Jumat, 17 November 2023

Avianti Armand: MUSEUM MASA KECIL


 
Data Kumpulan Puisi
 
Judul buku: Museum Masa Kecil
Penulis: Avianti Armand
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Cetakan: I, 2018
Tebal: 147 halaman (39 artikel)
Ilustrasi: Kristin Monica
Desain sampul dan isi: Kristin Monica
ISBN: 978-602-03-8424-5
 
Akhirnya museum itu dibuka kemarin. Tak banyak yang datang.
Alamatnya agak susah dicari: Hujan, Gelas Susu Ke-3,
satu belokan sebelum pagi. Di dalamnya dideretkan
yang hilang dan yang ditemukan
dari masa kecil.
 
Sepilihan puisi Avianti Armand dalam Museum Masa Kecil
 
GRAVITASI
 
Hari ini kita akan berjalan dan menjelma gema
badai pasir –
 
Seorang lelaki menyentuhkan ujung jarinya
ke tanah yang memanggil namanya dan mengingatkan ia
tentang asal dan takdirnya. Sesudah itu,
ia akan tinggal.
 
Tapi kita akan terus berjalan.
 
 
 
 
16:29
10.03.2007
 
 
KAKTUS DI JENDELA LANTAI LIMA
 
Kaktus itu membiarkan bunganya mengering
sekali lagi.
 
Di trotoar seorang lelaki mendongak
lalu pergi.
 
 
 
 
01:58
29.12.2016
 
 
BUKU ALAMAT
 
Di Rue des Martyrs, ia menemukan buku alamat itu
tergeletak di bawah tiang lampu – sedikit basah, sedikit
koyak. Di dalamnya abjad dan orang-orang berbaris teratur:
 
A – Astronot-astronot yang lupa cara tersenyum.
B – Berandal-berandal yang baru belajar berbohong.
C – Calon pengantin yang urung menikah ketika hujan meteor.
D – Para Dermawan yang biasa membagikan nasihat gratis di gereja.
Dan seterusnya. Dan seterusnya.
 
Alamatnya? Pertanyaan lucu.
 
Mereka tinggal di dalam buku itu.
 
 
 
                                                            – dari “the Adress Book”, Sophie Calle
 
 
01:06
30.12.2016
 
 
SESUDAH MATAHARI TERBIT
 
Burung-burung terbang menuju siang.
Suara batu yang menua memenuhi udara.
 
 
 
 
13:05
27.10.2016
 
 
DI DALAM TEATER
                                                                                – untuk Frida Kahlo
 
Nona Capulina belum pernah pergi ke teater,
maka kuceritakan padanya:
 
Di dalam teater selalu tercipta keajaiban;
Matahari yang menjelma Manusia
(dengan mata di tangannya),
Manusia yang melukis Perempuan
(dengan sebelah kaki kayu),
Perempuan yang merindukan sayap.
 
Manusia itu selalu terbang, Nona Capulina.
Perempuan itu akan sendirian.
 
Di dalam teater selalu ada yang menakjubkan;
Manusia yang bermimpi hujan
(dengan air yang tak meresap ke tanah),
Perempuan yang menjadi langitnya
(kelabu dan berlubang),
Angin yang berubah anak panah
yang menghunjam tubuh Perempuan.
 
Manusia itu selalu kehausan, Nona Capulina.
Perempuan itu akan menangis.
 
Di dalam teater selalu ada tragedi
(hal paling aneh yang pernah diciptakan manusia),
meski di sudut selalu ada tanda “KELUAR”,
entah ke mana.
 
Jadi begitulah, Nona Capulina.
 
Kuharap jalan keluar itu menyenangkan.
Dan aku tak ingin kembali.
 
 
 
 
00:21
20.04.2017
 
 
KERANJANG
 
Setiap pagi di jam yang sama kamu akan melihat seorang
anak laki-laki berdiri di depan pasar, tepat di bawah lampu
merah. Sebuah keranjang kosong di tangannya.
 
Ia akan berkeliling mengumpulkan tawa dari orang-orang
yang dijumpainya. Ia tak akan pulang sebelum
keranjangnya penuh.
 
“Perlu cukup banyak untuk di rumahku.” Katanya.
 
 
 
 
                                                                                                Artikel 18-24: dari “Grapefruit –
                                                                A Book of Instruction and Drawings”, Yoko Ono
 
18:53
24.10.2016
 
 
BERMAIN HUJAN
 
Ketika sedang bermain hujan, aku menemukan sepasang
tangan yang menggenggam tanganku. Kurasa, sudah
saatnya pulang.
 
 
 
 
15:52
24.10.2016
 
 
PELAN-PELAN
 
Ia memecahkan pagi jadi kepingan bening aneka bentuk. Ia
akan menjualnya dengan harga pantas bagi siapa pun yang
berjanji berjalan pelan-pelan saja hari ini. Kemarin.
Juga besok.
 
 
 
 
01:59
25.10.2013
 
 
MALAM
                                                                                                – untuk Ibu
 
Seperti ini aku akan mengingat malam:
 
Ayahku terbang setelah gelap
dengan deru besi seperti derap
dan ia belum akan pulang
sampai aku pergi nanti
 
Kata ibuku:
Kehilangan adalah jarak
          yang terlalu jauh.
 
--
 
Adikku takut pada bayangannya, maka kami
meninggalkannya di luar.
 
Tapi menjelang tidur, bayangan itu kesepian
dan meraih jendela –
 
          Tok. Tok. Tok.
 
Di bawah selimut, kami bersembunyi.
“Apa dia akan mengambilku?” tanya adikku.
 
          Tok. Tok. Tok.
 
“Tidak.”
 
“Apakah ia akan menciumku?”
 
          Tok. Tok. Tok.
 
“Ia akan menciummu.”
 
 
--
 
Tidur, Ibu.
 
Malam sudah menyimpan yang ingin
kita lupakan. Juga rahasia
yang melahirkan kita.
 
 
 
 
 
21:17
13.12.2016
 
 
MENUNGGU
 
Dari balik tikungan muncul tiranosaurus
“Tahukah kamu jalan menuju museum?”
“Ya. Ya. Ya.” Anak itu mengangguk-angguk
Di tanah ia menggambar
beberapa panah, angka 12, sepotong pizza, balon,
dan tanda silang.
Tiranosaurus mengucapkan terima kasih.
Sebelum berlalu, anak itu bertanya,
“Mau apa di sana?”
Jawab Tiranosaurus, “Aku akan menunggumu.”
“Sampai kapan?”
“Sampai kamu cukup umur
mengunjungiku.”
 
“Kamu akan datang, bukan?”
 
 
 
 
21:16
18.10.2016
 
 
TERBANG
 
Angin meniup semua topi yang ada di kota: ke taman,
ke kolam, ke atas pohon, melewati pagar, pasar,
hutan, menyusuri sungai, menuruni bukit.
Sambil mengepak-ngepakkan sayap, anak-anak
mengikuti dengan gembira ke mana pun topi mereka
terbang.
 
 
 
 
01:59
25.10.2016
 
 
JARAK KE BULAN
 
Karena kepergian adalah perjumpaan dengan yang lain,
aku tak akan sedih.
 
Tanyakan padaku tentang Mare Imbrium
lautan hujan yang mengeringkan mata.
 
Jangan tanya berapa jarak ke bulan
Aku telah pergi terlalu lama
 
 
 
 
11:01
10.03.2017
 
 
Tentang Avianti Armand
Avianti Armand selain menulis juga bekerja sebagai arsitek dan kurator pameran arsitektur. Bukunya yang lain: Perempuan Yang Dihapus Namanya (menerima anugerah Khatulistiwa Literay Award tahun 2011), Negeri Para Peri, Arsitektur Yang Lain, Kereta Tidur, Accupunto, Studio Talk: Home, Ketukangan: Kesadaran Material, Tropicality: Revisited dan Buku Tentang Ruang.
 
 
Catatan Lain
          Tulis Avianti di sampul belakang buku: Museum Masa Kecil menyimpan dan menghadirkan “benda-benda” yang pernah tinggal atas sekadar lewat di masa kanak-kanak saya; seperti cerita-cerita sebelum tidur, kelas menggambar, perbincangan tentang jarak ke bulan, kartu pos, kaktus di lantai lima, buku alamat, bermain hujan, ketakutan menjadi tua, juga kematian.//Sebuah museum, buat saya, menyerupai peta bintang: artikel-artikel di dalamnya adalah konstelasi yang dipakai para pejalan jauh untuk mencapai satu tempat di muka bumi, di satu waktu. Tapi jika peta yang baik membawamu ke tujuan, musem yang baik akan membuatmu “tersesat”.
            Di halaman awal, ada 4 baris kutipan Jorge Luis Borges: “We are our memory,/we are that chimerical/museum of shifting shapes,/that pile of broken mirror.” Oya, buku koleksi Muhammad Irwan Aprialdy ini, dibikin sengaja tanpa sampul umumnya buku. Hanya kertas biasa. Sama seperti kertas dalam isi buku. Makanya dikasih binder klip oleh pemilik buku. Buku ini juga tanpa daftar isi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar