoks Indo
beef steak dilengkapi sambel terasi
jalanan hot-mix dilengkapi polisi-tidur
berpikir modern dilengkapi pelestarian tradisi
dan untuk memahami kebangunan bangsa seutuhnya
aku harus khatam atas niyat ingsun adus cahyo
ingsun ngirup cahyane sabuwono
sembari keliru melafal mantra opo garida
weane wewene e royor e kamberu

Tapi puisiku berasal dari otak
demikian aku waris kejemawaan ini
dari Takdir Alisjahbana sampai Chairil Anwar
sementara dengan otak yang kuyakin individualistis
yang ditempa dari SD sampai PT
semua tak daya menyelesaikan kemiskinan
dan puisiku mesti berterus terang tentangnya
Puisiku mesti melihat jurang miskin-kaya
Puisiku mesti melihat diskriminasi pri-nonpri
Apa boleh buat, Tuhan yang mengatur kodrat
mengatur kaya mengatur miskin mengatur ras
Ketika ras menjadi istimewa, aku tak suka ras
Aku tak suka Nietzsche, Hitler, KKK
bajingan-bajingan teologi – Ham bin Nuh

Karena Tuhan adalah maha
maka Tuhan adalah tanah
maka Tuhan adalah air
maka Tuhan adalah langit
maka Tuhan adalah angin
Adalah sunyi adalah hitam adalah putih
Adalah gempita adalah tenang
Panjang
Ketika Tuhan adalah daging
Aku salibkan dia
Dan aku senang
Tapi ratap
Panjang

Bagiku bumi adalah pesanggrahan, bukan rumah
karena begitu memang aku harus mati dalamnya
Aku mau mati sebagai badan
bukan roh
yang mengerti tentang asas merdeka
Merdeka tidak semena-mena
Merdeka tidak kongkalikong
Merdeka tidak patgulipat
Merdeka tidak ubermensch
Merdeka tidak survival of the fittest
Merdeka tidak pariwara
Merdeka adalah karunia atas kasih
Setelah itu aku tutup mata dalam kredo ini
Aku domba
Ia gembala

Hati adalah tidur lama namun tak kekal
Ketika aku bangun , karena pada giliran itu
Aku ngotot dalam keyakinan
Bahwa logos yang awalnya itu theos:
“kai o logos pros ton theon
kai theos en o logos,”
yang mati menggantikan badanku
menghidupkan rohku

Kyrios
Adonai
Tunggalkan rohmu dengan rohku
Tunggalkan sukmamu dengan sukmaku
Satu hari di hari ujung
Tatkala hari tak punya arti hari

Orang-orang dengan akal lurus kini kian langka
dan leluri hewani sudah kalahkan cinta
kerygma tentang perhatian Tuhan
yang bukan hanya terhadap Sion
Padahal aku berada di antara mode ini
Celaka 12!

Di wilayah daging, aku sulit mengerti, namun kebacut
bahwa dalam semua hal harus ada perasaan puas
betapapun tak sempurnanya ya
Barangkali suatu Utarakuru yang tulen
memang hadir di wilayah habis ajal nanti
ketika aku berhenti pergi dan datang

Semakin tua memang semakin bertumpuk masalah
Rasanya aku ingin pulang lagi ke masa kanak
Masa di mana harapan merupakan suatu simfoni
Pada waktu itu, dambaanku satu, saban 25 Desember
menyanyi senang, baju baru, makan enak
Sebelum makan aku hanya punya satu doa
Yang diajarkan misionari Texas:
“Our Father, I am hungry, thank Thee, amen!”

