Jumat, 01 Februari 2013

Ibnu Wahyudi: KETIKA CINTA



Data Buku Kumpulan Puisi

Judul : Ketika Cinta, Kumpulan Sajak 2006 -2008
Penulis : Ibnu Wahyudi
Penerbit: Bukupop, Jakarta.
Cetakan : I, Mei 2009
Tebal : viii + 96 halaman (95 puisi)
Perwajahan : Nanok K
Ilustrasi sampul dan isi: Ibnu Wahyudi
ISBN : 978-979-1012-36-2

Beberapa pilihan puisi Ibnu Wahyudi dalam Ketika Cinta

Ketika Cinta Terbata Kubaca

ketika cinta terbata-bata kubaca
aku perlu segera bertanya-tanya

atau mencari padanannya dalam kamus
hingga benih yang mengada tak segera pupus

lantaran sejatinya cuma soal sinyal
yang lebih sering datang dengan nada janggal



Ketika Cinta Masih Belum Berlabuh

ketika cintamu belum menentukan pelabuhannya
biarkan layar itu memandu ke setiap cuaca

tapi kalau itu adalah cinta untukku
akan aku nyalakan suar di mercu

biar arahmu tak kandas di cinta palsu


Ketika Cinta Cuma Gerimis

ketika cinta cuma mengirim gerimis
terimalah ia dengan selaksa jendela

kalau pun ia semakin menipis
cintalah jua yang membangun jembatan rasa

di antara kita


Ketika Cinta Serupa Air di Mata

ketika cinta serupa air di mata
coba jaga mata airnya di muara hati
karena sendu bukan untuk etalase
apalagi jika itu hanya sebuah rasa semu

berilah cinta laksana air kehidupan
tak kan henti ia sebagai tetamu


Ketika Cinta Serupa Pesan Singkat

ketika cintamu hanya serupa pesan singkat
sia-sia rasanya mencoba menyimpannya di hati
karena tanpa ragu ia akan lekas bersiloncat

meninggalkan noda yang takkan henti
menyapaku
pedih


Ketika Cinta Berkelebat Menjauh

ketika cintanya berkelebat menjauh
tak perlu kaujerat ia dengan imbauan sayang

biarkan saja kehampaan belaka yang ia rengkuh
sementara kasihmu tetap simpan dalam ruang

nan tak lekang


Ketika Cinta Serupa Asap

ketika cinta-Mu terasa serupa asap
kuharus tahu hari-hariku yang lindap
karena sepertinya aku lebih menuhankanmu

dan engkau pun malah memerosokkanku

ke dalam gelap
ke jalan tanpa rambu


Ketika Cinta Bersua Luka

ketika cinta telah bersua luka
taruhlah amarah di sela hening
lalu endapkan hidup dalam cerita
sehingga ajal pun menjadi bening


Ketika Cinta Tak Kuasa Bersandiwara

ketika cinta tak kuasa lagi bersandiwara
ajak dia kepada kenyataan fabula togata
sehingga dunia lebih berwarna-warni
berseling antara yang fana dan yang nanti

cinta memang bukan buat bersembunyi
atau sekedar untuk berpura melipur hati

karena cinta memang berada di antaranya
: komidi atau tragedi


Ketika Cinta Semburat Pesona Bianglala

ketika cinta menyemburat pesona bianglala
yang tetap diingat adalah kesementaraan

warna-warni itu tetaplah berbatas jangka
cepat lenyap tersapu waktu
yang bergeming selalu
tak peduli rindu


Tentang Ibnu Wahyudi
Ibnu Wahyudi lahir 24 Juni 1958 (tak dijelaskan di buku itu di mana tempatnya). Menulis puisi sejak tahun 1970-an. Kumpulan puisinya yang pertama adalah Masih Bersama Musim (2005), yang pada 2006 masuk sepuluh besar Khatulistiwa Literary Award. Menjadi redaktur Jurnal Puisi. Juga menulis esai dan artikel budaya yang tersebar di berbagai koran, majalah dan jurnal. Kini tinggal di Depok, dekat tempatnya mengajar, Universitas Indonesia.

Catatan Lain
Pertama kali melihatnya di rumah Hajri, masih terbungkus sampul plastik, tepat pada hari penulisnya menjadi Pembicara di Temu Sastra Indonesia Banjarmasin, November 2012. Sebelum datang ke tempat acara di Hotel Palm, saya memang singgah ke rumah Hajri di Gg. Keluarga di Pal 6. Niatnya memang mau mengembalikan buku dan ngajak bareng ke tempat acara. Saya tak tahu darimana Hajri memperolehnya. Bisa beli, bisa juga dikasih sama penulisnya. Tapi dari omongan Hajri, yang katanya tadi malam sudah mengajak jalan-jalan para pembicara (Ibnu Wahyudi, Sihar Ramses Sakti Simatupang, Chavcay Saefullah) berpelesiran keliling kota Banjarmasin, ada kemungkinan buku ini dikasih penulisnya. (OK, hajri, konfirmasi di bawah ya...). Hajri, jika tak sibuk, sering diminta menjadi EO dadakan setiap kali ada sastrawan luar daerah datang berkunjung kemari. Rumah dan mobilnya siap digunakan. Hehe. Kembali ke cerita, tetap saja saya berangkat sendiri ke acara TSI karena tak terbiasa dengan jam karet.
            Terus terang baru kali ini mendengar nama penyair ini. Saya lebih tahu dengan Radhar Panca Dahana (yang urung datang), Chavcay Saefullah, dan sesekali Sihar Ramses, muncul melalui media massa. Yang menjadi keunikan di buku ini, ke-95 puisi dalam buku ini memiliki judul yang diawali dengan kata Ketika Cinta. Kesemua puisinya pendek, tak ada yang melebihi satu halaman buku.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar