Senin, 25 Desember 2023

Sofyan RH. Zaid: PAGAR KENABIAN

 
Data Kumpulan Puisi
 
Judul buku: Pagar Kenabian
Penulis: Sofyan RH. Zaid
Penerbit: Taretan Sedaya Internasional (TareSI) Publiser, Bekasi.
Cetakan: II, April 2017 (Cet. 1: Januari, 2015)
Tebal: xxi + 54 halaman (40 puisi)
Lukisan Cover dan Ilustrasi: Muchlis Darma Putra
Desain cover: Ayoeb Arasmus dan Apip R. Sudradjat
Layout: Indra Kusuma
ISBN: 978-602-72075-0-9
 
Pagar Kenabian terdiri atas 4 bagian, yaitu: Sabda Kebenaran (10 puisi), Sabda Kesunyian (10 puisi), Sabda Kebijaksanaan (10 puisi) dan Sabda Kesselamatan (10 puisi).
 
Sepilihan puisi Sofyan RH. Zaid dalam Pagar Kenabian
 
Kampung Bandan
 
pada pertigaan waktu#jalanan menjadi beku
dinding masjid bercahaya#ayat kesunyian terbaca
sawah luas terbentang#malaikat mendiami pematang
bulir padi menguning#dalam pertapaan hening
terdengar kecipak kali#katak memanggil pagi
 
aku lihat matahari terbit#dari kaki lain langit
kumbang berubah burung#kembang menjadi gunung
melengkung sebuah jembatan#serupa daun pandan
bercabang ke masa depan#harum kampung dalam ingatan
: sofyan dan Rumi berlari#menuju halaman kitab suci
 
 

M. Anton Sulistyo: BELUM DALAM LUKAMU!

 

 
Data Kumpulan Puisi
 
Judul buku: Belum Dalam Lukamu!
Penulis: M. Anton Sulistyo
Penerbit: Penerbit Buku Sastra Digital, Cimahi.
Cetakan: I, 2013 (edisi digital, 2019)
Tebal: xviii + 137 halaman (92 puisi)
Foto Sampul: M. Anton Sulistyo
Dessain Isi dan Sampul: Sastra Digital
Prolog: Cecep Hari
ISBN: 978492799849
 
Sepilihan puisi M. Anton Sulistyo dalam Belum Dalam Lukamu!
 
PEREMPUAN DARI SUROKARSAN
 
Perempuan itu pohon yang purba
Ada sejuk tersimpan di daun-daun
Ketika kemarau mengeringkan telaga
Di mata anak-anak
 
Ada mazmur mengalun
Dari ranting-ranting yang patah
Ketika angin menggugurkan mimpi
Di hati anak-anak
 
Burung-burung letih hinggap di dahan
Menanam benalu yang menjanjikan luka
 
Matahari mengirimkan bayang-bayang mata pisau
Di tangan lelaki yang menyiapkan risau
 
Perempuan itu pohon yang purba
Jarum jam telah menunjuk waktu cemas
Tapi tak mengganggu nyanyiannya
Pada senja yang teduh
 
Yk, 1984
 
 
PERUT
 
Jika perutku lapar
aku kehilangan moral
Jika perutku kenyang
aku menjadi moralis
 
Antara lapar dan menjadi moralis
Tersisa sedikit ruang fatamorgana
Kadang membuatku menangis
Kadang membuatku tertawa
 
Pati, 2009
 
 

Khoer Jurzani: KAKI PETANI: ODE BAGI PEJALAN


Data Kumpulan Puisi
 
Judul buku: Kaki Petani: Ode Bagi Pejalan
Penulis: Khoer Jurzani
Penerbit: Basabasi, Bantul, Yogyakarta.
Cetakan: I, Agustus 2019
Tebal: vii + 136 halaman (94 puisi)
Editor: Tia Setiadi
Pemeriksa Aksara: Daruz Armedian
Tata Sampul: Resoluzy
Tata Isi: Kiara
Pracetak: Kiki
ISBN: 978-623-6631-23-2 (PDF)
 
Kaki Petani: Ode Bagi Pejalan  terdiri dari Kaki Petani (49 puisi) dan Ode Bagi Pejalan  (45 puisi).
 
Sepilihan puisi Khoer Jurzani dalam Kaki Petani: Ode Bagi Pejalan
 
KAKI PETANI
 
1
Bunga lotus mekar pada musim
yang teramat dingin. Kaki Anda
tempat berkubang segala bimbang.
Saya menunggu salam dari ladang,
dari lumpur dan belalang.
 