Kini doaku jadi njlimet dan sulit aku pahami
Aku mesti berdoa kepada Allah
tanpa bisa melupakan iblis

Theos
Elohim
Kepada Allah kuucapkan selamat pagi di pagi
Kepada Allah kuucapkan selamat malam di malam
Kepada Allah kuucapkan terima kasih untuk semua
Terima kasih karena matahari
Terima kasih karena bulan
Terima kasih karena bumi
Terima kasih karena Indonesia
Tatkala aku ucapkan ini aku mau iblis pun dengar
bahwa aku masih tetap ingat dan takut pada Allah
bahwa aku masih tetap sembah dan sujud pada Allah
betapapun dengan iman yang timbul-tenggelam
Karena ketika aku sibuk dan lupa Allah
aku tahu Allah tidak lupa padaku

Hidup memang bukan suatu tamasya tapi perang
Perang melawan tirani
Perang melawan korupsi
Perang melawan narkotik
Perang melawan kkomunisme
Perang melawan antiteisme
Perang melawan fundamentalisme
Dan satu lagi, perang melawan iblis
biang kerok segala dosa warisan pitarah
Sudah.


Beberapa pilihan puisi Remy Sylado dalam Martyria

Dari Ibunda tentang Sola Gratia

Kalau aku bisa kembali ke rahim ibunda
dan punya kuasa menawar untuk lahirku zakiah
melupa waris pelanggaran Adam di babak Genesis
aku minta sekarang pada sembilan nama malaikat
lepaskan cawan yang telah menarik perhatian
keturunan ular beludak memalamkan siang

Seandainya boleh aku tidak berojol
dengan kejemawaan hak sulungnya Kain
setelah menunggu sembilan bulan hamil ibunda
di bawah lilin-lilin bersorak: Joy to the world
maulah aku menamatkan usia tanpa bimbang
di adegan terakhir babak Apocalysis

Yang mukhlis kuserukan namanya
atas logos yang menjadi daging
mari nuzul dalam rohku
mari mendarah dalam jisimku
benderang terus dalam kenangan lugu
menikmati bayang-bayang melintas di kala selonjor
ada saat menutup mata lebih indah dari membukanya

Aku kira sudah telanjang
nuraniku menjadi tempat memarkir
namun roda-rodaku tidak usah berhenti
sebab keretaku kadang ke kiri kadang ke kanan
sengaja tersandung dan menikmati enaknya bahaya

Dari ibunda aku melafaz fasih kesungguhan sola gratia


Gloria Patri

Aku roda lanjutan dari kesalahan timur Eden
mencari jalan lalu ketemu jalan tapi sesat di jalan
Bumi yang tanpa keluh kesah dalam anganan remaja
dan simbol-simbol cintanya pada revolusi rock
menjadi gambar yang mengerikan oleh curiga
semakin berilmu semakin sulit melenyapkan takut
Hidup atas nama cinta disertai sarat pertengkaran
berjalan sendiri angguran dan mungkin menyakitkan
Bisa putus jalinan antara hati dengan hati
kecuali hubungan rohku dengan roh-Nya
begitu kearifan turun dari orangtua
Gloria patri, kasih karunia tak pernah putus


Bukan Hari Baik Mencuci Tangan

Ini bukan hari baik untuk mencuci tangan
kalau anak-anak kandung menjadi babi-babi
diperdaya obat-obatan dan tidak pedulikan yang esok

Emas murni di atas Monas juga bisa redup
dan perlu orang-orang yang dapat menggosoknya kembali
membuatnya kempling dan dipuji mata yang memandangnya

Harimau betina yang dikerangkeng di kebon binatang
masih tetap memberi susu kepada setengah lusin anaknya
tapi kenapa orang alim lupa mengasuh anak manusia

Ah, lebih baik melihat kelakuan ular sawah
melilit dan membunuh kambing karena laparnya
daripada melihat penguasa yang bertindak semena-mena

Ini bukan hari baik untuk mencuci tangan
kalau oleh kesalahan memerintah rakyat menderita
kemiskinan badani terjadi kerna pemiskinan rohani.


