Data
buku kumpulan puisi
Judul : Kerygma
& Martyria
Penulis : Remy
Sylado
Penerbit : Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta
Percetakan : PT Ikrar Mandiriabadi, Jakarta
Cetakan : I, Juli 2004
Tebal : 1056
halaman (881 puisi)
ISBN : 978-979-22-0918-2
Gambar sampul dan ilustrasi dalam : Remy Sylado
Desain sampul : Marcel A.W.
“yang mencari pengetahuan/akan menemukan pengertian/yang meremehkan
kebajikan/telah membuang kebahagiaan.”
(Sajak Amsal tentang Kebahagiaan, Remy
Sylado)
Kumpulan puisi Kerygma & Martyria terbagi atas dua
bagian, yaitu Kerygma (394 puisi) dan
Martyria (487 puisi)
Beberapa pilihan puisi Remy Sylado dalam Kerygma
Mukadimah
Menjadi
penyair berpercaya
banyak
yang terpanggil
sedikit
yang terpilih
Kusebut
diriku
pesyair
Senjata
buat Chusin
Seandainya
ada perumpamaan yang ampuh
aku
ingin jabarkan hatiku dalam dua ibarat
dalam
benci ia lebih keras dari batu berlian
dalam
cinta ia lebih lunak dari ubi beragi
dan
aku seperti terminal tempat berganti muat
Tapi
kenapa aku harus panggil benci
mengubah
kecantikan dengan keputusasaan
kalau
cinta datang memberi pengharapan
yang
memelihara keindahan abadi
hingga
daging berubah jadi tanah
Kuberi
kau pengertian tentang hidup
senjata
paling sakti dalam peperangan: cinta.
Zaman Azab
zamanku
dipenuhi azab
roh
terkilir dalam perjalanan ke surga
diganggu
hasrat mencintai serba bendawi
apa
perlu memakai zirah
agar
muka terlindung pencemaran dusta
di
waktu berbaris maju mengalahkan sesatan?
dunia
telah membusuk dan terus-terusan busuk
adakah
sungai-sungai yang mau membawanya hanyut
jauh
dari mata jauh dari hidung jauh dari rasa?
ini
agaknya baris-baris kenyataan kini
lebih
berkesan mati sebagai perkutut piaraan
ketimbang
mati sebagai orang yang penuh berjasa
ya,
matilah dalam kemuliaan digorok belanda
ketimbang
mati pelan-pelan disiksa sesama
tak
kudu sesalkan azab dalam zamanku
setiap
zaman ada algojo ada bajingan
terus
saja bangun walau di dalam tidur
jangan
terjadi bentang jalanan yang berjalan
dan
semua berdiri menganga ditinggalkan jalannya
lihat,
betapa jarum jam tak letih memutari angka
apa
dibiarkan zindik tersesat dalam putarannya?
aku
tampil dan menentukan pilihan untuk jadi garam
menyanyilah
nyaring, nyanyikan lagu pengharapan
menyanyilah
nyaring, kalahkan gemuruh gelombang
sembuhkan
sakit melalui larik-larik puisi kasih
laporkan
dalam zikir, dia mendengar dan melihat.
Satu Lorong
Kesedihan
adalah nyanyian romantis
ilham
bagi orang yang tegar pada kesengsaraan
Ayo,
ramai kita tertawa, munasabat
biarpun
atas kematian seorang kekasih
agar
kita tidak diperbudak ratap tangis
Selaksa
kali dalam usia yang pendek
manusia
lamuni kesenangan di surga
tapi
ia terkepung dalam bayang yang lumpuh
lantaran
tak diketahui jalan dalam petanya
Kita
lebih suka memperhatikan boulevard
yang
memberikan kesenangan seketika
dan
melupakan jalan yang penuh onak
lorong
menuju kesenangan kekal
Di
sengsara kita, kita madahkan lagu sedih
tapi
kita tahu peta satu lorong
yang
membebaskan ratap tangis.
Losmen
Losmen
yang kita pakai berbareng
bagi
istirahat raga tak lebih seabad
tertulis
dalam kepercayaan para penyair
dan
kita boleh mengantuk lantas tertidur
dalam
cara ayam berjaga di atas pohon
Jika
pencuri datang mencuri ajalnya
ayam
berkotek seperti kala bertelor
menyampaikan
berita akan adanya hidup
Kita
tinggalkan losmen sendiri-sendiri
sebab
jalan keluarnya teramat sempit
kendati
megahnya melebihi agung gapura
dan
kita mesti lolos setelah lulus di situ.
Melayu
Lampu
sudah menyala semua dibantu matari siang
namun
aku kesasar jua di rumahku sendiri yang gelap
setelah
bertahun berkelana atas dunia yang dipagar Plato
sambil
sulit mengganti menu menurut selera Kong Hu Cu
Apa
yang bisa kumainkan dalam keisengan ini
antara
memadahkan puisi kehidupan yang asing
pada
matra yang mesti digapai di balik bayang
Kebenaran
kini tak perlu disahkan dulu di barat
kerna
ia datang dari puncak-puncak gunung di utara
Kupelajari
itu dari migrasi burung-burung plover*
dari
tempatnya di Cina ke Jepang, dan ke sini
Maka
biar anak Melayu menjadi Melayu
Ada
dalam diriku sepi, juga gairah panas
Tapi
aku murid bangsaku yang mendengar.
