Minggu, 05 November 2017

Heri Latief: 50% MERDEKA


Data buku kumpulan puisi

Judul : 50% Merdeka
Penulis : Heri Latief
Cetakan : I, Agustus 2008
Penerbit : Ultimus, Bandung.
Tebal : xxii + 86 halaman (50 puisi)
ISBN : 978-979-17174-9-6
Editor : Bilven
Foto : Heri Latief
Ilustrasi : A. Gumelar, Gusnoy Gondrong
Desain sampul : Ucok (TYP:O Graphics)
Prolog : Eep Saefullah Fatah, Asahan Aidit

Sepilihan puisi Heri Latief dalam 50% Merdeka

DIA YANG PERGI KE BARAT

dari timur yang katanya eksotis
dia pergi mencari dinginnya kesepian
dicobanya mengarungi lautan sunyi
tersihir gemerlapnya teknologi barat
kebebasan dipuja-pujinya setinggi langit
dijilatnya es krim berlapis musim dingin beku
dirasakanlah manisnya gula sintetis-ironis
menyandu pada sexynya liberalisme
dipeluknya nafsu marxisme
jadilah gado-gado kebanyakan cabe rawit, pedas!
terasa di ujung lidahnya
terbakarlah rindu ketimurannya

Jakarta, 5 Mei 2003


EROSI ILUSI

puisi bisa ditimbang beratnya?
nyali puisi bisa bakar mimpimu

seperti puisi jaman revolusi
tertulis di tembok memori
merdeka atau mati!

sekarang maunya lain lagi bos!
puisi sebagai obat anti depresi?

siapa tau busuknya lumpur lapindo?
dosa sejarahmu anti kemanusiaan
hasilnya rakyat makin melarat
para penjilat kenyang berat!

puisi sebagai alat
anti penindasan rakyat

begitulah mustinya
penyair sadar lingkungan
menyuarakan swara yang tertindas

Amsterdam, 4 agustus 2007

Agung Catur Prabowo dan Suyitno B. Tamat: DARI TEPI KAHAYAN


Data buku kumpulan puisi

Judul : Dari Tepi Kahayan
Penulis : Agung Catur Prabowo dan Suyitno B. Tamat
Cetakan : I, Juni 2015
Penerbit : Seven Books, Yogyakarta.
Tebal : 124 halaman (acp 46 puisi, sbt 52 puisi)
ISBN : 978-602-97980-7-4
Editor : N. Hadi Kromosetika

Dari Tepi Kahayan terdiri dari 6 keping, yaitu Catatan untuk Kotaku (acp 10 puisi, sbt 6 puisi), Ode untuk Leluhur (acp 7 puisi), Jejak-jejak Perjalanan (acp 18 puisi, sbt 4 puisi), Catatan untuk Sahabat (acp 4 puisi, sbt 13 puisi), Kidung Kasmaran (acp 2 puisi, sbt 8 puisi), dan Tetirah Hati (acp 5 puisi, sbt 21 puisi)

Beberapa pilihan puisi Agung Catur Prabowo dalam Dari Tepi Kahayan

Anak Enggang
                                                Buat Anak Dayak

mendung tak bisa lagi menggantung di dahan
tunggak juga telah hanyut berserak
anak enggang,

sarang kini harus kaubikin sendiri
dari pucuk pucuk yang hangus
dari arang yang tersisa

langit kini harus kaulukis sendiri
dengan kepak putih atau hitam
dengan paruh atau mahkota

bila sudah masanya
terbanglah melintas cakrawala
agar kisah anak enggang
tak berakhir di pokok ara

*acp*
palangka raya, desember 2011


Bue’
                                Buat Kusni Sulang

sayup sansana kayau
ditimpa angin dari negeri jauh
segala nyanyian kini telah parau
walau tetap tak terdengar keluh

langit yang kaupahat, Bue’
pada batang batang sapundu
nampaknya telah membikin gusar
angin puting berpusar
mungkin telah dilanda cemburu
karena curiga
kemana mereka hendak bersarang
Jika cakrawaka di mata mereka
sirna?

*acp*
palangka raya, desember 2011

Wayan Jengki Sunarta: MONTASE


Data buku kumpulan puisi

Judul : Montase
Penulis : Wayan Jengki Sunarta
Cetakan : I, Agustus 2016
Penerbit : Pustaka Ekspresi, Tabanan, Bali.
Tebal : ii + 74 halaman (55 puisi)
ISBN : 978-602-7610-73-6
Tata letak : Gede Phalayasa Sukmakarsa
Lukisan sampul : Herry Yahya
Foto profil : Dandy Saputra
Format buku: pdf

Beberapa pilihan puisi Wayan Jengki Sunarta dalam Montase

Imajinasi, Kau, dan Danau Sentani

dengan perahu kayu
kau seberangi danau Sentani
agak ragu kau raba ricik airnya

“air di sini warna hijau,” ujarmu

berkawan langit biru dan kaum hitam
kau terus berkayuh ke tengah danau
perlahan pulau Kensio membuka diri
serupa bunga rekah di hari dini

kau jejakkan kaki
di pulau terpencil itu
seperti Columbus kau merasa
menemukan sesuatu
mungkin kepercayaan diri
atau keraguan yang samar

