Jumat, 11 September 2020

Hafney Maulana: MEMETIK CAHAYA

 

Data Buku Kumpulan Puisi
 
Judul : Memetik Cahaya
Penulis : Hafney Maulana
Penerbit : FAM Publishing, Kediri, Jawa Timur
Cetakan Pertama, Januari 2018
ISBN : 978-602-335-318-7
Desain Sampul : Joko Mulato
 
Sepilihan Puisi Hafney Maulana dalam Memetik Cahaya
 
ALIF AL AWALI
 
Bismillah awal kata
Bagai burung-burung Attar, kucari Alif
dalam tujuh lembah cinta
 
Bismillah awal kerja
Menggerakkan impian dari nyala api,
yang menari
 
Bismillah awal langkah
Kutelusuri hujan pada kalender,
yang berguguran
 
Bismillah awal tawakal
Mendekap syariat – tarekat – hakekat – makrifat,
dalam diri
 
Aku tafakur—
antara ranting terinjak kaki
 
Tembilahan, Negeri Seribu Parit, 2017
  
KUMATIKAN DIRIKU
SEBELUM KEMATIAN PANJANG
 
Ya haiyu ya qaiyum
Lidahku terkunci
Hatiku beku
Mataku buta
Telingaku tuli
Akal dirantaikan
 
Kesirnaan waktu dalam
Alif Lam Mim
Sang Maha Gaib dalam diri
Ruhku tersenyum dalam hakekat semesta
 
Lam menyapa angin, jadi napas
Bersenandung di kedalaman air
Tersebab Lam, Mim di arsy
Memeluk Ha
 
Dan aku meminum air dari sumber
matanya
Memberi tanda baca dalam hijaiyahNya
Memeluk Kaf Al -Khalik
Sampai Lamalif- Hamzah- Yaa
 
Tembilahan, Negeri Seribu Parit, 2017
 
 
JANGAN JAUHKAN JARAKKU DARI-MU
 
Gerimis memindahkan warna bulan
ke gelas anggurku
Tinggal sepi, tinggal waktu
Kuminum tanpa sisa
 
Pantaskan aku begitu angkuh di depan-Mu?
 
Jika salah diriku. Jangan jauhkan jarakku dari-Mu
Jika benar takdirku mendiami waktu-Mu,
biarkan aku terlelap di ranjang kematian
Menanti-Mu
 
Tembilahan, Negeri Seribu Parit, 2017
 
 
ADAKAH PUISIKU DI SIDRATUL MUNTAHA
 
Kukirim puisi untuk-Mu,
Melalui harumnya mawar
Walau jariku terluka
Tertusuk duri-durinya
 
Biarkan aku berdarah, tumpah
Dalam sepi yang sunyi
Hanya suara sungai bergema
Dalam batinku
 
Jadi, biarkanlah puisiku
Mengaliri doa-doaku
--- riwayat dan sejarah tak tertampung
dalam otakku ---
 
Catatan dalam kitab
Mengekalkan kekosongan manusia
Sampai pada tepi sepi puisi
Dengan keringat dan air mata
Ibadah
Menanti musim panen dan janji
 
Adakah puisiku
Di sidratul muntaha?
 
Tembilahan, Negeri Seribu Parit, 2017
 
 
PENGHAMBAAN JIWA
 
Membaca At-Tin
Demi buah tin dan buah zaitun
Tempat nabi Musa menerima wahyu
Di bukit yang tenang dan syahdu
Menghamparkan sejarah nabi Ibrahim
Subhanallah—
Nun bahtera nabi Nuh menampung dirimu
dalam Ba, Ta, Tsa
Benih kehidupan Al-Hut,  kelahiran
nabi Yunus dari kematian
 
Nun mentajalikan  sujud  setelah kematian
Tahukah dirimu apakah Nun?
Dialah sang Qalam yang menulis
dengan tinta rukuk  Mim
penghambaan jiwa, akal dan ruh
 
Aduhai diri, bacalah Alif, Lam dan Ha
seluruh nama-nama-Nya
Maha Hidup, Maha Penyayang dan-
mengetahui perbuatan hamba-hamba-Nya
 
Alif tempat mengharap para pengharap
Di rahim-Nya  kau kembali dari
sunyi  dan kembali ke sunyi
Mendulang Kaf,  Menjaring Lam, Mim dan Nun
Kun Fayakun—
Kau adalah sebutir debu
yang dipijak sang angin
Di sanalah kau hidup dan mati
Innalillahi wa inna ilaihi rajiun
 
