Jumat, 08 Desember 2017

Tariganu: MENGHADAP MATAHARI


Data buku kumpulan puisi

Judul : Menghadap Matahari, sajak sajak 1981
Penulis : Tariganu
Cetakan : I, November 1982
Penerbit : Yayasan Bengkel Seni 78, Jakarta.
Tebal : 44 halaman (37 puisi)
Gambar kulit dan illustrasi : Delsy Sjamsumar

Beberapa pilihan puisi Tariganu dalam Menghadap Matahari

MENGHADAP MATAHARI

Lekuk-lekuk jalan tanah impian
Liuk-liuk tulisan meracun hakiki
Santuk-santuk galungan ganggu timbangan
Jeluk-jeluk pikiran kuperangi

Mari kemari banting kemudi
Berdiri tegak di tanah pertiwi!

Angguk-angguk kepala bukan kepribadian
Berguk-berguk kembali kutempelengi
Benguk-benguk duduk musuh pembangunan
Langguk-langguk tinggi diri apa lagi.

Mari kemari banting kemudi
Ikut aku menghadap matahari!

Ulfatin Ch: NYANYIAN ALAMANDA


Data buku kumpulan puisi

Judul : Nyanyian Alamanda
Penulis : Ulfatin Ch
Cetakan : I, Oktober 2003
Penerbit : Bentang Budaya, Yogyakarta.
Tebal : xvi + 102 halaman (99 puisi)
ISBN : 979-3062-73-8
Perancang sampul : Buldanul Khuri
Gambar Sampul : Yunizar
Pemeriksa Aksara : Yayan R. Harari
Penata Aksara : Ari Y.A.
Pengantar : Taufiq Ismail

Beberapa pilihan puisi Ulfatin Ch dalam Nyanyian Alamanda

Aku Kota Sunyi

Karena dilahirkan sebagai perempuan
aku memilih sendiri
dan mencangkul kota sunyi para nabi.
Rumah tanpa pintu
yang berlumut malam
menyeruak bagai batu bata
yang hilang laburnya.
Namun, kini aku tak sendiri
anak anak yang lahir dari bumi
mengibas mantra
membuka beton dan dinding kelam
hingga tampak mutiara
yang menjunjung martabat
ke langit cahaya paling tinggi.
Karena di lahirkan sebagai perempuan
aku kota sunyi
yang dibalut rantai purba
dan kini tak tampak lagi

1999

Putu Oka Sukanta: PERJALANAN PENYAIR


Data buku kumpulan puisi

Judul : Perjalanan Penyair, Sajak-sajak Kegelisahan Hidup
Penulis : Putu Oka Sukanta
Cetakan : I, Agustus 1999
Penerbit : Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Bekerja sama dengan JENDELA BUDAYA
Tebal : xvi + 139 halaman (61 puisi)
ISBN : 979-9289-06-8
Desain Cover : Harry Wahyu (Si Ong)
Tata Letak : Dwi Agus M
Pengantar : Keith Foulcher

Beberapa pilihan puisi Putu Oka Sukanta dalam Perjalanan Penyair

KEMERDEKAAN

bila kemerdekaan ada di mana-mana
jangan kau tuntut pada diriku cuma
kemerdekaan adalah cinta yang mesra
dan menebar pada setiap mata pengemis
kemerdekaan serupa lampu di lorong-lorong
kemerdekaan adalah bunga-bunga yang mekar
dikerumuni kumbang segala macam
kemerdekaan serupa matamu adik
bening dan manis sekali

                                                Yogya, 1961

Yusri Fajar: KEPADA KAMU YANG DITUNGGU SALJU


Data buku kumpulan puisi

Judul : Kepada Kamu yang Ditunggu Salju
Penulis : Yusri Fajar
Cetakan : I, Maret, 2017
Penerbit : Pelangi Sastra, Malang.
Tebal : xvi + 104 halaman (85 puisi)
ISBN : 978-602-60790-1-5
Perancang sampul dan tata letak : Alex Subairi
Gambar sampul : foto koleksi pribadi Yusri Fajar

Beberapa pilihan puisi Yusri Fajar dalam Kepada Kamu yang Ditunggu Salju

Di Negeri Bekas Penjajah
Aku Menemukan Dirimu

Di negeri bekas penjajah aku menemukan dirimu
dalam etalase kaca restoran Indonesia
ditata dalam mangkok, piring dan gelas
dipajang dalam papan warna-warni
orang-orang berambut pirang berhenti
memesan dirimu, menuliskan menu
merasakan gurih dan nikmat
pedas sekaligus cemas

Di negeri bekas penjajah aku menemukan dirimu
meringkuk dalam patung-patung kerajaan nusantara,
terdiam dalam etalase museum, merindukan kampung halaman
yang sulit terbayang dalam ingatan kusam
yang dipenuhi alat-alat perang: tombak, keris, pedang
yang membisikkan perlawanan yang tinggal kenangan.
setiap hari tuan dan puan Belanda berdecak kagum
betapa megah kampung halamanmu

Di negeri bekas penjajah aku menemukan dirimu
terpampang dalam nama-nama jalan
Madura, Sunda, Maluku, Sumatra, Jawa, Borneo,
Sulawesi, Papua, Aceh dilindas jejak kaki
dari jendela bus kota dan kereta

orang-orang Belanda melambaikan tangan
seperti mengucap apa kabar Hindia Belanda
dari mulut mereka tercium bau tembakau
wangi teh melati dan selinting risau

Amsterdam-Leiden, 17-19 Agustus 2010

Irawan Massie: KIDUNG ATHMARA

  
Data buku kumpulan puisi

Judul : Kidung Athmara
Penulis : Irawan Massie
Cetakan : I, Januari 2017
Penerbit : Kosa Kata Kita, Jakarta.
Tebal : 207 halaman (99 puisi)
ISBN : 978-602-8966-96-2
Perancang sampul : Irawan Massie
Penata Letak : Cyprianus Napiun
Supervisi penerbitan : Kurniawan Junaedhie
Pengantar : Taufiq Ismail

Kidung Athmara terdiri atas dua bagian, yaitu Kidung Athmara (55 puisi) dan Renungan Senja (44 puisi).

Beberapa pilihan puisi Irawan Massie dalam buku Kidung Athmara

ATHMARA

Ada semacam keheningan
Berteduh di hati 
Tak pernah menjauh dariku 
Memberi kedamaian jiwaku

Ia adalah athmara
Yang tak memerlukan alasan
Untuk bersuara
Dalam kesederhanaan takdirku

Tembang melati di musim semi
Tersunting di senja hari
Bersanding selaras angin
Menyilaukan purnama malam
Yang kelak menjemputku
Pulang ke asal

KIDUNG ATHMARA
Jakarta Selatan, Juni 2015
(Happy birthday to you, my honeydew)

Minggu, 05 November 2017

Heri Latief: 50% MERDEKA


Data buku kumpulan puisi

Judul : 50% Merdeka
Penulis : Heri Latief
Cetakan : I, Agustus 2008
Penerbit : Ultimus, Bandung.
Tebal : xxii + 86 halaman (50 puisi)
ISBN : 978-979-17174-9-6
Editor : Bilven
Foto : Heri Latief
Ilustrasi : A. Gumelar, Gusnoy Gondrong
Desain sampul : Ucok (TYP:O Graphics)
Prolog : Eep Saefullah Fatah, Asahan Aidit

Sepilihan puisi Heri Latief dalam 50% Merdeka

DIA YANG PERGI KE BARAT

dari timur yang katanya eksotis
dia pergi mencari dinginnya kesepian
dicobanya mengarungi lautan sunyi
tersihir gemerlapnya teknologi barat
kebebasan dipuja-pujinya setinggi langit
dijilatnya es krim berlapis musim dingin beku
dirasakanlah manisnya gula sintetis-ironis
menyandu pada sexynya liberalisme
dipeluknya nafsu marxisme
jadilah gado-gado kebanyakan cabe rawit, pedas!
terasa di ujung lidahnya
terbakarlah rindu ketimurannya

Jakarta, 5 Mei 2003


EROSI ILUSI

puisi bisa ditimbang beratnya?
nyali puisi bisa bakar mimpimu

seperti puisi jaman revolusi
tertulis di tembok memori
merdeka atau mati!

sekarang maunya lain lagi bos!
puisi sebagai obat anti depresi?

siapa tau busuknya lumpur lapindo?
dosa sejarahmu anti kemanusiaan
hasilnya rakyat makin melarat
para penjilat kenyang berat!

puisi sebagai alat
anti penindasan rakyat

begitulah mustinya
penyair sadar lingkungan
menyuarakan swara yang tertindas

Amsterdam, 4 agustus 2007

Agung Catur Prabowo dan Suyitno B. Tamat: DARI TEPI KAHAYAN


Data buku kumpulan puisi

Judul : Dari Tepi Kahayan
Penulis : Agung Catur Prabowo dan Suyitno B. Tamat
Cetakan : I, Juni 2015
Penerbit : Seven Books, Yogyakarta.
Tebal : 124 halaman (acp 46 puisi, sbt 52 puisi)
ISBN : 978-602-97980-7-4
Editor : N. Hadi Kromosetika

Dari Tepi Kahayan terdiri dari 6 keping, yaitu Catatan untuk Kotaku (acp 10 puisi, sbt 6 puisi), Ode untuk Leluhur (acp 7 puisi), Jejak-jejak Perjalanan (acp 18 puisi, sbt 4 puisi), Catatan untuk Sahabat (acp 4 puisi, sbt 13 puisi), Kidung Kasmaran (acp 2 puisi, sbt 8 puisi), dan Tetirah Hati (acp 5 puisi, sbt 21 puisi)

Beberapa pilihan puisi Agung Catur Prabowo dalam Dari Tepi Kahayan

Anak Enggang
                                                Buat Anak Dayak

mendung tak bisa lagi menggantung di dahan
tunggak juga telah hanyut berserak
anak enggang,

sarang kini harus kaubikin sendiri
dari pucuk pucuk yang hangus
dari arang yang tersisa

langit kini harus kaulukis sendiri
dengan kepak putih atau hitam
dengan paruh atau mahkota

bila sudah masanya
terbanglah melintas cakrawala
agar kisah anak enggang
tak berakhir di pokok ara