-----------
* sejenis burung pantai dari keluarga Charadriinae, antara lain
Charadrius melodus
Masa Kanak di Semarang
Bersikeras
niatku hari ini pulang ke masa kanak
dalam
kegilaan pada kotaku yang dua candi
di
tujuh derajat Lingkar Selatan
Meminta
anganan melukis ulang warna Karangayu dan Bulu
tempat
minum dan merasa hidup oleh segelas es kombor
Atau
mampir di Jatingaleh yang suwung tapi kecing
bersama
Slamet umuk, Harto kemplu, Warno kucluk
teman
kelas 5 SR Karangasem yang dindingnya gedek
setelah
berpacu meluncur sepeda dari Srondol
Bebas
rasanya bisa keluar malam ke dukder di Yaik
walau
hanya membeli celengan dari uang celengan
Lukis,
lukiskan itu dalam anganan yang tak kembali
Betapapun
setiap kegilaan bisa juga jadi kebanggaan
Rumahku
di bukit Simongan dikepung pring-ri
Orang
melewatinya sebelum ke Sam Po Kong
Angin
laut dan angin gunung di sini berpapas
Di
depan, Laut Jawa, biru mendatar terlihat
Di
belakang, Gunung Ungaran, biru berkeluk terlihat
Di
sini, tempatku berdiri dan barangkali merenung
tenang,
masih senyap seperti cerita “malam kudus”
Ini
dia kampus seminari teologi, orang Texas rektornya
anaknya
David, temanku, mengajar kata-kata Amerika
dari
fuck you tapi juga “thy kingdom come”
Dan
aku coba nalarkan apa arti pribadi ideal
cowboy
dan bandit dalam satu diri
sebab
merpati dan ular adalah peran
Kutanggalkan
lukisan masa kanak
biar
bingkainya saja yang menggantung.
Kali Banjirkanal
Dulu
di atas ini tidak ada jembatan
yang
hubungkan Simongan dengan Lemahgempal
Seorang
kakek bernama Pak Min Pipo
mengantar
aku ke seberang dengan sampan
setengah
ece buat anak kecil, satu ece orang tua
Kalau
hujan mengguyur Ungaran di selatan
sungai
ini meluap air warna kopi susu
dan
aku mesti berjalan kaki ke utara
ke
Bulu, jalan yang ada penjara perempuan
Kini
aku lewat di atas jembatan ini
orang-orang
yang dulu di sini tiada lagi
Tersium
aku dari kembara ke masa lalu
masya
Allah – kuhitung tahun-tahun usiaku
Dan
aku bilang syukur ini hidup masih berlangsung
Di
bawah jembatan ini mengalir air yang berbeda
tapi
namanya tetap Kali Banjarkanal.
Doa Anak dari Z ke A
Z,
zat, kami bagian dari-Mu, ya Tuhan
Y,
yakin, tiada lain nama selain Engkau
X,
xenofobia, singkirkan dari hati kami
W,
wibawa, bentuk dalam kepercayaan kami
V,
visi, supaya kami tidak sempit bersikap
U,
utuh, dan jangan bawa kami ke perpecahan
T,
teguh, ajar kami bertahan dalam godaan
S,
suluh, agar kami bisa menerangi gelap
R,
renung, kami tetap menatap kebesaran-Mu
Q,
qurban, ikhtiar kami untuk menyembah-Mu
P,
puji, dengan mazmur kami sebut Engkau
O,
obat, Engkau penawar dalam sakit kami
N,
nyata, walau tak nampak Engkau hadir
M,
maha, tiada kata lebih mulia untuk-Mu
L,
layak, beri kami kehidupan yang pantas
K,
kokoh, kuatkan batin kami dengan alas kasih
J,
jujur, dan sinari kejernihan dalam sukma
I,
iman, kekuatan yang lebih dari batu karang
H,
harapan, Cuma yang beriman yang boleh ke surga
G,
gembala, yang baik hanya kias Tuhanku
F,
fatwa, demikian mesti jadi nasihat temurun
E,
erat, agar terlengket dalam ingatan manusia
D,
darah, dalam gambar anggur ada penebusan
B,
bebas, dan leluasa menuju aras Bapa
A,
amin, semoga Tuhan mendengar doa ini
Indonesiaku Raya
Jika
salju turun atas Jakarta
dan
tumbuh sakura sepanjang Tanjung Priok
Aku
tidak bilang terima kasih kepada Tuhanku
sebab
aku cinta negeri tropis pemberian-Nya ini
Di
sini aku mau mati dan menemui Dia di aras-Nya
Kisah Brur Yohan terhadap Ses Heni
Demikian
terjadi di Jakarta tahun ini
Brur
Yohan menembak istrinya Ses Heni
gara-gara
mata gelap tidak punya wang
Dor!
Dan Ses Heni pun jatuh – belum mati
Brur
Yohan ke dokter, dokter males datang
dokter
bilang: lebih tepat panggil pendeta
Brur
Yohan ke pendeta, pendeta telat datang
Ses
Heni mati, pendeta memimpin menyanyi
Nearer
my God to Thee, nearer to Thee*
Pendeta
pulang melanjutkan tidurnya
---------
* judul lagu gospel, biasa dinyanyikan di gereja mengiringi orang mati;
ciptaan lirik oleh Sarah F. Adams, 1841, dan musik oleh Lowell Mason, 1859.
Kapel Sistine
Michelangelo
merampungkan lukisan Sistine
Tentang
Tuhan di Kejadian sampai Wahyu
Dia
mengumpati Paus sebab honornya telat
Tapi
kita memujinya sebagai karya kesalehan.
Lex
Menghina
kepala negara
masuk
penjara
Menghina
kepala surga
masuk
neraka.
Doa buat Liwa
Semoga
sumbangan buat rakyat
Tidak
disunat oleh aparat
Dua Proposal
Kekayaan
bisa
dari setan
Keselamatan
cuma
dari Tuhan
Hatiku Dua Ladang Tua
Buat Seno Gumira Ajidarma
hatiku
dua ladang tua
sejuk
gunung hari bercinta
gerah
pantai ganti hari bercemburu
kalau
kau mau tabik
pergilah
dengan langkah undur
agar
tak tampak punggung sisa hari lalu
mataku
masih terpasang di bagian muka
tak
pandai meniru lakon kepiting
dari
tanah liat pematung mencipta patung
cantik
rupa seperti cerita pingkan
tapi
mati tak berikan orgasme
aku
penumpang pada istana tenahak
bisa
berdiri di atas dua kebenaran berbeda
tak
mesti gugup
tak
mesti tegang
tiada
musik yang terjemahkan makrifat ini
Kekayon
buat Jose Rizal Manua
Aku
bicara dengan dirimu dalam diriku
apa
yang ditunggu pada keringat mencari
mata
air di semua celah gunung cadas tandus
Kekhawatiran
pada satu-dua langkah di muka
bagaimana
merdekanya dengan hafalan rapal
penuh
bertabur sebagai bunga warna-warni
tapi
tak tinggalkan harum kerna mati
Aku
mau masuk ke satu jalan tanpa cabang
menggiringku
ke danau di atas gunung harapan
bagai
kayon dengan dua pintu dijaga raksasa
meski
cuma mimpi – ajari aku cara mendaki
sebab
mimpi juga hiburan bagi kematian
Jika
mata air berubah jadi pancuran
di
sana aku tahu tempatku istirahat
dan
air mataku adalah gaduh sukacita.
Soliloquy
(dibuat khusus dan dibacakan untuk ulang tahun ke-50 Sekolah Tinggi
Teologi, Jakarta)
Kita
memang tak bebas membuka mulut
dalam
makrifat kita tentang kemerdekaan
Kita
amat khatam terhadap seabrek kata tak boleh
yang
dibuat barangkali dengan sungguh hati
tapi
dijalankan dengan setengah hati
Hati
siapa bisa ayem menghadapi hari-hari depan
dalam
rasa judek oleh sejumlah kambing hitam
Bensin
naik, kambing hitamnya resesi
Kontrol
sosial terbit, kambing hitamnya subversi
Segala
strategi kejahatan, kambing hitamnya Lucifer
Tak
tahunya di belakang wewenang iblis atas Ayub
ternyata
Penghulu Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban
adalah
Khalik serwa sekalian – kami punya Bapa
Ini
karena kita kurang berbakat membedakan
antara
akal dengan okol, otak dengan otot
Yang
perlu pakai otak kita pakai otot
dan
otot memang selalu berguna ketika kita ingat
bahwa
tradisi pembunuh misterius berasal dari Kain
dan
kita senang terbenam dalam tradisi menyangkal:
“Aku
tak tahu, memangnya aku penjaga adikku?”
