Senin, 24 Agustus 2020

PO buku puisi: DI HARI KEMATIANKU, KAWAN, PERGILAH KALIAN BERCINTA!

Jadi begini, di luar kebiasaan, saya memposting iklan buku puisi sendiri. Hehe. 
Silakan prapesan hingga 5 September 2020.

Format pemesanan

Nama Lengkap: 
Alamat Lengkap: 
No. HP Aktif:
Jumlah  buku yang dipesan:

Kontak Pemesanan:
Gio (0815-1365-0233)
Saiya (0821-5401-0306)


Catatan: buku puisi ini menghimpun 85 puisi. Terdiri dari 2 bagian. Bagian kedua (43 puisi) pernah bernaung di bawah "Cegukan". Bagian pertama (42 puisi) adalah puisi-puisi lepas paska cegukan. Demikian. Semoga maklum.

ini salah satu puisi yang saya suka di buku itu:

PUISI PENDEK DENGAN PERTANYAAN KECIL

kadang saya – makhluk rumit yang sok berpikir 
sederhana ini – harus menyandang 
pertanyaan-pertanyaan bedebah, misal, 

jika penyair kotor, apakah puisi 
sudi memurnikannya?


Rabu, 12 Agustus 2020

Nailiya Nikmah JKF: ENTAH BAGAIMANA, TETIBA AKU MENCINTAIMU

 

 

Data Buku Kumpulan Puisi



Judul: Entah Bagaimana, Tetiba Aku Mencintaimu
Penulis: Nailiya Nikmah JKF
Penerbit: Tahura Media, Banjarmasin
Cetakan: I, 2019
Tebal: xvi + 118 halaman (85 puisi)
ISBN: 978-602-8414-40-1 
Editor: Dewi Alfianti
Desain cover dan ilustrator: Sandi Firly
Tata Letak: Ibnu T
 

Entah Bagaimana, Tetiba Aku Mencintaimu terdiri atas Hujan (9 puisi), Percakapan (14 puisi), Kenangan (9 puisi), Cinta (20 puisi), Kesumat (11 puisi), Sepi (17 puisi), dan Kopi (5 puisi).
 
Sepilihan Puisi Nailiya Nikmah JKF dalam Entah Bagaimana, Tetiba Aku Mencintaimu
 

Kematian di Suatu Senja
 
ini hanya soal waktu
hujan, awan, matahari, bunga, ranting
tanaman perdu
semua telah memberi tanda
dalam bahasanya masing-masing.
 
Di balik punggungmu kulihat teja
“Aku ingin mati ketika senja”
gumamku.
Tidak ada yang lebih indah
selain kematian di suatu senja.
Ketika itu bebek-bebek yang lucu
sudah selesai berenang dan berjemur.
Tak lama kemudian kembang-kembang
menguncup memberi salam penghormatan.
 
dan  jika saat itu kaujauh
tak perlu buru-buru pulang
cukup kaukirim setangkai doa.

 

Sultan Musa: MENDJAMU LANGIT REKAH

 

 

Data Buku Kumpulan Puisi

 

Judul: Mendjamu Langit Rekah

Penulis: Sultan Musa

Penerbit: Tidar Media, Magelang.

Cetakan: I, 2020

Tebal: 50 halaman (19 puisi)

ISBN: 978-623-7203-46-9

 

Sepilihan puisi Sultan Musa dalam Mendjamu Langit Rekah

 
Damai  yang  Hilang
 
Langit kelabu seakan merindu
Detak jantung berpacu candu
Irama beradu lugu
Hembusan angin berliku
 
Dalam derasnya aliran darah
Terpikir jiwa indah
Sirnakan raga terpaku merana
Sejenak tanpa tara
 
Dalam lamunan tak semanis madu
Relung jiwa berbilang semu
Menghilang betapa kelamnya dahulu
Melapang sesak sembilu
 
Mengenang lama yang tak berkesudahan
Berlarut pada diri perlahan
Tersimpan luka pada cabaran
Nyeri tersaji di atas tataran
 
#2019
 

Maulidan Rahman Siregar: TUHAN TIDAK TIDUR ATAS DOA HAMBA-NYA YANG BEGADANG

 

 

Data Buku Kumpulan Puisi

 

Judul: Tuhan Tidak Tidur atas Doa Hamba-Nya yang Begadang

Penulis: Maulidan Rahman Siregar

Penerbit: Erka (CV. Rumahkayu Pustaka Utama), Padang

Cetakan: I, Februari 2018

Tebal: x + 90 hlm (66 puisi)

ISBN: 978-602-6506-85-6

Desain Sampul: Tomi Halnandes F

Layout: Alizar Tanjung

 

Sepilihan Puisi Maulidan Rahman Siregar dalam Tuhan Tidak Tidur atas Doa Hamba-Nya yang Begadang

JALAN SEBUAH PUISI
 
Dari sebuah mesin pencari dan musik-musik
sedih yang berputar berulang, kata-kata melompat
mencari tempat di mana si penyair sembunyi,
mencari penyair yang kira-kira pantas dititahkan,
mencari waktu keluar; atas kelahiran sebuah puisi
yang sepertinya tergesa ini.
Apa artinya kata-kata bila bungkam begini.
Ke mana larinya makna, dan beberapa pertanyaan
lainnya, timbul bersama jawabannya masing-masing.
 
Penyair murung bertanya,
puisi yang menjawab.
 
23 Februari 2016

 
WAJAHMU

Kau kuunduh, kekasih
menembus kabel, masuk
lewat colokan USB, menjadi
layar hidup, menari.
 
Wajahmu adalah alasan
kenapa siaran tivi
harus dijauhkan.
 
Mengagumimu dari pagi
hingga malam. Seperti
apa puisi harus duduk diam?
 
2015
 

Isbedy Stiawan ZS: KOTA CAHAYA

 

Data Kumpulan Buku Puisi

 
Judul: Kota Cahaya
Penulis: Isbedy Stiawan ZS
Penerbit: PT Grasindo, Jakarta
Cetakan: I, 2005
Tebal: xiv + 154 halaman (100 puisi)
Penyunting penyelia: Pamusuk Eneste
Penata isi: Suwarto
ISBN: 979-759-315-0
Kata penutup: Suminto A. Sayuti
 
Kota Cahaya terdiri atas Nyanyi Sunyi (21 puisi), Menandai Tahilalat (25 puisi), dan Dari Cerita yang Lain (54 puisi)
 
Sepilihan puisi Isbedy Stiawan ZS dalam Kota Cahaya
 
MALAM-MALAM MENGAJI
 
hayat ngembara padang kelam
lentera di tangan mercukan jalan setapak
kaki-kaki basah oleh keringat
persis ketika harap pun sampai
dan tak kembali-kembali lagi
 
1984
 
 
LAUT MEMBAWA JASADKU
 
laut membawa jasadku
ke malam-malam pekat. ke makam-makam sunyi
ditanamkan, menyimpan riuh jam
tanah pun basah, melumpurkan langkah
yang berhenti pada gerbang-Mu
 
kau pun tersedu. hujan turun
mengabarkan ketajaman pisau padaku, dan
laut tak henti membawa jasadku
ke makam-makam sunyi-Mu untuk ditanamkan!
 
o aku sendiri dalam kematian ini
di semesta sempurna ketiadaanku
 
1987