Tembilahan, Negeri Seribu Parit, 2017
 
 
PERJALANAN PANJANG
 
Aku menyusuri setiap bernama liku
di mihrab mengutip waktu
 
Aku menembus setiap yang bernama ruang
langkah zikir membilang-bilang
 
Aku menyisir setiap yang bernama tepi
tunduk menunaikan sebuah janji
 
Aku mendulang setiap yang bernama rindu
fana tubuhku pulang pada-Mu
 
Tembilahan, Negeri Seribu Parit, 2017
 
 
KEPOMPONG  SUNYI
 
Aku memecah waktu di mataku
sempurnalah butaku
 
Aku menutup suara di telingaku
sempurnalah tuliku
 
Aku menghapus bayanganku
sempurnalah kefanaanku
 
Aku membakar jasadku
sempurnalah matiku
 
Aku kepompong sunyi
sehabis sunyi
 
Tembilahan, Negeri Seribu Parit, 2017
 
 
TENTANG HAFNEY MAULANA

Hafney Maulana  lahir tahun 1965 , di Sungai Luar, Kab. Indragiri Hilir, Riau. Karya puisinya  telah dimuat diberbagai media massa daerah maupun nasional dan berbagai antologi antara lain:  Antologi Puisi Penyair Abad 21 (Balai Pustaka, Jakarta 1996), Antologi Puisi Indonesia 1997 (KSI dan Angkasa Bandung, 1997), Amsal sebuah Patung (Yayasan Gunungan, Yogyakarta, 1997), Antologi Puisi Makam (pusat Pengkajian Bahasa dan Kebudayaan Melayu,Universitas Riau, Pekanbaru 1999), Antologi Puisi Jazirah Luka (Unri Pres, Pekanbaru 1999), Air Mata 1824 (Yayasan Pusaka Riau, Pekanbaru 2000), Resonansi Indonesia – Puisi dua bahasa Indonesia dan Mandarin (KSI, Jakarta 2000), Asia Throug Asian Eyes (CD-ROOM, Currikulum Corporation, Australia 2001), Dari Raja Ali Haji Ke Indragiri  (Panggung Melayu, Jakarta 2008 ), Melautkan Aksara Dalam Perahu Kata (Dinas Kebudayaan Kesenian dan Pariwisata Propensi Riau, 2005), Menjaring Cakrawala (Komunikasi Puitik Dunia Maya: Penerbit Wahana Jaya Abadi, Bandung 2010), Akulah Musi (Antologi Puisi Pertemuan Penyair Nusantara. V, Palembang, 2011),  Antologi Serumpun ( Dinas Kebudayaan Kesenian dan Pariwisata Propensi Riau, 2012), Sauk Seloko (Bunga Rampai Puisi Pertemuan Penyair Nusantara VI) Jambi 2012, Antologi Puisi Dua Bahasa enam Negara “Secangkir Kopi” (The Gayo Institute  Aceh, 2013), Antologi Puisi “Serumpun” bersama penyair Brunai Darussalam, Malaysia, Indonesia, Singapura (Yayasan Panggung Melayu, 2015), Antologi Sonian Tiga Negara “Ombak Biru Semenanjung” (Kosa Kata Kita, Jakarta, 2016) The Universe Haiku Semesta (Pustaka Haikuku, 2016), 1000 Haiku Indonesia (Kosa Kata Kita, 2017), Antologi Puisi “Ayah Bangsa” (Rose Book, 2017), Antologi Puisi “Api” (Majalah Sastra Maya, 2017), Antologi Puisi Keempat “Kultur” (Sahabat Rose Book, 2018), Antologi Puisi Kebangsaan “Celoteh di Bawah Bendera” (Perkumpulan Rumah Seni Asnur, 2018), 1000 Haiku Indonesia Musim ke-4 (Kosa Kata Kita, 2018) dan beberapa antologi lainnya.

         Kumpulan Puisi tunggalnya terkumpul dalam: Usia Yang Tertinggal (Batam Grafiti, 1996), Mengutip Makna Tamasya Purba (KBP, 2005), Ijab Kabul Pengantin (FAM Publishing, 2012), 100 Sonian “Hujan Dini Hari” (FAM Publishing 2016), Nikah Hari (Probi, 2016), “Memetik Cahaya” (FAM Publishing, 2017)
         Menerima Anugerah Pemangku Seni Tradisional bidang Sastra dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Riau, tahun 2014. Sekarang menetap di Tembilahan, Riau sebagai Pengawas Madrasah di lingkungan Kementerian Agama Kab. Indragiri Hilir, Riau.
  

CATATAN LAIN

Di halaman belakang buku, ada tiga testimoni, yaitu Rudi Anggoro (Bogor), Ahmad Gaus (Jakarta) dan Norham Abdul Wahab (Riau). Kata Norham Abdul Hawab: “Inilah Hafney. Dia tak pernah menulis dengan pena dan tinta. Dia selalu menulis dengan hati dan jantungnya. Seorang guru yang melampaui waktu.”

 
Kata Ahmad Gaus: “Puisi-puisi yang mengandung ajaran tasawuf – yang lazim disebut puisi sufistik – sudah menjadi tradisi tersendiri dalam sastra Islam ratusan tahun lamanya. Namun puisi jenis ini mulai jarang ditulis para penyair masa kini, yang kerap terjebak pada sastra religius yang verbalistis. Melalui buku ini penyair Hafney Maulana mengisi kekosongan tersebut. Dengan bentuk pengungkapan yang khas dan kedalaman isinya, puisi-puisi Hafney Maulana mampu menggemakan kembali pesan-pesan batin agama melalui medium karya sastra.”
 
Oya, kalau ada yang bertanya akronim penerbit buku ini, FAM Publishing, kukira jawabannya adalah Forum Aishiteru Menulis. Demikian.  

2 komentar:

  1. Assalamu'alaikum ww
    Terima kasih telah memuat puisi-puisi saya dalam Blog Kepada Puisi
    Semoga semakin sukses

    BalasHapus
  2. nice post kak
    suka puisinyaa :D
    mampir juga ke blog ku ya hehe
    andriabn andriabn andriabn andriabn andriabn andriabn andriabn andriabn andriabn andriabn andriabn andriabn andriabn andriabn andriabn andriabn andriabn andriabn andriabn andriabn andriabn andriabn andriabn andriabn

    BalasHapus