Rabu, 04 Desember 2013

Budhi Setyawan: SUKMA SILAM






Data buku kumpulan puisi

Judul : Sukma Silam
Penulis  : Budhi Setyawan
Cetakan : I, Agustus 2007
Penerbit : Kacarara (Kamar Baca Aksara dan Suara), Bekasi.
Tebal : xvi + 96 halaman (90 judul puisi)
ISBN : 978-979-16553-0-9
Gambar sampul : Budhi Setyawan, Kembang Tanjung Perak, 2006

Beberapa pilihan puisi Budhi Setyawan dalam Sukma Silam

Ning

kebisuan adalah laguku
pencarian adalah nadaku
kesunyian adalah musikku

Jakarta, 19 Sepetember 2002


Di Cinta-Mu Aku Lahir

Embun pagi melukis di segelas teh 
cicit anak burung menatap waktu

potret alam semesta dalam telapak tangan
membawa berbakul-bakul perbuatan
lewat wajah-wajah berdebu

petir yang menyanyi adalah jerit rindu
kemabukan yang senantiasa mengalir
menuju lautan
kun fayakun

dalam berabad-abad terlipat
aku masih
asyik mencecap air susu-Mu

dalam Cinta-Mu
aku bayi selalu
telanjang

Jakarta, 7-12 Nopember 2001



Perjalanan Menuju Cahaya

Air laut naik ke sungai-sungai
ke sumur-sumur tempat minum
lalu hilir mudik di pembuluh darah
mendorong roda pedati, meniti jalan tanpa peta

hingga sesal mendesak jagad
ke mana lagi ujung seluruh nafas
lelah
leleh
luluh

dada kurus terobek
jantung melompat keluar, berjalan
menuju padasan mengambil air wudhlu
sujud dalam sendiri

angin beku, serangga bisu
lenyaplah barat timur utara selatan

sidratul muntaha
dalam butiran embun cerlang
di daun cendana sari

Lakhaula wala quwwata illa billah

waktu berhenti
di ubun-ubun malam tanpa tepi

Jakarta, 19 Nopember 2002


Di dalam dengan Siapa

Di pucuk daunan aku menari
di akar rumputan aku bernyanyi
di gunung aku berlari
di mata air aku menepi

dalam angin aku sembunyi
dalam awan aku berjalan
dalam laut aku bermimpi
dalam bumi aku mencari

dengan matahari aku membaca alam
dengan rembulan aku mengukir kesejukan
dengan bintang aku merias wajah
dengan langit aku berani telanjang

siapa menggerakkan kereta di kepalaku
siapa mengalirkan sungai-sungai di tubuhku
siapa menerbitkan gerak di jantungku
siapa menanamkan diam di hatiku

di dalam dengan siapa

Jakarta, 19-24 Mei 2002


Cahaya Satu

Wahai roh yang melayang-layang
bersayap lamunan

lewati perkampungan sepi
sehabis hujan
gelap menggandeng dingin

getar-getar mendesak-desak permukaan nafas
dalam permenungan
mencari seutas tali

gema langkah suara
memijit langit menelusup ke sumsum tulang

kepakan terus melambai
menuju titik nadir
lalu…
yang ada cahaya
Ya Ca-ha-ya

Jakarta, 24 Februri 2002


Lukisan Suara

Suara dari lembah hijau
begitu jelas menebar kerinduan
pada rumah kecil di pinggir kampung
pada dangau mungil di tengah sawah

kerinduan berbalut kepasrahan
menjadi pupuk
yang menyuburkan benih kasih sayang
Illahi telah menyiapkan dangau cantik
bisa untuk bermain gitar dan seruling
dengan pujian keabadian dan
senyum berkalung syukur
berjiwa sederhana

suara-suara tanpa wujud terus bercerita
di dinding kamar, tergambar
bayangan dedaunan yang mengangkut otak
terantuk pada batas langit

beribu kamus telah termakan
tak ada padan kata
buat menerjemahkan
suara-suara menyenandungkan
syair-syair hakikat
asal tanah kembali tanah

Purworejo, 30 desember 2001
Djogjakarta, 1 januari 2002


Cipta Daun

Engkau selembar daun
tempatku berkaca
kerap aku berjalan-jalan
dengan wajah-wajah asing
bersama menuruni lembah
jalan setapak di wajahmu

sambil kupungut
batu-batu kecil
kukantongi biar nikmat
kawan menempuh cerita panjang

hidup di ujung pena
bila masih menyemburatkan warna
tak ke mana-mana

di mana-mana
cipta memeluk rahsa

Jakarta, 29 Januari 2002


Dalam

Dalam gunung
dalam dingin

Dalam laut
dalam asin

dalam malam
dalam hitam

dalam pagi
dalam kuning

dalam langit
dalam biru

dalam dekap
dalam rindu

dalam cinta
dalam ikhlas

dalam jiwa
dalam terang

dalam Roh
dalam hidup

Jakarta, medio april 2002


Nyanyian Asing

Sendirian memainkan gitar
memandang perbukitan menjulang
menyanyikan angin, merambah lembah dada
suara-suara lama dan percik kedamaian
terang masuki rongga telinga

