Data buku kumpulan puisi
Judul : Ciuman Hujan, Seratus Soneta Cinta
Penulis : Pablo Neruda
Cetakan :
I, 2009
Penerbit :
Penerbit Madah, Yogyakarta kerjasama dengan Parikesit Institute dan Interlude
Tebal :
vi + 128 halaman (100 judul puisi)
ISBN :
978-979-19797-0-2
Judul asal :
Cien Soetos de Amor, yang kemudian diterjemahkan dari bahasa Spanyol ke Bahasa
Inggris oleh Stephen Tapscott menjadi 100 Love Sonnets
Penerjemah ke Bahasa Indonesia :
Tia Setiadi
Editor :
Agus Manaji dan Sukandar
Kepada Matilde Urrutia
Istriku tercinta, aku menderita selagi aku
menuliskan “soneta-soneta” tak bernama ini; mereka melukaiku dan membuatku
lara, namun kebahagiaan yang kurasakan dalam mempersembahkannya kepadamu
sungguh maha luas bagaikan sabana....
Beberapa pilihan puisi/soneta Pablo Neruda
dalam Ciuman Hujan
XLVIII
Sepasang kekasih yang bahagia membuat sebuah
roti,
satu rembulan gugur di rerumputan
Ketika berjalan, mereka melemparkan sepasang
bebayang yang mengalir bersama;
ketika bangun, mereka meninggalkan satu surya
yang suwung di ranjangnya.
Dari segala kebenaran yang mungkin, mereka
memilih hari itu;
mereka menggenggamnya, bukan dengan tali tapi
dengan satu aroma.
Mereka tidak merobek kedamaian, tidak pula
meremukkan kata-kata
kebahagiaan mereka adalah menara yang tembus
pandang
Udara dan anggur menemani sepasang kekasih
yang bahagia itu.
Malam memberi kesenangan dengan
kelopak-kelopaknya yang riang.
Mereka punya hak atas semua bunga anyelir.
Sepasang kekasih yang bahagia, tanpa suatu
akhir, tanpa kematian,
mereka lahir, mereka mati, berkali-kali selagi
mereka hidup:
mereka memiliki kekekalan hidup yang alamiah.
XC
Aku pikir aku sedang sekarat, aku rasakan hawa
dingin mendekat
dan tahu bahwa dari seluruh hidupku cuma kau
yang kutinggalkan:
siang dan malamku yang fana adalah mulutmu,
kulitmu adalah kerajaan yang didirikan oleh
ciuman-ciumanku.
Pada saat itu buku-buku berhenti,
juga persahabatan, kekayaan menumpuk dengan
gelisah,
rumah transparan yang kau dan aku bangun:
segala sesuatu berguguran, kecuali matamu.
Sebab sementara kehidupan mengusik kita, cinta
hanyalah
gelombang yang lebih tinggi ketimbang
gelombang-gelombang lainnya:
tapi oh, kala maut datang mengetuk pintu
gerbang,
di sana hanya tatapanmu yang melawan begitu
banyak kekosongan,
hanya cahayamu yang melawan kepunahan,
hanya cintamu yang mengusir bebayang
XVII
Aku tak mencintaimu seakan kau mawar-bergaram,
atau manikam
atau panah bunga-bunga anyelir yang
diluncurkan nyala api
Aku mencintaimu bak benda-benda gelap tertentu
yang dicintai
dalam rahasia, di antara bebayang dan jiwa.
Aku mencintaimu bagaikan tanaman yang tak
pernah berbunga
namun membawa sinar dari bunga-bunga
tersembunyi dalam dirinya;
terima kasih pada cintamu atas harumnya yang
penuh
yang bangkit dari bumi, mukim dalam gelap di tubuhku
Aku mencintaimu tanpa tahu bagaimana, atau
kapan, atau dari mana
Aku mencintaimu dengan lugas, tanpa banyak
soal atau rasa bangga;
begitulah aku mencintaimu sebab aku tak tahu
jalan lain
selain itu: di mana aku tak ada, kau juga tak
ada
begitu dekat sehingga tanganmu yang di dadaku
tak lain tanganku,
begitu dekat sehingga ketika aku tidur seolah
matamulah yang terpejam.
XXIX
Engkau datang dari kemiskinan, dari
rumah-rumah di Selatan
dari lanskap-lanskap yang dingin dan berlindu
yang menawarkan pada kita – setelah dewa-dewa
itu terjungkal
ke dalam kematian – hikmah hidup, yang
terbentuk di lempung
Kau adalah kuda kecil dari lempung hitam,
sebuah ciuman
dari lumpur gelap, Kekasihku, sekuntum popy
lempung,
merpati senja yang terbang sepanjang jejalan,
tabungan airmata dari masa kecil kita yang
melarat
Gadis kecilku, jantung kemiskinan telah ada
dalam dirimu
kakimu terbiasa mengasah batu-batu
mulutmu tak selalu punya roti, atau gula-gula
Kau datang dari Selatan yang miskin, di mana
jiwaku bermula
di ketinggian langit itu ibumu masih mencuci
pakaian
dengan ibuku. Karena itulah aku memilihmu,
mempelaiku.