Sekiranya
mengundang maut bukan dosa
aku
taburkan muka bukan dengan bedak tapi tai kuda
lantas
kutikamkan dada bukan dengan cinta tapi dengki
sebelum
menggantung diri atas patriotisme semu Padamu Negri
Itu
lebih afdal barangkali ketimbang hidup bagai benalu
di
bumi yang diatur bukan oleh bangsa tapi bangsat
Namun
Yehwah, Gustiku, Apo mananatas
yang
menjadi gembalanya Daud
yang
memimpin Musa keluar dari tanah perhambaan
yang
menyertai Ibrahim dari Ur-Qasdim
yang
mengutus Franciscus Xaverius ke Ambon
yang
mengirim Josef Kam sampai ke Manado
bakal
mengantar batinku ke ambang kemerdekaan
Merdeka,
kau tau, tak sama seperti angin
Merdeka,
kau tau, adalah saudara sepupu naluri:
siapa
berhalakan akal bakal menjadi harimau
dan
domba mati tanpa mengajukan protes
Domba
memang mesti hati-hati
Padahal
puisi tak mungkin disambut dengan hati baja
Tak
oleh pelor
Tak
oleh rudal
Kendati
tanahku dijepit budaya Arab-India-Cina
puisiku
tak punya konfidensi model Kotaro Takamura
yang
boleh bebas dari sosok puisi Shakespeare
Mau
apa memangnya jika takdirku Indo
sebagaimana
nama negriku dikasih Adolf Bastian
Aku
sudah terbiasa dengan segala paradoks Indo
beef
steak dilengkapi sambel terasi
jalanan
hot-mix dilengkapi polisi-tidur
berpikir
modern dilengkapi pelestarian tradisi
dan
untuk memahami kebangunan bangsa seutuhnya
aku
harus khatam atas niyat ingsun adus cahyo
ingsun
ngirup cahyane sabuwono
sembari
keliru melafal mantra opo garida
weane
wewene e royor e kamberu
Tapi
puisiku berasal dari otak
demikian
aku waris kejemawaan ini
dari
Takdir Alisjahbana sampai Chairil Anwar
sementara
dengan otak yang kuyakin individualistis
yang
ditempa dari SD sampai PT
semua
tak daya menyelesaikan kemiskinan
dan
puisiku mesti berterus terang tentangnya
Puisiku
mesti melihat jurang miskin-kaya
Puisiku
mesti melihat diskriminasi pri-nonpri
Apa
boleh buat, Tuhan yang mengatur kodrat
mengatur
kaya mengatur miskin mengatur ras
Ketika
ras menjadi istimewa, aku tak suka ras
Aku
tak suka Nietzsche, Hitler, KKK
bajingan-bajingan
teologi – Ham bin Nuh
Karena
Tuhan adalah maha
maka
Tuhan adalah tanah
maka
Tuhan adalah air
maka
Tuhan adalah langit
maka
Tuhan adalah angin
Adalah
sunyi adalah hitam adalah putih
Adalah
gempita adalah tenang
Panjang
Ketika
Tuhan adalah daging
Aku
salibkan dia
Dan
aku senang
Tapi
ratap
Panjang
Bagiku
bumi adalah pesanggrahan, bukan rumah
karena
begitu memang aku harus mati dalamnya
Aku
mau mati sebagai badan
bukan
roh
yang
mengerti tentang asas merdeka
Merdeka
tidak semena-mena
Merdeka
tidak kongkalikong
Merdeka
tidak patgulipat
Merdeka
tidak ubermensch
Merdeka
tidak survival of the fittest
Merdeka
tidak pariwara
Merdeka
adalah karunia atas kasih
Setelah
itu aku tutup mata dalam kredo ini
Aku
domba
Ia
gembala
Hati
adalah tidur lama namun tak kekal
Ketika
aku bangun , karena pada giliran itu
Aku
ngotot dalam keyakinan
Bahwa
logos yang awalnya itu theos:
“kai
o logos pros ton theon
kai
theos en o logos,”
yang
mati menggantikan badanku
menghidupkan
rohku
Kyrios
Adonai
Tunggalkan
rohmu dengan rohku
Tunggalkan
sukmamu dengan sukmaku
Satu
hari di hari ujung
Tatkala
hari tak punya arti hari
Orang-orang
dengan akal lurus kini kian langka
dan
leluri hewani sudah kalahkan cinta
kerygma
tentang perhatian Tuhan
yang
bukan hanya terhadap Sion
Padahal
aku berada di antara mode ini
Celaka
12!
Di
wilayah daging, aku sulit mengerti, namun kebacut
bahwa
dalam semua hal harus ada perasaan puas
betapapun
tak sempurnanya ya
Barangkali
suatu Utarakuru yang tulen
memang
hadir di wilayah habis ajal nanti
ketika
aku berhenti pergi dan datang
Semakin
tua memang semakin bertumpuk masalah
Rasanya
aku ingin pulang lagi ke masa kanak
Masa
di mana harapan merupakan suatu simfoni
Pada
waktu itu, dambaanku satu, saban 25 Desember
menyanyi
senang, baju baru, makan enak
Sebelum
makan aku hanya punya satu doa
Yang
diajarkan misionari Texas:
“Our
Father, I am hungry, thank Thee, amen!”
Kini
doaku jadi njlimet dan sulit aku pahami
Aku
mesti berdoa kepada Allah
tanpa
bisa melupakan iblis
Theos
Elohim
Kepada
Allah kuucapkan selamat pagi di pagi
Kepada
Allah kuucapkan selamat malam di malam
Kepada
Allah kuucapkan terima kasih untuk semua
Terima
kasih karena matahari
Terima
kasih karena bulan
Terima
kasih karena bumi
Terima
kasih karena Indonesia
Tatkala
aku ucapkan ini aku mau iblis pun dengar
bahwa
aku masih tetap ingat dan takut pada Allah
bahwa
aku masih tetap sembah dan sujud pada Allah
betapapun
dengan iman yang timbul-tenggelam
Karena
ketika aku sibuk dan lupa Allah
aku
tahu Allah tidak lupa padaku
Hidup
memang bukan suatu tamasya tapi perang
Perang
melawan tirani
Perang
melawan korupsi
Perang
melawan narkotik
Perang
melawan kkomunisme
Perang
melawan antiteisme
Perang
melawan fundamentalisme
Dan
satu lagi, perang melawan iblis
biang
kerok segala dosa warisan pitarah
Sudah.
Beberapa pilihan puisi Remy Sylado dalam Martyria
Dari Ibunda tentang Sola Gratia
Kalau
aku bisa kembali ke rahim ibunda
dan
punya kuasa menawar untuk lahirku zakiah
melupa
waris pelanggaran Adam di babak Genesis
aku
minta sekarang pada sembilan nama malaikat
lepaskan
cawan yang telah menarik perhatian
keturunan
ular beludak memalamkan siang
Seandainya
boleh aku tidak berojol
dengan
kejemawaan hak sulungnya Kain
setelah
menunggu sembilan bulan hamil ibunda
di
bawah lilin-lilin bersorak: Joy to the world
maulah
aku menamatkan usia tanpa bimbang
di
adegan terakhir babak Apocalysis
Yang
mukhlis kuserukan namanya
atas
logos yang menjadi daging
mari
nuzul dalam rohku
mari
mendarah dalam jisimku
benderang
terus dalam kenangan lugu
menikmati
bayang-bayang melintas di kala selonjor
ada
saat menutup mata lebih indah dari membukanya
Aku
kira sudah telanjang
nuraniku
menjadi tempat memarkir
namun
roda-rodaku tidak usah berhenti
sebab
keretaku kadang ke kiri kadang ke kanan
sengaja
tersandung dan menikmati enaknya bahaya
Dari
ibunda aku melafaz fasih kesungguhan sola gratia
Gloria Patri
Aku
roda lanjutan dari kesalahan timur Eden
mencari
jalan lalu ketemu jalan tapi sesat di jalan
Bumi
yang tanpa keluh kesah dalam anganan remaja
dan
simbol-simbol cintanya pada revolusi rock
menjadi
gambar yang mengerikan oleh curiga
semakin
berilmu semakin sulit melenyapkan takut
Hidup
atas nama cinta disertai sarat pertengkaran
berjalan
sendiri angguran dan mungkin menyakitkan
Bisa
putus jalinan antara hati dengan hati
kecuali
hubungan rohku dengan roh-Nya
begitu
kearifan turun dari orangtua
Gloria
patri, kasih karunia tak pernah putus
Bukan Hari Baik Mencuci Tangan
Ini
bukan hari baik untuk mencuci tangan
kalau
anak-anak kandung menjadi babi-babi
diperdaya
obat-obatan dan tidak pedulikan yang esok
Emas
murni di atas Monas juga bisa redup
dan
perlu orang-orang yang dapat menggosoknya kembali
membuatnya
kempling dan dipuji mata yang memandangnya
Harimau
betina yang dikerangkeng di kebon binatang
masih
tetap memberi susu kepada setengah lusin anaknya
tapi
kenapa orang alim lupa mengasuh anak manusia
Ah,
lebih baik melihat kelakuan ular sawah
melilit
dan membunuh kambing karena laparnya
daripada
melihat penguasa yang bertindak semena-mena
Ini
bukan hari baik untuk mencuci tangan
kalau
oleh kesalahan memerintah rakyat menderita
kemiskinan
badani terjadi kerna pemiskinan rohani.
Ketika Hati Dipenuhi Cinta
ketika
hati dipenuhi cinta
dalam
syair ada indah kata
dalam
syair ada indah kata
ketika
malam purnama bercahaya
ketika
malam purnama bercahaya
kubisikkan
harapan di kuping adinda
kubisikkan
harapan di kuping adinda
dari
ayat syirul asyar favorit ibunda
dari
ayat syirul asyar favorit ibunda
dulu
ayah pernah berserah jiwa
dulu
ayah pernah berserah jiwa
serahkan
nasib kepada allah taala
serahkan
nasib kepada allah taala
teladan
sejati orang yang takwa
teladan
sejati orang yang takwa
setiap
langkah bersinar ceria
setiap
langkah bersinar ceria
ketika
hati dipenuhi cinta
Nudub Orang Beriman
Andai
kau sampai bimbang
Aku
bahkan sudah susah
Andai
kau sampai susah
Aku
bahkan sudah menangis
Andai
kau sampai menangis
Aku
bahkan sudah meratap
Andai
kau sampai meratap
Aku
bahkan sudah menderita
Andai
kau sampai menderita
Aku
bahkan sudah sekarat
Andai
kau sampai sekarat
Aku
bahkan sudah mati
Tapi
aku tidak putus asa
Sebab
andaipun aku mati
Tuhan
hadir menjemputku.
Bakung Putih di Batu
Orang-orang yang tidur
tidak nyenyak tidurnya
tetap bangun hatinya
bangunnya kerna cinta
Aku
ingin tidur lelap dalam letihku
mendambakan
perhentian di laut tanpa pulau
siapa
akan membelai rambut seperti tangan kasihmu
lembut
jemari bergerak dituntun naluri merpati
Cempiang
paling sangar di garis depan
juga
menangis ketika cintanya mati
mana
boleh aku berperan ganda selaku patung
diguyur
hujan disengat matahari bungkam saja
Aku
satria yang meratap nudub hari lampau
menangis
membayang ragu akan hari depan
tapi
tidak mengalah tidak putus asa
kakiku
seribu nuraniku wilayah Tuhan
Di
tafakur kekasih asli hadir mewakili Dia
membawa
cinta dengan bunga bakung putih
tidak
layu walaupun tumbuhnya di atas batu
Mencari Gnosis
Orang
mencari gnosis pada samadi
aku
menemukan pada memejamkan mata
Apa
engkau punya kebenaran yang lain?
Tunjukkan
perdamaian jangan lewat kepandaian
betapa
sering rasio hanya memamerkan kejemawaan
tetap
tidak membantu kemiskinan dan rasa lapar
Apa
engkau punya pembenaran yang lain?
Terburu-buru
orang sering berkata cinta
di
dalam kata birahi tak pernah terkata
setelah
berlalu gampang sekali menyala marah
Apa
engkau punya kebenaran yang lain?
Setelah
berpikir aku melihat ketakadilan
di
dalam banyak keputusan pengadilan
orang
menjual peradilan membeli keadilan
Apakah
engkau punya pembenaran yang lain?
Nb. Gnosis: bahasa Yunani untuk pengetahuan positif yang berhubungan
dengan kebenaran rohani, makrifat.
Khotbah Dalam Kamar di Bawah Tanah
Banyak
orang mengaku mengasihi Allah
Tapi
lebih mengasihi harta pemberian Allah
Lebih
banyak waktu untuk harta ketimbang Allah
Dan
harta berubah menjadi allah-allah berhala
Banyak
orang mengaku ingin jadi hamba Allah
Tapi
lebih kerap mereka memperhamba Allah
Menyuruh
Allah mencelakakan musuh mereka
Dan
marah jika musuh mereka malah berjaya
Banyak
pendeta memulai pelayanannya dalam miskin
Lantas
jadi kaya dalam bertahun melayani Allah
Aku
memilih miskin dalam puisiku melayani Allah
Dalam
miskin imanku terus diuji untuk jadi dewasa
Dengan Sukarela
Dalam
diri kita
ada
naluri burung
ingin
bebas dari sangkar
terkurung
dalam jeruji akal rekaan
Kalau
ular pandai bicara lagi
disalahkannya
kita yang enggan puas
memakan
bukan hanya ketika kita kenyang
tapi
juga ketika kita sedang muntah
Camkan
kekasihku tapi
dalam
laparku aku sebut namamu
kutulis
namamu dalam susah dan senang
dan
telah memenjarakan diri dengan sukarela
Desain Martyria
(1)
merah
di atas
putih
di bawah
ada
seada jantung
merah
darah
putih
roh
usai
mengucur
kini
suci menyuci
aku
sendiri berdiri
bersikeras
ini zairah
dengan
kelembutan macapat
(2)
aku
wujud nugraha
lahir
disumpah pedang
dibenci
sebagai keparat
kutembangkan
nada istikharah
ayahku
menyangukan welas asih
aku
mau jadi anak perdamaian
(3)
di
manakah engkau ketika ayah
menyuruh
anaknya menelan anggur
di
manakah engkau ketika ayah
membiarkan
anaknya mendaki bukit
di
manakah engkau ketika ayah
menghancurkan
batu dan merobek tirai
di
manakah engkau ketika ayah
menyerahkan
anaknya diusung laknat
aku
di sana mengakui penyesalan kita
(4)
anak
yang punya ayah
punya
sebuah rumah
tempat
tinggal
tempatnya
berdiri
ayah
membangun rumah
memberikan
kepada anaknya
tempat
tinggal
tempatnya
berdiri
anak
berdiri
di
tempat tinggal ayah
sampai
harinya
tempatnya
meninggal
setelah
meninggalkan rumah
rumah
tempatnya berdiri
ayah
dan anak tak usah lagi
tinggal
di rumah tempatnya meninggal
(5)
besok
anak menjadi ayah
hari
lalu berganti hari baru
cuma
satu tempat tinggal ada di bahu
sudah
dibangun sebelum ada ayah dan anak
dulu
anak dijanjikan sore di barat
menerima
matari bergerak diputari bumi
dipanggil
bersorak puji yang mengaturnya
kini
keindahannya tetap walau gerhana
selalu
menutup kemauan memberi sinar
ayah
yang baik tidak kehilangan akal
(6)
anak
minum anggur
merah
dan
menerima darah
yang
dirancang ayah
anak
makan roti
putih
dan
menerima mati
yang
mengganti tubuh
anak
melihat langit
biru
dan
bendera warisan ayah
berkibar-kibar
terus
anak
tidak usah memaki
musuh
sebab
belanda paling belanda
juga
ada di diri sendiri
(7)
barat
yang merah
sebentar
lagi pudar
timur
yang putih
hanya
menunggu waktu
merahku
syukur
putihku
syafaat
(8)
dalam
kata-kata sederhana
dengar
ini berita martyria
sebab
aku tak pandai bicara
dalam
kata-kata sederhana
dengar
kuharapkan hikmah
yang
kutemukan dalam bicara
(9)
byar
pet byar pet byar
pet
byar pet
byar
pet
byar
pada
Dia terang
pada
dia gelap.