“kau tahu, pulau ini hanya
dihuni 40 kepala keluarga Papua
betapa terasing dan sederhananya mereka.”

ah, calon antropolog, juru warta peradaban
berapa pulau lagi mesti kau jelajahi
berapa suku lagi ingin kau telisik?
untuk meyakinkan diri
betapa sejak awal mula
manusia telah terasing
dengan dirinya sendiri

(2013)


Lereng Merbabu

hutan cemara, hutan cemara…
ke arah mana halimun sirna

jalan setapak, tanah basah
peladang tembakau pulang senja

gamelan jawa mengalun
dari dusun-dusun pedalaman

aku tiba dari jauh
membawa cinta sepenuh jiwa

halimun, halimun…
ke mana perginya hutan cemara

(2014)

Iman Budhi Santosa: DUNIA SEMATA WAYANG


Data buku kumpulan puisi

Judul : Dunia Semata Wayang
Penulis : Iman Budhi Santosa
Cetakan : I, Juni 2005
Penerbit : Hikayat, Yogyakarta.
Tebal : xvi + 150 halaman (127 puisi)
ISBN : 979-99845-1-3
Pemeriksa aksara : Zulaicha Hanum, Kholiq Imron
Desain sampul : Syamsul Falaq
Tata letak : Rahmat Janary
Prolog : Emha Ainun Nadjib
Epilog : Linus Suryadi AG

Beberapa pilihan puisi Iman Budhi Santosa dalam Dunia Semata Wayang

LELAKI EMPAT PENJURU
                                                Kepada : ULP

Seorang lelaki Sumba lahir kembali di Jawa
memanggang diri, menggunting alamat pulang
menuntun puisi pandai mengundang
dipikul juga rindu murid berguru
ditantang pula cinta mengusut makna
            : Kalian yang suka bertinju
            boleh jadi besar dalam debu
            setelah berulangkali jatuh
            bergantung pada sepasang susu

Maka berteriak ia menuding
setiap penjuru. Mengajak musim
mengumpulkan anak terbawa angin

Dari setumpuk Koran (wajahnya setiap malam)
tak terbayang kapan ini berakhir
Karena senyumnya hanya pertanda
satu sajak menggoda benak penyair
           
Ia kini
hidupnya ada
            di setiap penjuru
            empat penjuru
            membagi dirinya
            medan debat
            dan seteru

1974


SEHABIS KUTUTUP PINTU

Sehabis kututup pintu dan terdiam sesaat
hanyalah diriku, segalanya terbenam dalam jiwaku
begitu cepat, atas nama-Mu, atas nama Kesunyian
seluruh kehidupan menyatu, kehidupan dengan
    bahasa satu
ketiadaan yang kekal berbunyi: Mu

Di mana hari-hari yang lampau kutinggalkan
kenapa masih juga di sini, membuktikan
nama-nama yang sama di luar pengamatan, kembali
terbit untuk tidak mengecewakan perhitungan zaman
   yang telah pasti

Sehabis kututup pintu dan terdiam, sesaat
tampaklah diriku, ada
di mana-mana
di setiap benda

1969

Tia Setiadi: TANGAN YANG LAIN


Data buku kumpulan puisi

Judul : Tangan yang Lain
Penulis : Tia Setiadi
Cetakan : I, Mei 2016
Penerbit : Diva Press, Yogyakarta.
Tebal : 116 halaman (21 puisi)
ISBN : 978-602-279-226-0
Tata sampul : Joni Ariadinata
Lukisan karya : Arya Sucitra, Apple (2015),
acrylic on canvas, 30 cm x 25 cm
Tata isi : Violetta
Pracetak : Antini, Dwi, Wardi
Prolog : Joko Pinurbo

Beberapa pilihan puisi Tia Setiadi dalam Tangan yang Lain

ENAM LANSKAP PEDALAMAN PRIANGAN

/1/

Lapis demi lapis
Kabut tipis menyisih:

Pagi baru saja lahir.

Dari balik jendelanya
Nenek itu bisa memandang
Puspa ragam penampakan matahari
Lewat ribuan celah daun-daun albasiyah

Ia yakin
Ada sebuah matahari lain
Yang terbit dan terbenam dalam tubuhnya
Membakar rambutnya hingga memutih seluruhnya

Dan karena akar-akar albasiyah itu
Tertanam jauh di dasar pikirannya
Ia pun bisa menampakkan aneka ragam matahari lain
Lewat ribuan celah daun-daun hidupnya.

Nenek itu, pohon albasiyah,
Dan puspa ragam penampakan matahari:
Barusan saja dilahirkan
Oleh rahim pagi.


/2/

Sekelompok belalang menikung dalam angin
Dan rerumputan

Seorang bocah bungah yang sedang mengejarnya
Juga menikung dalam angin
Dan rerumputan

Sesayap kecil belalang-belalang itu mengembang
Bergelombang dalam kilauan hijau
Di antara hijau hijau

Menunjukkan pada si bocah
Sebuah negri baru yang tak pernah diimpikannya.