XCI
Usia merangkumi kita bagai gerimis
waktu tak berkesudahan dan sedih
bulu garam menyentuh parasmu
tetesannya merusak bajuku
Waktu tak terbedakan di antara tanganku
dan sekerumun jeruk dalam dirimu
dengan salju dan hidup terbaik yang meluruh
dalam hidupmu, yang juga hidupku
Hidupku, yang kuberikan padamu, terisi
dengan tahun-tahun bak sekelompok buah yang
mengembang
Anggur-anggur akan kembali ke bumi
Dan bahkan waktu turun di sana
terus-menerus, menunggu, menghujan
ke atas debu, berhasrat menghapuskan bahkan
ketakhadiran
XLIV
Kau mesti tahu bahwa aku tak mencintaimu dan
bahwa aku mencintaimu
sebab segala sesuatu yang hidup mempunyai dua
sisi
sepatah kata adalah satu sayap dari keheningan
api mempunyai separuh dingin
Aku mencintaimu untuk mulai mencintaimu
untuk memulai ketakterbatasan kembali
dan tak pernah berhenti mencintaimu:
sebab itulah mengapa aku tak mencintaimu
Aku mencintaimu dan tak mencintaimu, seolah
kugenggam
kunci-kunci di tanganku; untuk masa depan
kegembiraan –
nasib malang yang kacau balau —
Cintaku mempunyai dua kehidupan, untuk
mencintaimu;
sebab itulah aku mencintaimu ketika aku tak
mencintaimu
dan pula mengapa aku mencintaimu ketika aku
mencintaimu
Tentang Pablo Neruda
Lahir di kota
Parral, Chili, pada 12 Juli 1904. nama lengkapnya Ricardo Eliecer Naftali Reyes
Basoalto. Dalam tahun 1920, dia memakai nama pena Pablo Neruda, terinspirasi
dari seorang penyair Ceko, Jan Neruda. Pada 1927, karena putus asa, Neruda menerima
jabatan sebagai konsul kehormatan di Rangoon, Burma, seraya kerja serabutan di
Kolombo, Srilangka, Batavia dan Singapura. Di Jawa ia menikahi isterinya yang
pertama, seorang wanita Belanda pegawai bank, bernama Maryka Antonieta Hagenaar
Vogelzang. Menerima International Peace Prize (1950) dan The Nobel Prize for
Literature (1971). Buku-bukunya yang terbit: Crepusculario (Senja, 1923), Veinte Poemas de amor y una cancion
desesperada (1924), sehimpun sajak cintanya yang paling terkenal dan paling
banyak diterjemahkan. Kemudian espana en
el corazon (Spanyol di kalbuku) paska perang saudara di Spanyol, sebuah
situasi yang mengubahnya dari seorang individualis menjadi aktivis dan
membuatnya sangat terlibat dalam politik, Alturas
de Macchu Picchu (1945), sebuah puisi yang tebalnya satu buku, ditulis
dalam 12 bagian. Canto General de Chile (1950),
menghimpun 250 sajak Neruda yang dicipta saat masa-masa sulit, menjadi seorang
eksil di negeri sendiri. Kemudian Cien Sonetos
de amor (1960), buku ini, terbit di Boenos Aires. Neruda, meninggal di
Klinik Santa Maria, Santiago, pada malam 23 September 1973 terpapar Leukimia.
Konon, beberapa saat sebelum ia wafat, tentara-tentara Pinochet (Jenderal yang
memimpin Kudeta militer pada 11 september 1973), menggeledah rumah Neruda di
Isla Negra. Ucapan Neruda kala itu: “Carilah – hanya ada satu benda yang
berbahaya untuk kalian di sini – puisi”.
Foto Pablo Neruda dengan istri pertama Maryka Antonieta Hagenaar
Vogelzang di Batavia
Catatan Lain
Buku ini sampai ke
RS Jiwa Sambang Lihum pada 23 Juni 2011, kubeli dengan harga Rp. 25.000,- via
Indrian Toni. Thank, bro.. Seratus soneta cinta, terbagi dalam empat pembagian
waktu, yaitu: Pagi terdiri dari 32 soneta (I-XXXII), Senja terdiri dari
21 Soneta (XXXIII-LIII), Petang terdiri dari 25 soneta (LIV-LXXVII) dan
Malam terdiri dari 22 Soneta (LXXIX-C).
masih ada ga ya buku ini di pasaran sekarang??
BalasHapusSaya juga tak tahu. Coba tanya (via media sosial) Indrian Koto (yang jualin saya buku) atau Tia Setiadi (yang nerjemahin). Siapa tahu masih ada stok...
Hapus