Selasa, 06 Februari 2018

Badruddin Emce: DIKSI PARA PENDENDAM


Data buku kumpulan puisi

Judul : Diksi Para Pendendam
Penulis : Badruddin Emce
Cetakan : I, Februari 2012
Penerbit : AKAR Indonesia, Yogyakarta.
Tebal : xxii + 174 halaman (101 puisi)
ISBN : 978-979-9983-96-1
Supervisi : Joni Ariadinata
Editor : Raudal Tanjung Banua
Desai nisi : Indrian Koto
Desain cover : Nur Wahida Idris
Gambar cover : Tarman, Berjalan Lurus ke Depan
Foto cover : Jojo Ahmad (Titik Cerah)
Pengantar : Achmad Munjid

Diksi Para Pendendam terdiri atas 5 bagian, yaitu Diksi Kesatu (19 puisi), Diksi Kedua (20 puisi), Diksi Ketiga (17 puisi), Diksi Keempat (25 puisi) dan Diksi Kelima (20 puisi).

Sepilihan puisi Badruddin Emce dalam Diksi Para Pendendam

Tumpah

kutimba seember air
ya seember air, ku-
bawa seember air.
keliling air kutawarkan
pada pohon tak berdaun
kulobangi batangnya
agar air tak tertumpah.
kutuangkan tapi ter-
tumpah sehingga pohon
yang kering kutebang,
kuhadapkan lobang itu ke langit
biar tak tertumpah,
tapi air tertumpah dan
yang tertumpah menetes
bagai darah

1982

Aprinus Salam: SULUK BAGIMU NEGERI


Data buku kumpulan puisi

Judul : Suluk Bagimu Negeri
Penulis : Aprinus Salam
Cetakan : I, April 2017
Penerbit : Gambang Buku Budaya, Yogyakarta.
Tebal : ix + 79 halaman (64 puisi)
ISBN : 978-602-6776-41-9
Desain isi : Kun Andyan Anindito
Desain sampul : Yopi Setia Umbara
Lukisan sampul : “Suluk Sampan” karya Danang Indra Prayudha

Suluk Bagimu Negeri terdiri atas 4 bagian, yaitu Pada Mulanya (16 puisi); Ketika, Menjadi (18 puisi); Para Pribadi (16 puisi) dan Tak Pernah Akhir (14 puisi)

Sepilihan puisi Aprinus Salam dalam Suluk Bagimu Negeri

SEORANG GURU DI PELOSOK

Hidupku kecil, ruang gerakku kecil, sekolahku kecil,
kelasku kecil, tubuhku kecil, muridku kecil-kecil,
pada sebuah desa terpencil.

Jika malam, kehidupan lilin berapi kecil, kubuka
buku pelajaran untuk persiapan kecil-kecilan.
Tidak larut tidurku, takut tubuhku kurus mengecil.

Aku masak nasi pada sebuah periuk kecil, kupanaskan
sayur dalam panci kecil.

Segera aku melangkah cepat dalam langkah-langkah
kecil ke sekolahku yang kecil. Kusapa muridku yang kecil-
kecil.

Kubuka pelajaran sejarah. Aku pun berkisah tentang
sebuah bangsa besar yang dijajah negara kecil.
Muridku yang kecil-kecil menggangguk kecil.

Selesai sekolah, aku bergegas pulang, dengan langkah
yang kecil-kecil, menuju rumahku yang kecil.

Siang menjelang sore, aku membersihkan rumah dan
mengerjakan pekerjaan lainnya yang kecil-kecil. Sore,
aku mandi dalam sebuah kamar mandi kecil.

Kembali malam, kulakukan refleksi kecil. Kusadari nyaliku
yang kecil. Juga sisa hidupku yang mengecil.

Kini umurku tak lagi kecil, tapi hidupku kecil, ruang
gerakku kecil. Kalau nanti aku mati, aku membutuhkan
sebidang tanah yang kecil.

