Data Kumpulan Puisi
Judul buku: Seribu Kekupu
Penulis: Surachman R.M.
Penerbit: PT. Dunia Pustaka Jaya,
Bandung, bekerjasama dengan
PT. Kiblat Buku Utama, Bandung.
Cetakan: I, Oktober 2012
Tebal: 88 halaman (62 puisi)
Perancang kulit muka: Tim kreatif
Kiblat
Gambar kulit muka: lukisan karya
Salim
“Wanita di Balkon” 1993,
dari buku Salim Pelukis Indonesia
di Paris
(Ajip Rosidi, Pustaka Jaya,
Jakarta, 2003)
ISBN: 978-979-8001-23-9 (PDF)
Sepilihan puisi Surachman R.M. dalam Seribu Kekupu
GUGURITAN LANGIT
Lantaran langit, manisku, gebyar gemerlap dan
pengembara malam berlayar ke ujung larut
tataplah butiran jenuh cahaya. Intan berlian,
mirah delima, safir biru, akuamarin, dan zamrut
Untaian-untaian anggur, dari cemerlang
hingga samar, tersingkap tirai penghalang
Sang pohon tak terduga di mana pucuknya
dan reranting tak tersentuh di mana tampuknya
Semua disajikan bagi segenap penghuni
di bentangan semesta dan di lazuardi luas ini
Apa boleh buat jika umur sangat terbatas
kurang dari sekejap sukma pun tumpas
Lantaran langit, manisku, mulai pijar
dan baru saja ia mempersembahkan fajar
Apa salahnya menghirup alam teramat jernih
dengan wajah penuh kasih senantiasa bertasbih
Dari tepi daun usia, kita tadah embun subuh
biarpun setetes buat benang hayat yang rapuh
Berkafilah sebagai musafir di gurun waktu
manusia berkendara abad menafsir jejak
Mewarisi garapan dari peradaban lalu
beban amanah biar buana tambah semarak
Begitulah sejarah mengajarkan. Sejak bahari
kita cuma bersentuhan ujung-ujung jari
MEMBACA JEJAK
Kutemukan, di balik kerutan waktu, setumpuk
sajakku paling tua. Jejak suara
dialirkan darah. Gemuruh
deras. Meluap di aorta belia
Dengan harapan sederhana
mencoba menyapa dunia. Lewat kata
yang ditempa menyampaikan salam tulus
Kukenali, di balik sajak-sajakku paling tua, wajah
teman-teman lama. Kuhitung satu per satu
bertegur canda bertukar cerita
tentang sayap cinta atau cakrawala biru
Penanggalan hari ini merujuk
bilangan windu. Sejak awal memilih kata
Entah pabila sempat menuai mestika makna