Ketika Hati Dipenuhi Cinta

ketika hati dipenuhi cinta
dalam syair ada indah kata

dalam syair ada indah kata
ketika malam purnama bercahaya

ketika malam purnama bercahaya
kubisikkan harapan di kuping adinda

kubisikkan harapan di kuping adinda
dari ayat syirul asyar favorit ibunda

dari ayat syirul asyar favorit ibunda
dulu ayah pernah berserah jiwa

dulu ayah pernah berserah jiwa
serahkan nasib kepada allah taala

serahkan nasib kepada allah taala
teladan sejati orang yang takwa

teladan sejati orang yang takwa
setiap langkah bersinar ceria

setiap langkah bersinar ceria
ketika hati dipenuhi cinta


Nudub Orang Beriman

Andai kau sampai bimbang
Aku bahkan sudah susah

Andai kau sampai susah
Aku bahkan sudah menangis

Andai kau sampai menangis
Aku bahkan sudah meratap

Andai kau sampai meratap
Aku bahkan sudah menderita

Andai kau sampai menderita
Aku bahkan sudah sekarat

Andai kau sampai sekarat
Aku bahkan sudah mati

Tapi aku tidak putus asa
Sebab andaipun aku mati
Tuhan hadir menjemputku.


Bakung Putih di Batu

            Orang-orang yang tidur
                   tidak nyenyak tidurnya
            tetap bangun hatinya
                   bangunnya kerna cinta

Aku ingin tidur lelap dalam letihku
mendambakan perhentian di laut tanpa pulau
siapa akan membelai rambut seperti tangan kasihmu
lembut jemari bergerak dituntun naluri merpati
Cempiang paling sangar di garis depan
juga menangis ketika cintanya mati
mana boleh aku berperan ganda selaku patung
diguyur hujan disengat matahari bungkam saja
Aku satria yang meratap nudub hari lampau
menangis membayang ragu akan hari depan
tapi tidak mengalah tidak putus asa
kakiku seribu nuraniku wilayah Tuhan
Di tafakur kekasih asli hadir mewakili Dia
membawa cinta dengan bunga bakung putih
tidak layu walaupun tumbuhnya di atas batu


Mencari Gnosis

Orang mencari gnosis pada samadi
aku menemukan pada memejamkan mata
Apa engkau punya kebenaran yang lain?

Tunjukkan perdamaian jangan lewat kepandaian
betapa sering rasio hanya memamerkan kejemawaan
tetap tidak membantu kemiskinan dan rasa lapar
Apa engkau punya pembenaran yang lain?

Terburu-buru orang sering berkata cinta
di dalam kata birahi tak pernah terkata
setelah berlalu gampang sekali menyala marah
Apa engkau punya kebenaran yang lain?

Setelah berpikir aku melihat ketakadilan
di dalam banyak keputusan pengadilan
orang menjual peradilan membeli keadilan
Apakah engkau punya pembenaran yang lain?

Nb. Gnosis: bahasa Yunani untuk pengetahuan positif yang berhubungan dengan kebenaran rohani, makrifat.


Khotbah Dalam Kamar di Bawah Tanah

Banyak orang mengaku mengasihi Allah
Tapi lebih mengasihi harta pemberian Allah
Lebih banyak waktu untuk harta ketimbang Allah
Dan harta berubah menjadi allah-allah berhala

Banyak orang mengaku ingin jadi hamba Allah
Tapi lebih kerap mereka memperhamba Allah
Menyuruh Allah mencelakakan musuh mereka
Dan marah jika musuh mereka malah berjaya

Banyak pendeta memulai pelayanannya dalam miskin
Lantas jadi kaya dalam bertahun melayani Allah
Aku memilih miskin dalam puisiku melayani Allah
Dalam miskin imanku terus diuji untuk jadi dewasa


Dengan Sukarela

Dalam diri kita
ada naluri burung
ingin bebas dari sangkar
terkurung dalam jeruji akal rekaan

Kalau ular pandai bicara lagi
disalahkannya kita yang enggan puas
memakan bukan hanya ketika kita kenyang
tapi juga ketika kita sedang muntah

Camkan kekasihku tapi
dalam laparku aku sebut namamu
kutulis namamu dalam susah dan senang
dan telah memenjarakan diri dengan sukarela


Desain Martyria

(1)

merah di atas
putih di bawah
ada seada jantung

merah darah
putih roh
usai mengucur
kini suci menyuci

aku sendiri berdiri
bersikeras ini zairah
dengan kelembutan macapat

(2)

aku wujud nugraha
lahir disumpah pedang
dibenci sebagai keparat

kutembangkan nada istikharah
ayahku menyangukan welas asih
aku mau jadi anak perdamaian

