Tampilkan postingan dengan label Hr. Bandaharo. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hr. Bandaharo. Tampilkan semua postingan

Selasa, 01 Juli 2014

Hr. Bandaharo: AKU HADIR DI HARI INI




Data buku kumpulan puisi

Judul : Aku Hadir di Hari Ini
Penulis : Hr. Bandaharo
Penerbit : Ultimus, Bandung
Cetakan : I, Maret 2010
Tebal : viii + 180 halaman (66 puisi)
Editor : Putu Oka Sukanta, Bilven
Desain sampul : Dhany A.
Desain buku : Bilven

Beberapa pilihan puisi Hr. Bandaharo dalam Aku Hadir di Hari Ini

Antara Dua Sungai
untuk Pai Yu-hua

I
Senja itu aku berdiri di tebing-beton Sungai Mutiara
Berapa lama sudah air ini bulak-balik ke laut?
Dia membawa duka dan suka dari muara,
derita berganti diusung dan dihanyutkan.
Kanton lahir dan tegak menjadi tua
bercermin air mengalir, pasang dan surut;
dia mengenal wajah sendiri dalam membisu
dia memikul beban tiada mengeluh.
Sudah berapa lama mesin-mesin menderu di sini?
Tanyakanlah pada air yang tak pernah membeda-bedakan,
lawan dan kawan didukungnya datang, didukungnya pergi.
Tanyakanlah pada Kanton yang membisu dan menahankan
pukulan dan hantaman sejarah yang membesarkannya.
Air sungai ini sejak dulu bercampur darah dan peluh
rakyat yang banting-tulang melanjutkan hidup diperas.
Pahlawan-pahlawan Pemberontakan Kanton sekali membalas
dan berdirilah komune selama tiga hari penuh.

Mungkin mayat-mayat pejuang pernah mengapar di sini
berkisar antara muara dan Kanton
menatap langit rendah musim rontok yang larut.
Di sini dimulai revolusi didukung dua kaki, kanan dan kiri
jatuh-bangun selama 38 tahun, akhirnya menang, tunggal dan merah.

Ketika malam mati di langit tak ada bintang
gumpalan-gumpalan awan bergerak berat menyimpan hujan
Sungai Mutiara seperti naga tidur membuntang
di sana-sini caya lampu membias di riak-air, membayang
seolah-olah sisik mengilatkan warna.
Kanton kelihatan bertambah tinggi tegak menegang
mendungak menupang langit yang akan runtuh.
Kapal-motor membawa barang kemalaman dari muara
mendengus kesaratan, sesekali menyentak menjerit panjang;
suara peluit itu terempas pada keterjalan kelam
menjadi serak dan pecah seperti lenguh sapi kelelahan.