Dasa Prastawa
berikan
alkohol kepada peminum
ia
telah mati sebelum meninggal
bukan
saat lapar timbul ide jahat
juga
dalam kenyang orang makin rakus
berselingkuh
mungkin vetsin
bercerai
pasti terasi
bebek
tidak punya jenderal
tapi
pintar berbaris-baris
cinta
yang diucapkan kepada sundal
dianggap
tip atas kerja mesumnya
cemburu
dalam bercinta adalah garam
menyatakan
curiga menyalakan kemarahan
nyamuk
cuma serangga lembek
belalainya
dapat menusuk daging
hati
orang jahat ibarat televisi rusak
sudah
diperbaiki masih jelek gambarnya
berikan
kasih kepada yang tertindas
terima
kasihnya adalah doa syukur
di
antara pengikut tepercaya ada yudas
jangan
kira dalam persatuan tiada duri
Gordel Van Smaragd
zamrud
boleh dicungkil dari mahkota raja
dicampakkan
tanpa sesal kepada babi
warnanya
tetap dihafal dalam puji
tanah
airku: sawah, ladang, hutan
aku
menjaganya, demi tuhan.
Salju di Puncak Jayawijaya
Seperti
daun cemara di salju Jayawijaya
tetap
hijau dalam kabur keputih-putihan
Begitu
puisi yang lahir dari ilham cinta
tetap
hangat oleh pengharapan-pengharapan
Siluet
aku
terombang-ambing
dari
bimbang ke bimbang
bagai
anak domba tersesat
dalam
hutan peradaban
–
naam, begitulah
yang
ingin aku ketahui
sampai
di mana jauhnya jauh
dua
kaki melangkah dalam gulita
sedang
maut di besok hari amat terang
kucatat
itu dari khazanah sejarah kemarin
dengan
kekuatan yang tak pernah menyerah
terhadap
kutukan yang paling sejati pun
–
naam, begitulah
kenapa
aku ingin mengetahui
wujud
alam yang kasatmata
di
mana kepalaku goyang
badanku
diam
di
atas perahu dalam danau
sudah
oleng oleh pawana pagi
tidak
melihat di dasarnya sana
bangkai-bangkai
kedengkian hati
membingkai
pikiran-pikiran tahir
–
naam, begitulah
Dari Cinta Orang Bermusuhan
Awan segala warna membalut mata
ada sebuah jendela di atas langit
dibuka sepasang tangan yang terluka
melambai-lambai memanggil namaku
Simfoni panjang yang tak juga rampung
memadahkan komposisi angka-angka abadi
pada kegelisahan murid-murid mubtadi
Aku terangkat lurus menuju bimasakti
terbang melampaui bintang-bintang
padahal aku tahu cuma satu bintang
yang pernah menuntun majus di timur
menemukan jalan paling sederhana
di antara cadas dan onak duri
Maunya satu biola di jemari maestro
dapat membujuk sukma pada penyerahan
melupakan dalil-dalil anak sekolahan
Engkaulah sosok yang membawa cinta
dan orang-orang masih terus berbencian
mempersoalkan ketulenan dan kepandiran
Kalau bah datang tanpa perjanjian bianglala
biarlah airnya perkasa menghanyutkan
warisan kesombongan raja-raja tua
Tentang
Remy Sylado
Tak ada biodata penulis di buku
ini. Silakan tanya mbah google. cuma ada fotonya di sampul belakang. Ni dia:
Catatan lain
Buku ini, sampai hari ini, masih memegang rekor
sebagai buku puisi tertebal yang pernah saya lihat. Tebalnya 1056 halaman, hard
cover, yang kalau diukur tebalnya kira-kira 6 cm. Di sampul belakang ada foto
penyairnya. Sialnya, tak ada daftar isi, jadi saya harus menghitungnya satu per
satu. Tiap sepuluh puisi, saya tandai dengan pena. Dan jika tak salah hitung
ada 881 judul puisi. Di antara halaman-halaman, sesekali muncul lukisan hasil
karya penyair. Nah, untuk lukisan yang ada di sampul itu, judulnya Purnama. Dibuat tahun 1982, cat minyak
atas kanvas, 95 x 120 cm. Halaman yang memuat lukisan tidak diberi nomor
halaman, jadi diloncati begitu saja. Lukisan Purnama berada di antara halaman 160-161. Halaman yang memuat
lukisan kertasnya licin sendiri. Dan jika tak salah hitung juga, ada 16 lukisan
di buku ini.