(3)

di manakah engkau ketika ayah
menyuruh anaknya menelan anggur
di manakah engkau ketika ayah
membiarkan anaknya mendaki bukit
di manakah engkau ketika ayah
menghancurkan batu dan merobek tirai
di manakah engkau ketika ayah
menyerahkan anaknya diusung laknat
aku di sana mengakui penyesalan kita

(4)

anak yang punya ayah
punya sebuah rumah
tempat tinggal
tempatnya berdiri

ayah membangun rumah
memberikan kepada anaknya
tempat tinggal
tempatnya berdiri

anak berdiri
di tempat tinggal ayah
sampai harinya
tempatnya meninggal

setelah meninggalkan rumah
rumah tempatnya berdiri
ayah dan anak tak usah lagi
tinggal di rumah tempatnya meninggal

(5)

besok anak menjadi ayah
hari lalu berganti hari baru
cuma satu tempat tinggal ada di bahu
sudah dibangun sebelum ada ayah dan anak

dulu anak dijanjikan sore di barat
menerima matari bergerak diputari bumi
dipanggil bersorak puji yang mengaturnya

kini keindahannya tetap walau gerhana
selalu menutup kemauan memberi sinar
ayah yang baik tidak kehilangan akal

(6)

anak minum anggur
merah
dan menerima darah
yang dirancang ayah

anak makan roti
putih
dan menerima mati
yang mengganti tubuh

anak melihat langit
biru
dan bendera warisan ayah
berkibar-kibar terus

anak tidak usah memaki
musuh
sebab belanda paling belanda
juga ada di diri sendiri

(7)

barat yang merah
sebentar lagi pudar
timur yang putih
hanya menunggu waktu

merahku syukur
putihku syafaat

(8)

dalam kata-kata sederhana
dengar ini berita martyria
sebab aku tak pandai bicara

dalam kata-kata sederhana
dengar kuharapkan hikmah
yang kutemukan dalam bicara

(9)

byar pet byar pet byar
pet byar pet
byar pet
byar

pada Dia terang
pada dia gelap.


Dasa Prastawa

berikan alkohol kepada peminum
ia telah mati sebelum meninggal

bukan saat lapar timbul ide jahat
juga dalam kenyang orang makin rakus

berselingkuh mungkin vetsin
bercerai pasti terasi

bebek tidak punya jenderal
tapi pintar berbaris-baris

cinta yang diucapkan kepada sundal
dianggap tip atas kerja mesumnya

cemburu dalam bercinta adalah garam
menyatakan curiga menyalakan kemarahan

nyamuk cuma serangga lembek
belalainya dapat menusuk daging

hati orang jahat ibarat televisi rusak
sudah diperbaiki masih jelek gambarnya

berikan kasih kepada yang tertindas
terima kasihnya adalah doa syukur

di antara pengikut tepercaya ada yudas
jangan kira dalam persatuan tiada duri


Gordel Van Smaragd

zamrud boleh dicungkil dari mahkota raja
dicampakkan tanpa sesal kepada babi
warnanya tetap dihafal dalam puji
tanah airku: sawah, ladang, hutan
aku menjaganya, demi tuhan.


Salju di Puncak Jayawijaya

Seperti daun cemara di salju Jayawijaya
tetap hijau dalam kabur keputih-putihan
Begitu puisi yang lahir dari ilham cinta
tetap hangat oleh pengharapan-pengharapan


Siluet

aku terombang-ambing
dari bimbang ke bimbang
bagai anak domba tersesat
dalam hutan peradaban
– naam, begitulah

yang ingin aku ketahui
sampai di mana jauhnya jauh
dua kaki melangkah dalam gulita
sedang maut di besok hari amat terang
kucatat itu dari khazanah sejarah kemarin
dengan kekuatan  yang tak pernah menyerah
terhadap kutukan yang paling sejati pun
– naam, begitulah

kenapa aku ingin mengetahui
wujud alam yang kasatmata
di mana kepalaku goyang
badanku diam
di atas perahu dalam danau
sudah oleng oleh pawana pagi
tidak melihat di dasarnya sana
bangkai-bangkai kedengkian hati
membingkai pikiran-pikiran tahir
– naam, begitulah


Dari Cinta Orang Bermusuhan

Awan segala warna membalut mata
ada sebuah jendela di atas langit
dibuka sepasang tangan yang terluka
melambai-lambai memanggil namaku
Simfoni panjang yang tak juga rampung
memadahkan komposisi angka-angka abadi
pada kegelisahan murid-murid mubtadi

Aku terangkat lurus menuju bimasakti
terbang melampaui bintang-bintang
padahal aku tahu cuma satu bintang
yang pernah menuntun majus di timur
menemukan jalan paling sederhana
di antara cadas dan onak duri
Maunya satu biola di jemari maestro
dapat membujuk sukma pada penyerahan
melupakan dalil-dalil anak sekolahan

Engkaulah sosok yang membawa cinta
dan orang-orang masih terus berbencian
mempersoalkan ketulenan dan kepandiran
Kalau bah datang tanpa perjanjian bianglala
biarlah airnya perkasa menghanyutkan
warisan kesombongan raja-raja tua


Tentang Remy Sylado
Tak ada biodata penulis di buku ini. Silakan tanya mbah google. cuma ada fotonya di sampul belakang. Ni dia: 



Catatan lain
            Buku ini, sampai hari ini, masih memegang rekor sebagai buku puisi tertebal yang pernah saya lihat. Tebalnya 1056 halaman, hard cover, yang kalau diukur tebalnya kira-kira 6 cm. Di sampul belakang ada foto penyairnya. Sialnya, tak ada daftar isi, jadi saya harus menghitungnya satu per satu. Tiap sepuluh puisi, saya tandai dengan pena. Dan jika tak salah hitung ada 881 judul puisi. Di antara halaman-halaman, sesekali muncul lukisan hasil karya penyair. Nah, untuk lukisan yang ada di sampul itu, judulnya Purnama. Dibuat tahun 1982, cat minyak atas kanvas, 95 x 120 cm. Halaman yang memuat lukisan tidak diberi nomor halaman, jadi diloncati begitu saja. Lukisan Purnama berada di antara halaman 160-161. Halaman yang memuat lukisan kertasnya licin sendiri. Dan jika tak salah hitung juga, ada 16 lukisan di buku ini.
            Di bagian depan, tentu saja, ada halaman persembahan. Ada empat orang (saya tak begitu yakin, bisa jadi lebih, yang jelas dibagi 4 baris) yang diterimakasihi, yaitu: listiana srisanti/ramayanti budi santoso/connie constantia pinontoan/juliana caterina panda tambajong.  Penyair juga menuliskan pengertian Kerygma dan Martyria di halaman 6, walaupun juga mengutip dari kamus. Pake bahasa Inggris: Kerygma. The word, as substantive, denotes both the act and the message, and ranges in meaning from ‘adress’ and ‘call out’ to ‘summons’ (Encyclopedia of Theology, Karl Rahner). Martyria. Evidence given judicially or genitive record, report, testimony, witness. (Dictionary of the Greek Testament Exhaustive Concordance, James Strong). Oya, ada kecenderungan, bahwa penyair (atau editor?) di buku ini, tidak memusingkan ungkapan-ungkapan asing yang seharusnya digaris miring. Jadi saya pun berlaku seperti itu juga.
            Di bagian akhir, ada tulisan penyair. Judulnya Apologia. Tapi bukan Remy Sylado nama yang ada di bawahnya, melainkan namanya yang lain: Yapi Tambayong (?). Saya mengutip beberapa bagian: “Saya menulis puisi dalam kumpulan ini, karena saya yakin itu akan memberi faedah bagi banyak orang. Pekerjaan ini – saya terpikat pada pernyataan Sitor Situmorang – “Kepengarangan, berikut tanggung jawab intelektualnya, ada kesejajaran dengan dan dapat dikiaskan sebagai kenabian…” …… Nabi, dari asal bahasa Akad, yang diambil alih bahasa Ibrani, digunakan 309 kali dalam kita Ibrani (dan kitab itu kemudian diterima juga sebagai testamentum pertama Alkitab Nasrani), diartikan sebagai ‘orang yang mengimbau’.//Dalam konteks ini, mengimbau tidak harus diterima sempit sebagai ujar-ujaran seseorang kepada orang lain, tetapi, mengimbau, dalam masalah saya, saya maksudkan berlaku dari seseorang, lewat nuraninya, kepada dirinya sendiri – semacam suatu mahkamah yang berulang gaung memanggil pulang pada kebenaran – lalu berikut pada orang lain. Kemudian, di konteks membicarakan sajak, dalam masalah saya, maka yang saya persoalkan dengan justifikasi atas murad kenabian tersebut, adalah bahwa penulisan puisi seyogyanya tumbuh dari nurani  yang terbuka, dibantu setidaknya oleh pengetahuan-pengetahuan keyakinan yang telah lebih dulu mendiami perasaan dari peninggalan jejak sejarah – dalam hal ini lewat tradisi masa kanak dan yuwana akan hafalan-hafalan doxologi, homologi, kredo, untuk membangkitkan pokok tematik: memberi penghiburan dan pengharapan.”
            Puisi-puisi di buku ini, tak ada yang dikasih tanggal. Secara tematis, puisi-puisi di kumpulan ini banyak yang bertema relijius sebagaimana keyakinan penyairnya, yang lain berisi pokok-pokok kebajikan hidup, atau ada beberapa yang berisi kenangan, dan ada juga sisa-sisa mbeling. Puisi terpanjang, barangkali, yang berjudul Serat Jati Pribadi, XV bagian, memakan halaman dari 461 sampai 486 (26 halaman).
            Oya, pertama kali lihat dan megang buku ini waktu ke kost Indrian Toni, waktu itu masih dia masih tinggal di Jl. Bimo Kurdo dan masih bujangan. Itu sekitar pertengahan 2013. “Masih kulihat ada satu di TB. Yusuf Agensi,” katanya. Kucari, tak ada. Ketemunya malah setahun berikutnya, di kampung halaman sendiri, waktu ada jualan buku di depan Perpustakaan Kota Banjarbaru. Sandi Firly yang menunjukkan dan mengambilkan bukunya. Masih sampulan. 100 ribu. Lain waktu ketemu lagi dengan buku ini waktu ada jualan buku di perpustakaan provinsi. Harganya sekitar 70 ribu, tapi tanpa sampul dan sudah dibuka-buka oleh banyak tangan. Hehe. Agak lama juga teronggok di rak saya tanpa dibuka sampulnya. Mungkin saking membayangkan begitu banyaknya puisi dan takut mumet duluan. Dan sekarang: selesai. Terima kasih Oom.   

