Senin, 04 April 2011

EKSPEDISI WAKTU



Data buku kumpulan puisi

Judul : Ekspedisi Waktu
Penulis : Indra Tjahyadi
Cetakan : I, Desember 2004
Penerbit : Atlas Publising, Jakarta
Tebal : 100 halaman (73 judul puisi)
ISBN : 979-98979-0-2
Editor : Manaek Sinaga
Pengantar : Dr. JJ. Kusni
Desain Grafis : Dedi Syafrizal


Beberapa pilihan puisi Indra Tjahyadi dalam Ekspedisi Waktu
  
Zietgeist

Kabut hening yang suram
Cahaya yang mendedas seluruh rasa pahit
Ekor-ekor seluruh ledakan rupa-rupa tangis
Orkestrasi-orkestrasi purbani
Malam yang berhenti
Dan memetakan perih pada nadi
Seperti maut
Dzikir yang gagal dirajah angin pada gerimis
Demikianlah, aku reguk setiap kekekalan dan sepi
Dan lewat segenap pekik yang tak tercatat pada gigil
Mataku menangkap seluruh pesona sunyi
Dan pada gairah-gairah yang menjadi belatung pada musim
Menuliskan kata-kata abadi
Katedral mayat-mayat
Orde seribu rasa sakit
Semangat bangkai-bangkai cacing
Aku yang tak pernah mengerti
Bagaimana kegelapan meledak
Dan kematian begitu mengagumkan serupa mimpi
Meski pada akhir sajak kita kerap bersicumbu dalam rintih
Membangun rumah-rumah peneduh sepanjang jalan matahari
Seperti apa yang tak pernah tersembuhkan
Dan burung-burung putih

1999-2000



Ekspedisi waktu

Waktu berjalan menuju hulu, alangkah lambat
perjalanan angan yang bersinar
pada ruas redup.

Seperti awan yang mengapung telentang
di mana malam hanya tahu; hening.

1996


Setelah Mengantarmu

setelah mengantarmu
malam terasa begitu mencekam
detik-detik yang bergerak di dalamnya
pun terasa ikut menakutkan.

dua-tiga orang berjaga-jaga
dengan perasaan curiga
membangun percakapan dengan teror
teror dan isu-isu yang dipenuhi anarkisme

ada sejumput jantung
yang berderakan, di situ
melayang-melayang
dalam sergapan ngeri

tapi, sebuah kabar datang lagi
seperti membuat barisan polisi
yang berdiri di depan plaza

melahirkan peradaban
sambil menggeledah
tubuh manusia

1997


Kisah Sebuah Taman

            sebuah taman
            sesekali angin datang menggoyang pepohonan
daun-daun yang kering terhempas di rerumputan
satu dua anak kecil berlari mengejar bayangan
                                    burung dan kunang-kunang raib:
                        entah ke mana

1998


Dalam Tidur Aku Kembali Mengenangmu

Dalam tidur aku kembali mengenangmu
Di luar, rumput-rumput begitu basah dan kuyup
Daun-daun menahan geletar embun
Bau-bau kabut menyeruak dan membeku
Tapi, aku masih ingin menjelma kanak-kanak

Kembali, memainkan layang-layang
Menerbangkan anak-anak kunang yang berkilauan
Sebab bilamana angin yang lesut itu
Datang dan menjemputku
Aku tak ingin terlampau luka

1998


Garis-Garis Hujan

Garis-garis hujan menyeret mayatku
Gagak-gagak sekarat kembali
Dari setiap pertempuran
Memutihkan mataku.

Bersama gerhana
Mimpiku tandus
Arwahku berbiak
Melukai lengannya sendiri
Serupa belatung

Pengetahuanku murung
Dalam kekosongan cahaya berkabut
Udara beku dipermainkan sakratul hantu-hantu
Sepanjang taifun

Aku muntahkan peraupan
Peraupan kusam waktu-waktu –
Aku labirin bulan remuk
Garis-garis hujan menyeret mayatku

2002


Tentang Indra Tjahyadi
Lahir di Jakarta, 21 Juni 1974. Alumnus F. Sastra Universitas Airlangga Surabaya, staf pengajar di Fakultas Sastra dan Filsafat Universitas Panca Marga, Probolinggo. Menulis esai, puisi dan cerpen. Dimuat di berbagai media massa dan buku kumpulan bersama. Buku puisinya Yang Berlari Sepanjang Gerimis (1997), Di Bawah Nujum Hujan (2003), Ekspedisi Waktu (2004), Suluk Orang Patah Hati (2009).


Catatan Lain
Buku puisi Ekspedisi Waktu ini saya dapat gratisan. Dikasih sama penyair YS. Agus Suseno. Waktu itu saya masih tinggal di Banjarmasin dan menjadi semacam “konsultan teknis” bila komputernya dapat masalah sebelum dibawa ke tukang servis. Beberapa kali komputernya urung dibawa ke tukang servis, dan sebagai imbalannya saya mendapat beberapa buku (antara lain buku ini) dan secangkir kopi atau bahkan makan gratis.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar