Tampilkan postingan dengan label Agus R. Sarjono. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Agus R. Sarjono. Tampilkan semua postingan

Jumat, 23 Maret 2018

Georg Trakl: MIMPI DAN KELAM JIWA



Data buku kumpulan puisi

Judul : Mimpi dan Kelam Jiwa, kumpulan puisi dwibahasa,
Jilid VII Seri Puisi Jerman
Penulis : Georg Trakl
Terjemahan Indonesia oleh: Agus R. Sarjono dan Berthold Damshäuser
Cetakan : I, September 2012
Penerbit : KOMODO BOOKS, Depok.
Penerbitan buku ini dibantu dengan dana dari Goethe-Institut Jakarta.
Tebal : vi + 136 halaman (41 puisi)
ISBN : 978-602-9137-26-2
Gambar sampul : Arif Bachtiar
Rancang Sampul : Tugas Suprianto
Visualisasi isi : Tim Komodo Books
Pengantar : Berthold Damshäuser

Sepilihan puisi Georg Trakl dalam Mimpi dan Kelam Jiwa

Muramlah lagu hujan musim semi malam hari,
Di bawah awan: gerimis kuntum pir yang jingga,
Sulapan jiwa, nyanyian dan keedanan malam.
Malaikat menyala berlesatan dari si mata wafat.

(nb. puisi tanpa judul)


Dekatnya Maut
(Nähe des Todes)

O senja yang melangkah ke muram dusun masa kanak.
Kolam di bawah pepohonan
Kian sarat oleh ratap sampar sang kemurungan.

O hutan yang lirih tundukkan mata coklatnya,
Saat ungu hari-hari girang dia yang kesepian
Berguguran dari tangannya yang tinggal rangka.

O dekatnya maut. Mari kita berdoa.
Malam ini, di bantal hangat, kuning oleh dupa,
Terurai lengan rapuh mereka yang kasmaran.

Kamis, 08 Maret 2012

Agus R. Sarjono: LUMBUNG PERJUMPAAN




Data buku kumpulan puisi

Judul : Lumbung Perjumpaan
Penulis : Agus R. Sarjono
Cetakan : I, Februari 2011
Penerbit : PT. Komodo Books, Depok.
Tebal : 164 halaman; 14 x 20,5 cm (66 puisi)
ISBN : 978-602-98260-9-8

Beberapa pilihan puisi Agus R. Sarjono dalam Lumbung Perjumpaan

Ranggawarsita

Zaman edan yang bahagia, di manakah
gerangan Ranggawarsita?

Sunya ruri seisi negeri. Siapa bertahta
di ujung harta? Tanduk-tanduk partai,
mengusung dua ratus juta telur sangsai
ke rumah gadai. Alangkah eling dan waspada
bagi setiap peluang yang ada.

Sunya ruri segala mimpi. Harapan lama
bagai bendera di malam badai: berkibaran
dan kusut masai. Pengadilan dan gunung api
melontarkan magma dan debu ke udara
lantas mengendap di paru-paru negara
: pengap dan menyesakkan dada.

Zaman edan yang bahagia, di manakah
gerangan Ranggawarsita?