Tampilkan postingan dengan label Dwi Pranoto. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Dwi Pranoto. Tampilkan semua postingan

Jumat, 02 Oktober 2015

Dwi Pranoto: HANTU, API, BUTIRAN ABU




 Data buku kumpulan puisi

Judul: Hantu, Api, Butiran Abu
Penulis: Dwi Pranoto
 Penerbit: Gress Publising, Yogyakarta.
Cetakan : I, 2011
Tebal : vi + 74 halaman (62 puisi)
ISBN : 978-602-96828-3-0
Pracetak : Siswanto, Suharmono
Cover : Dwi Pranoto

Hantu, Api, Butiran Abu, terdiri atas 3 bagian, yaitu Pemandangan di dalam Telur (21 puisi), Tamasya Musim Hujan & Nostalgia (27 puisi), dan Hantu, Api, Butiran Abu (14 puisi).

Beberapa pilihan puisi karya Dwi Pranoto dalam Hantu, Api, Butiran Abu

Dalam Keringat Petani

Dalam keringat petani ada petak-petak sawah lengkap bergalengan,
gunung-gunung di latar belakang. Langit menghampar di atasnya
tempat meletak harapan. Sedang kecemasan mengeram di mata bajak,
dihela bersama gumpal tanah basah dan tahi sapi sebagai rumah bayi-
bayi padi tumbuh.
Dalam keringat petani ada pondok kecil tempat kata menindih waktu,
atau tempat senyap menyaru angin dan kerisik dedaunan. Tak jarang
Ibu Sri
singgah di sini, mengusap tubuh yang sedang ruapkan mimpi.
Dalam keringat petani ada kali kecil gemericik, tempat kecemasan
dibasuh sebelum senja memanggil.
Dalam keringat petani ada malam yang ditambati suluk wayang atau
gending langendriyan. Di dalamnya ia gembalakan ingatan-ingatan
dari masa kakek buyut.

Dalam keringat petani ada tikus, wereng, atau walang sangit. Mereka
keringkan mimpi, runtuhkan langit dan merundung Ibu Sri. Mereka
membakar malam, merampas pusaka kakek buyut. Mereka menghisap
tandas-tandas kali. Para petani tahu, mereka bukan binatang
pengerat atau serangga, mereka adalah raksasa-raksasa lapar yang
lahir di atas meja negara.