6 komentar:

  1. Sungguh sayang bila Anda belum mengenal dengan penyair eksentrik ini, 23761 (re-mi-si-la-do) Remy Sylado. Beliau dikenal dengan puisi mbeling-nya. Dramawan dan Novelis juga. Banyak sekali karyanya yang monumental, salah satunya Ca-Bau Kan yang sempat difilmkan. Karya yang berhubungan dengan bahasa juga menarik untuk dibaca, salah satunya 9 dari 10 Kata dalam Bahasa Indonesia adalah Asing.
    Yapi Tambayong adalah nama aslinya. Nama aliasnya yang lain Alif Danya Munsyi.

    (Abi - Biro Sastra Dewan Kesenian Gresik)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mas Abi, sampeyan benar. Makasih dah berbagi informasinya di sini :) Salam kenal.

      Hapus
  2. saya membutuhkan buku ini untuk penelitian. cari-cari di kota saya sulit. online juga sulit. kalo boleh saya minta tolong untuk cepat dapat bukunya gimana ya?

    BalasHapus
  3. dimana saya bisa beli buku tersebut, mksudnya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah,Mbak, saya juga bingung jawabnya. Tapi coba cari2 info di Yusuf Agency. Biasanya mereka sering ngadain bazaar buku bekerjasama dengan perpustakaan setempat. Kayaknya mereka punya fb dan twitter jg.

      Hapus
  4. terimakasih infonya. saya sudah hubungi yusuf agency. mudah2an ada jawaban.

    BalasHapus