2
Aroma keringat meruap dari kulit,
kulit Anda, sesegar bau embun
di atas rumput-rumput pagi. Anda,
lelaki petani berkulit kuning menduga, apa
yang saya tunggu hingga rela menjelma
bunga lotus dalam mimpi.
 
3
Sebagai jejak berupa riak, saya tak bisa
menjamah tubuh sawah yang lelap
saat deru angin dari gunung berkunjung
 
2017
 
 

Surya Gemilang: MENCICIPI KEMATIAN

 

 
Data Kumpulan Puisi
 
Judul buku: Mencicipi Kematian
Penulis: Surya Gemilang
Penerbit: Basabasi, Bantul, Yogyakarta.
Cetakan: I, Juli 2018
Tebal: 144 halaman (98 puisi)
Penyunting: Tia Setiadi
Pemeriksa Aksara: Reza Nufa
Tata Sampul: Airawan Ratra
Tata Isi: Farsya
Pracetak: Kiki
ISBN: 978-602-5783-14-2
 
Sepilihan puisi Surya Gemilang dalam Mencicipi Kematian
 
Mencicipi Kematian
 
ia resah dan sekarat di musim
senjakala
 
ia tidur dan kerontang di lembah
dada
 
ketika maut tinggal sejengkal di hadapannya,
ia menjelma doa terkhusyuk
dan puisi terbusuk
 
kehidupannya masygul saja:
handai tolan penjenguk
mengingatkan ia pada gereja tua
yang pernah dibakarnya
 
*
 
ia rasa sesal sebelum maut
ia rasa sesal sesudah orang-orang berjubah putih
yang misterius itu mengambil
atmanya dari peti duniawi
 
padahal, kematiannya sekadar harap
menuju moksa
 
namun surga yang dirindukannya
terbakar oleh puisi—seperti gereja tua itu
 
(Denpasar, 2016)
 
 

Susilo Bambang Yudhoyono: MEMBASUH HATI DI TAMAN KEHIDUPAN



 Data Kumpulan Puisi
 
Judul buku: Membasuh Hati di Taman Kehidupan
Penulis: Susilo Bambang Yudhoyono
Penerbit: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), Jakarta.
Cetakan: I, Agustus 2014
Tebal: xxii + 136 halaman (77 puisi)
Foto-foto: Ani Yudhoyono
Penataletak: Wendie Artswenda
Perancang Sampul: Iksaka Banu
Prolog: A. Mustofa Bisri dan Putu Wijaya
E-ISBN: 978-602-424-966-3
 
Membasuh Hati di Taman Kehidupan terdiri atas 2 kumpulan puisi yang pernah diterbitkan untuk kalangan terbatas, yaitu: Taman Kehidupan (2004, 31 puisi) dan Membasuh Hati (2010, 46 puisi).
 
Sepilihan puisi Susilo Bambang Yudhoyono dalam Membasuh Hati di Taman Kehidupan
 
Rasa dan Kehidupan
 
Di padepokan tua
di kaki Bukit Banyu Kahuripan
berkata Ki Sudi Panuntun, sang guru filsafat Jawa
 
Anak-anakku
kau boleh melanglang buana
menyeberang laut, menjelajah dunia
mencari makna
hakikat hidup di dunia fana
 
Aku tidak tahu
apa yang kau dapatkan anakku
ketika segalanya tak selalu terang
meskipun kau datang berulang-ulang
jangan-jangan engkau
mendapati alam sunyi penuh kehampaan
 
Di seberang sana
ada pohon kelapa, berkelompok lima-lima
dan semua memberi guna
pada manusia
 
Jika pencarian makna pohon kelapa
kau mulai dari akar, batang, daun dan manggar
juga sabut, tempurung, buh putih dan air manis segar
kau dapatkan segala makna
yang serba benda dan kasat mata
 
Tetapi,
jika kau sejenak bertafakur
dan kau buka pintu jiwamu
yang tengah mendaki dan mencari,
kau akan dapati anakku
bahwa dalam manisnya air kelapa
ada rasa
dan hanya rasa,
hakikat dari segala kehidupan manusia
 
Bogor, 6 Agustus 2010
 
 

Jumat, 17 November 2023

Indrian Koto: PLEIDOI MALIN KUNDANG


 
Data Kumpulan Puisi
 
Judul buku: Pleidoi Malin Kundang
Penulis: Indrian Koto
Penerbit: Gambang Buku Budaya, Sleman, Yogyakarta.
Cetakan: I, April 2017
Tebal: vii + 77 halaman (46 puisi)
Desain Isi: Kun Andyan Anindito
Desain Sampul: Yopi Setia Umbara
ISBN: 978-602-6776-43-3
 
Pleidoi Malin Kundang terdiri dari Dari Tengah Kampung  (17 puisi), Ziarah Laut (14 puisi) dan Kota Lama (15 puisi)
 
Sepilihan puisi Indrian Koto dalam Pleidoi Malin Kundang
 
Mimpi
 
barangkali kematian berlangsung
seperti bangun dari tidur
kau hanya mampu mengingat mimpi semalam
sepotong demi sepotong
 
bisa jadi
kalian hanya mimpiku saja
dunia dan seluruh semesta yang kukenali ini
karang-karangan sederhana
yang ditulis penyair setengah mabuk setengah ngantuk
lalu begitu aku bangun
tak ada perang, tak ada yang terbunuh
tak ada tangisan, tak ada yang kehilangan
 
bahkan agama, bangsa dan benua
dan segala yang disebabkan olehnya
bisa jadi istilah baru ketika bangun nanti
suatu hari yang rasanya dekat sekali
 
2011
 

Fitri Nganthi Wani: JANGAN MATI SEBELUM BERGUNA

 

 
Data Kumpulan Puisi
 
Judul buku: Jangan Mati Sebelum Berguna
Penulis: Fitri Nganthi Wani
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Cetakan: I, April 2020
Tebal: x + 137 halaman (96 puisi)
Penyelia naskah: Teguh Afandi
Desain sampul: Ivana Kurniawati
Penata letak: Fitri Yuniar
ISBN: 978-602-06-4058-7 (PDF)
 
Sepilihan puisi Fitri Nganthi Wani dalam Jangan Mati Sebelum Berguna
 
MENJADI BUDEG KADANG PERLU
 
perjuangan itu salah satunya
berupaya keras untuk tetap bertahan hidup
tanpa harus menyusahrugikan orang lain
 
yang seperti ini agaknya sering luput
dari padangan para pengamat hidup
terkadang bukan dukungan yang didapat
justru nyinyir sindir hujan hujat
dan teori konspirasi yang tak berkesudahan
 
menjadi budeg itu kadang perlu
untuk menyikapi mereka
yang tak punya kapasitas untuk mendengar
 
11 Oktober 2014
 
 
UTAMA
 
bahkan ketika kamu harus sendirian
tetaplah memihak kebenaran
 
2014
 

Ni Made Purnama Sari: KAWITAN

 

 
Data Kumpulan Puisi
 
Judul buku: Kawitan
Penulis: Ni Made Purnama Sari
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Cetakan: I, 2016
Tebal: x + 78 halaman (42 puisi)
Editor: Mirna Yulistianti
Ilustrasi sampul: Natisa Jones
Setter: Nur Wulan Dari
ISBN: 978-602-03-2788-4
 
Kawitan terdiri dari Muhibah Tanah Jauh (25 puisi) dan Kampung Halaman (17 puisi)
 
Sepilihan puisi Ni Made Purnama Sari dalam Kawitan
 
Lewat Rotterdam Tengah Malam
 
Lewat Rotterdam tengah malam
Kukira Hatta bersamaku di kereta
Bagai dua siswa sekolah mula
          tempuh ujian akhir tahun:
ia menulis sajak, aku gubah sejarah
tak boleh saling contek
 
Kami pandang langit, cari-cari inspirasi
rasanya baru saja bintang jatuh
memintas kanal dan puing kota
menemani peti-peti buku kiriman
di samudera tanah jajahan
                        jauh ke bandanaira;
melesat lewati kereta seratus kilo per jam
yang bikin lampau kota Rotterdam
 
Puisi yang ditulis Hatta
          tak kutahu tentang apa
Sejarah yang aku buat
          entah akan akhir bagaimana
Kami tak punya apa-apa
          kecuali nasib buruk yang tanpa jemu
          menikung langkah di setiap kesempatan
 
Dilanda kebosanan, diam-diam kami tukar karya
membacanya dalam hati
          tak henti membacanya dalam hati:
Berdua memisah arah
Ia turun di stasiun, aku laju ke masa yang nun
Puisi kami, sejarah kami
Entah akan pernah sejalan lagi
 

Avianti Armand: MUSEUM MASA KECIL


 
Data Kumpulan Puisi
 
Judul buku: Museum Masa Kecil
Penulis: Avianti Armand
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Cetakan: I, 2018
Tebal: 147 halaman (39 artikel)
Ilustrasi: Kristin Monica
Desain sampul dan isi: Kristin Monica
ISBN: 978-602-03-8424-5
 
Akhirnya museum itu dibuka kemarin. Tak banyak yang datang.
Alamatnya agak susah dicari: Hujan, Gelas Susu Ke-3,
satu belokan sebelum pagi. Di dalamnya dideretkan
yang hilang dan yang ditemukan
dari masa kecil.
 
Sepilihan puisi Avianti Armand dalam Museum Masa Kecil
 
GRAVITASI
 
Hari ini kita akan berjalan dan menjelma gema
badai pasir –
 
Seorang lelaki menyentuhkan ujung jarinya
ke tanah yang memanggil namanya dan mengingatkan ia
tentang asal dan takdirnya. Sesudah itu,
ia akan tinggal.
 
Tapi kita akan terus berjalan.
 
 
 
 
16:29
10.03.2007
 
 
KAKTUS DI JENDELA LANTAI LIMA
 
Kaktus itu membiarkan bunganya mengering
sekali lagi.
 
Di trotoar seorang lelaki mendongak
lalu pergi.
 
 
 
 
01:58
29.12.2016
 

Norman Erikson Pasaribu: SERGIUS MENCARI BACCHUS

 
Data Kumpulan Puisi
 
Judul buku: Sergius Mencari Bacchus
Penulis: Norman Erikson Pasaribu
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Cetakan: I, April 2016
Tebal: xii + 70 halaman (33 puisi)
Ilustrator, desainer sampul, dan penata letak isi: Leopold A. Surya Indrawan
ISBN: 978-602-03-2789-1
 
Sepilihan puisi Norman Erikson Pasaribu dalam Sergius Mencari Bacchus
 
BERTEMU LEO
 
Di puncak tangga ia belum tahu bahwa
punggung putih di balik pintu kaca adalah Leonya
 
Umurnya dua puluh empat
dan ia menulis surat cinta untuk dirinya sendiri
 
Ia belum tahu bahwa paska-pintu ia berhak
menyebut hidupnya hidup
 
Dan ia tak perlu lagi menabung umur
agar tak terlalu tua ketika ajalnya tiba
 
 
SERGIUS MENCARI BACCHUS

Seperti ular, kau melepaskan kulitmu yang tak baka,
dan memulai/meneruskan perjalanan. Kini sinar dari atas sana

melewatimu. Kau semi-bening berpendar, dan jauh di barat,
di Kota Roma yang sekarat, Galerius tak menyadari ajalnya telah dekat.

Kau akan mencari seseorang yang berharga bagimu, yang
dalam tubuh peraknya mengunjungimu di penjara, dan berbisik, Bertahanlah

sebab aku akan terus memperhatikanmu. Bersamanya
kau akan naik ke surga, dan merasa familiar

untuk kali pertama. Kalian berdua akan berpegangan
tangan, dan mengenalkan satu sama lain ke hadapan tiap-tiap orang.
 

Kamis, 19 Oktober 2023

Rusdi Zaki dan H.U. Mardi Luhung: PARA MAMBANG DI KOTA TERKUTUK

 
 
Data Kumpulan Puisi
 
Judul buku: Para Mambang di Kota Terkutuk
Penulis: Rusdi Zaki, H.U. Mardi Luhung
Penerbit: Dewan Kesenian Surabaya, Surabaya.
Cetakan: I, 2000
Tebal: 34 halaman (17 puisi, 2 esai)
Gambar Sampul: Saiful Hadjar
Desain Sampul dan Layout: Bengkel Press
Diterbitkan untuk Acara Forum Sastra Dewan Kesenian Surabaya, 26 September 2000
Esai: H.U. Mardi Luhung (Rusdi Memasukkan Jangkrik ke Kupingku) dan
Rusdi Zaki (Soal Suka dan “Suka-suka”)
 
Sepilihan puisi Rusdi Zaki dalam Para Mambang di Kota Terkutuk
 
PERTARUNGAN BARU DIMULAI
 
aku berdiri di ujung tahun ribuan
matahari terbit berwarna metalik
biasnya semburat di kain rentang
gaun para perancang mode abad lalu
 
ini abad baru! Ini milenium baru!
aku masih terkapar di dalam perut titanic
di dasar laut peradaban. Beku!
 
orang-orang berkulit pastel
melepas burung logam ke ruang angkasa
mematuki satelit dan kembang plastik
menjaring bumi sebagai onde-onde
 
aku melipat kertas menjadi kupu-kupu
mainan anakku di tengah padang waktu
 
merencanakan ziarah ke galaksi
orang-orang ketemu alien
menggambar alam semesta dengan laptop
dengan sebilah tuts insert berkali-kali
 
pertarungan baru dimulai
melucuti ikon keserakahan
kefakiran dan kenisbian
dalam monitor tak bertepi
 
temanggungan-sepanda/ 30/12/1999