air dunia menuju tenang
keruh-keruh mengendap
kerinduan silam menyeruak permukaan
menawarkan kepolosan
kanak-kanak bersajaha

dawai-dawai gitar itu
rangkaian semedi sang jiwa
merunut pengembaraan alam hijau
dari keterasingan ke dalam keterasingan
mematahkan jumawa karsa

lagu-lagu terus mengalir
ke bunga, rumputan dan petak-petak sawah
menciumi nurani di setiap bait
dan dawai senantiasa jeli mengiringi
tanpa harus dipetik lagi

Puncak, 26 Mei 2002


Mencari Pertemuan

Roda yang mengerang
diselingi tawa klakson yang mengembang
keringat meluncur sendiri tanpa perintah
jalanan kian menanjak, masih gerah
kami masih bertanya-tanya:
‘kita mencari apa’

senja tersaput awan samar
dalam cipratan air kolam
angin mengulurkan senyum
pada daun dan pohonan di depan
kami masih bertanya-tanya:
‘kita mencari siapa’

malam yang turun perlahan
mengangkut kilau emas perak rembulan
menjamah lembut rumputan
dan api unggun di tengah nyanyian
kami masih bertanya-tanya:
‘siapa mencari siapa’

masih panjang jalur pencarian
menuju pertemuan

Puncak, 25 Mei 2002


Aneh Kota

Seorang anak manusia berjalan
di terik belantara kota
sampai hari siang sembunyi di balik malam
senyum mencibir kepada rembulan

semua yang di sini penipu
berpakaian kesemuan
bertopeng kepalsuan

dinding gedung pagar beton pun
rapat menyimpan rahasia
hilangnya keperawanan gadis-gadis ingusan
berita kehamilan anak sekolah
aborsi janin tak berdosa

dan cerita raibnya hati dari dalam dada
sebagian penghuni kota

keanehan dalam kenyataan
menjadi cerita yang berkepanjangan
tak usai-usai

Jakarta, 17 Agusuts 202


Anak Kecil Bermain Pelangi

Anak-anak kecil
berlarian bersama kupu-kupu
di atas daun-daun kuncup

mengambil pelangi pagi
memainkan warna gelak cahaya
dijadikan pita hias kepala

bumi setia menjaga
di puncak-puncak gunung doa berkumpul
garis bahagia tak putus smoga

asa tak boleh hilang
dalam langkah-langkah nafasnya
biar senyum
biar tawa
biar canda
biar damai
selalu ada dalam senandungnya

dan masa mengalir lambat ikuti iramanya

Jakarta, 19 Desember 2002


Swara Bali

Kecrek
saron
gong
berlari
mendaki
mencari

(sejenak ke dalam)

getar nadi
menderu
mengadu
memburu
resonansi waktu

(sejenak di dalam)

detak kehendak
menyentak
bergerak
berdecak
di ubun-ubun tarian kecak

(ke dalam di dalam)
(dalam dalam)

Jakarta, 5 Agustus 2002


Tentang Budhi Setyawan
Budhi Setyawan lahir di Purworejo, 9 Agustus 1969. Masa kecil dan remaja dihabiskan di kota kelahirannya, menyelesaikan S-1 di Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada. Mulai 1999 menjadi pegawai negeri di Departemen Keuangan. Kumpulan puisinya: Kepak Sayap Jiwa (2006), Penyadaran (2006) dan Sukma Silam (2007).

Catatan Lain
Kumpulan puisi Sukma Silam, terdiri atas dua bagian, yaitu Aku Lahir Satu (45 puisi) dan Sukma Silam (45 puisi). Sepertinya puisi-puisi di sini disusun secara kronologis, mulai 7 Nopember 2001 sampai 24 Desember 2002.  Buku ini saja usik dari rak buku Hajri, di sampul belakang sebelah dalam, ada bar kode, Rp. 25.000,-

2 komentar:

  1. terima kasih mas M Nahdiansyah Abdi. ya itu buku lama mas tahun 2007. wah saya jadi malu, puisi2 saya belum bagus. namun terima kasih sudah dibantu publikasi puisi-puisi saya. he3... kapan bisa bertemu lagi mas? mungkin di acara2 TSI atau PPN? he3... seringnya bertemu Abah Arsyad Indradi n mas ASA. selamat berkarya mas. semoga kerja & karya yang ditorehkan menjadi berkah & pahala terbaik. salam. Buset, di Bekasi - Jawa Barat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sayalah yang mesti berterima kasih, Mas. Tanpa puisi, blog ini tak ada. Ya, semoga suatu hari bisa bertemu... Salam dari Banjarbaru.

      Hapus