Abinaya Ghina Jamela: RESEP MEMBUAT JAGAT RAYA


Data buku kumpulan puisi

Judul : Resep Membuat Jagat Raya
Penulis : Abinaya Ghina Jamela
Cetakan : IV, Juni 2017 (Cet.I: Jan 2017, II: Maret, III: Mei)
Penerbit : Kabarita, Padang.
Tebal : xii + 116 halaman (72 puisi)
ISBN : 978-602-72113-9-1
Desain Sampul : Yopi Setia Umbara
Lukisan Sampul : Jagat Raya dan Sayembara Menyanyi
karya Abinaya Ghina Jamela
Lukisan isi : Abinaya Ghina Jamela
Tata Letak : Kun Andyan Anindito

 Sepilihan puisi Abinaya Ghina Jamela dalam Resep Membuat Jagat Raya

GIGI

Waktu itu gigiku goyang
seperti gempa bumi, dan ibu
mengajakku ke dokter gigi.
Petugas loket pendaftaran
bilang gigiku dicabut jam dua
ternyata bukan dan itu jam
setengah tiga. Aku melihat
gigiku yang dicabut begitu
putih mekar seperti melati.
Dan rasanya mau tumbuh jadi
gigi orang dewasa dan aku
menunjukkan gigiku yang ompong
ke teman-teman. Mereka tertawa
seperti suara beruang. Aku lalu
membuka kembali perpustakaanku

2015

Abu Wafa: CARA MENGHITUNG ANAK


Data buku kumpulan puisi

Judul : Cara Menghitung Anak
Penulis : Abu Wafa
Cetakan : I, Maret 2017
Penerbit : Delima, Surabaya.
Tebal : xvi + 100 halaman (40 puisi)
ISBN : 978-602-60352-3-3
Gambar ilustrasi : Dwi Januartanto
Desain sampul dan tata letak : Alek Subairi
Gambar sampul : diolah dari karya Violeta Lopiz

Sepilihan puisi Abu Wafa dalam Cara Menghitung Anak

Gigi

sebelum pulang, ibu guru memberi PR
“buatlah gambar yang berhubungan
dengan gigi!”

sesampai di rumah, aku menggambar
pintu dan selokan
“bukankah kau harus menggambar
yang ada hubungannya dengan gigi?”
ayah bertanya sedikit bimbang

karena pintu, gigiku terlepas
sewaktu berlari tanpa kendali
kata ayah, gigi atas harus dibuang ke bawah
selokanlah yang jadi muaranya
aku menjelaskan dengan bangga

di kelas, aku mendapat nilai terbawah

2013

GM. Sukawidana: UPACARA-UPACARA


Data buku kumpulan puisi

Judul : Upacara-upacara
Penulis : GM. Sukawidana
Cetakan : I, Januari 2015
Penerbit : AKAR Indonesia, Yogyakarta
bekerjasama dengan Bali Mangsi Foundation, Denpasar, Bali
Tebal : xiv + 114 halaman (63 puisi)
ISBN : 978-602-71421-1-4
Penyelia akhir : Raudal Tanjung Banua
Desain isi : Frame-art
Perwajahan : Alit Widusaka
Lukisan cover : Nyoman Wirata
Pengantar : Syahruwardi Abbas, Nyoman Darma Putra

Upacara-upacara terdiri atas 2 bagian, yaitu Upacara Tengah Hari (26 puisi) dan Upacara Senja Upacara Tanah Moyang (37 puisi).

Sepilihan puisi GM. Sukawidana dalam Upacara-upacara

Upacara Senja
Upacara Tanah Moyang

            : “kau tahu?
            dengan air mata ibu
            kubasuh nanah luka tanah moyang”

(1)
usai tubuh tubuh legam
menggaru tanah perunggu
tumbuh kanak-kanak kekasih
di batu batu karang
menjauhlah burung burung senja
bawa tembuninya ke sarang sarang matahari
ke balik kabut pepohonan
agar tak terjamah tangan tangan sihir
orang orang hitam

(2)
para inang pengasuh
rambutnya hitam sebatas pinggul
berbaris berjajar menjaga bulan
agar tak pudar warna cahaya
di wajah kanak kanak

(3)
lembu lembu perkasa
kereta perang sepasang anak kembar
melecut angin ke penjuru membawa duka
: “siapa maya denawa sekarang?”
sama rupa sama bayang
merengkuh tanah moyangnya sendiri
jadi padang padang sengketa!

(4)
wahai burung burung senja
bawalah tembuninya menjauh
cari inang pengasuh
agar disatukan kembali saudara kembarnya
agar dikenal tanah yang memeram akar darah
dagingnya sendiri

(5)
: “kau tahu?
ibuku meneteskan air matanya
membasuh mimpi buruk anak cucunya!”