*acp*
palangka raya, desember 2011


Bue’
                                Buat Kusni Sulang

sayup sansana kayau
ditimpa angin dari negeri jauh
segala nyanyian kini telah parau
walau tetap tak terdengar keluh

langit yang kaupahat, Bue’
pada batang batang sapundu
nampaknya telah membikin gusar
angin puting berpusar
mungkin telah dilanda cemburu
karena curiga
kemana mereka hendak bersarang
Jika cakrawaka di mata mereka
sirna?

*acp*
palangka raya, desember 2011

Wayan Jengki Sunarta: MONTASE


Data buku kumpulan puisi

Judul : Montase
Penulis : Wayan Jengki Sunarta
Cetakan : I, Agustus 2016
Penerbit : Pustaka Ekspresi, Tabanan, Bali.
Tebal : ii + 74 halaman (55 puisi)
ISBN : 978-602-7610-73-6
Tata letak : Gede Phalayasa Sukmakarsa
Lukisan sampul : Herry Yahya
Foto profil : Dandy Saputra
Format buku: pdf

Beberapa pilihan puisi Wayan Jengki Sunarta dalam Montase

Imajinasi, Kau, dan Danau Sentani

dengan perahu kayu
kau seberangi danau Sentani
agak ragu kau raba ricik airnya

“air di sini warna hijau,” ujarmu

berkawan langit biru dan kaum hitam
kau terus berkayuh ke tengah danau
perlahan pulau Kensio membuka diri
serupa bunga rekah di hari dini

kau jejakkan kaki
di pulau terpencil itu
seperti Columbus kau merasa
menemukan sesuatu
mungkin kepercayaan diri
atau keraguan yang samar

“kau tahu, pulau ini hanya
dihuni 40 kepala keluarga Papua
betapa terasing dan sederhananya mereka.”

ah, calon antropolog, juru warta peradaban
berapa pulau lagi mesti kau jelajahi
berapa suku lagi ingin kau telisik?
untuk meyakinkan diri
betapa sejak awal mula
manusia telah terasing
dengan dirinya sendiri

(2013)


Lereng Merbabu

hutan cemara, hutan cemara…
ke arah mana halimun sirna

jalan setapak, tanah basah
peladang tembakau pulang senja

gamelan jawa mengalun
dari dusun-dusun pedalaman

aku tiba dari jauh
membawa cinta sepenuh jiwa

halimun, halimun…
ke mana perginya hutan cemara

(2014)

Iman Budhi Santosa: DUNIA SEMATA WAYANG


Data buku kumpulan puisi

Judul : Dunia Semata Wayang
Penulis : Iman Budhi Santosa
Cetakan : I, Juni 2005
Penerbit : Hikayat, Yogyakarta.
Tebal : xvi + 150 halaman (127 puisi)
ISBN : 979-99845-1-3
Pemeriksa aksara : Zulaicha Hanum, Kholiq Imron
Desain sampul : Syamsul Falaq
Tata letak : Rahmat Janary
Prolog : Emha Ainun Nadjib
Epilog : Linus Suryadi AG

Beberapa pilihan puisi Iman Budhi Santosa dalam Dunia Semata Wayang

LELAKI EMPAT PENJURU
                                                Kepada : ULP

Seorang lelaki Sumba lahir kembali di Jawa
memanggang diri, menggunting alamat pulang
menuntun puisi pandai mengundang
dipikul juga rindu murid berguru
ditantang pula cinta mengusut makna
            : Kalian yang suka bertinju
            boleh jadi besar dalam debu
            setelah berulangkali jatuh
            bergantung pada sepasang susu

Maka berteriak ia menuding
setiap penjuru. Mengajak musim
mengumpulkan anak terbawa angin

Dari setumpuk Koran (wajahnya setiap malam)
tak terbayang kapan ini berakhir
Karena senyumnya hanya pertanda
satu sajak menggoda benak penyair
           
Ia kini
hidupnya ada
            di setiap penjuru
            empat penjuru
            membagi dirinya
            medan debat
            dan seteru

1974


SEHABIS KUTUTUP PINTU

Sehabis kututup pintu dan terdiam sesaat
hanyalah diriku, segalanya terbenam dalam jiwaku
begitu cepat, atas nama-Mu, atas nama Kesunyian
seluruh kehidupan menyatu, kehidupan dengan
    bahasa satu
ketiadaan yang kekal berbunyi: Mu

Di mana hari-hari yang lampau kutinggalkan
kenapa masih juga di sini, membuktikan
nama-nama yang sama di luar pengamatan, kembali
terbit untuk tidak mengecewakan perhitungan zaman
   yang telah pasti

Sehabis kututup pintu dan terdiam, sesaat
tampaklah diriku, ada
di mana-mana
di setiap benda

1969