Di bagian depan,
tentu saja, ada halaman persembahan. Ada empat orang (saya tak begitu yakin,
bisa jadi lebih, yang jelas dibagi 4 baris) yang diterimakasihi, yaitu:
listiana srisanti/ramayanti budi santoso/connie constantia pinontoan/juliana caterina
panda tambajong. Penyair juga menuliskan
pengertian Kerygma dan Martyria di halaman 6, walaupun juga
mengutip dari kamus. Pake bahasa Inggris: Kerygma.
The word, as substantive, denotes both the act and the message, and ranges in
meaning from ‘adress’ and ‘call out’ to ‘summons’ (Encyclopedia of Theology, Karl Rahner). Martyria. Evidence given judicially or genitive record, report,
testimony, witness. (Dictionary of the
Greek Testament Exhaustive Concordance, James Strong). Oya, ada
kecenderungan, bahwa penyair (atau editor?) di buku ini, tidak memusingkan
ungkapan-ungkapan asing yang seharusnya digaris miring. Jadi saya pun berlaku
seperti itu juga.
Di bagian akhir, ada
tulisan penyair. Judulnya Apologia.
Tapi bukan Remy Sylado nama yang ada di bawahnya, melainkan namanya yang lain:
Yapi Tambayong (?). Saya mengutip beberapa bagian: “Saya menulis puisi dalam
kumpulan ini, karena saya yakin itu akan memberi faedah bagi banyak orang.
Pekerjaan ini – saya terpikat pada pernyataan Sitor Situmorang –
“Kepengarangan, berikut tanggung jawab intelektualnya, ada kesejajaran dengan
dan dapat dikiaskan sebagai kenabian…” …… Nabi, dari asal bahasa Akad, yang
diambil alih bahasa Ibrani, digunakan 309 kali dalam kita Ibrani (dan kitab itu
kemudian diterima juga sebagai testamentum pertama Alkitab Nasrani), diartikan
sebagai ‘orang yang mengimbau’.//Dalam konteks ini, mengimbau tidak harus
diterima sempit sebagai ujar-ujaran seseorang kepada orang lain, tetapi,
mengimbau, dalam masalah saya, saya maksudkan berlaku dari seseorang, lewat
nuraninya, kepada dirinya sendiri – semacam suatu mahkamah yang berulang gaung
memanggil pulang pada kebenaran – lalu berikut pada orang lain. Kemudian, di
konteks membicarakan sajak, dalam masalah saya, maka yang saya persoalkan
dengan justifikasi atas murad kenabian tersebut, adalah bahwa penulisan puisi
seyogyanya tumbuh dari nurani yang
terbuka, dibantu setidaknya oleh pengetahuan-pengetahuan keyakinan yang telah
lebih dulu mendiami perasaan dari peninggalan jejak sejarah – dalam hal ini
lewat tradisi masa kanak dan yuwana akan hafalan-hafalan doxologi, homologi,
kredo, untuk membangkitkan pokok tematik: memberi penghiburan dan pengharapan.”
Puisi-puisi di buku
ini, tak ada yang dikasih tanggal. Secara tematis, puisi-puisi di kumpulan ini banyak
yang bertema relijius sebagaimana keyakinan penyairnya, yang lain berisi
pokok-pokok kebajikan hidup, atau ada beberapa yang berisi kenangan, dan ada
juga sisa-sisa mbeling. Puisi
terpanjang, barangkali, yang berjudul Serat
Jati Pribadi, XV bagian, memakan halaman dari 461 sampai 486 (26 halaman).
Oya,
pertama kali lihat dan megang buku ini waktu ke kost Indrian Toni, waktu itu
masih dia masih tinggal di Jl. Bimo Kurdo dan masih bujangan. Itu sekitar
pertengahan 2013. “Masih kulihat ada satu di TB. Yusuf Agensi,” katanya.
Kucari, tak ada. Ketemunya malah setahun berikutnya, di kampung halaman
sendiri, waktu ada jualan buku di depan Perpustakaan Kota Banjarbaru. Sandi
Firly yang menunjukkan dan mengambilkan bukunya. Masih sampulan. 100 ribu. Lain
waktu ketemu lagi dengan buku ini waktu ada jualan buku di perpustakaan
provinsi. Harganya sekitar 70 ribu, tapi tanpa sampul dan sudah dibuka-buka
oleh banyak tangan. Hehe. Agak lama juga teronggok di rak saya tanpa dibuka
sampulnya. Mungkin saking membayangkan begitu banyaknya puisi dan takut mumet
duluan. Dan sekarang: selesai. Terima kasih Oom.
Sungguh sayang bila Anda belum mengenal dengan penyair eksentrik ini, 23761 (re-mi-si-la-do) Remy Sylado. Beliau dikenal dengan puisi mbeling-nya. Dramawan dan Novelis juga. Banyak sekali karyanya yang monumental, salah satunya Ca-Bau Kan yang sempat difilmkan. Karya yang berhubungan dengan bahasa juga menarik untuk dibaca, salah satunya 9 dari 10 Kata dalam Bahasa Indonesia adalah Asing.
BalasHapusYapi Tambayong adalah nama aslinya. Nama aliasnya yang lain Alif Danya Munsyi.
(Abi - Biro Sastra Dewan Kesenian Gresik)
Iya, Mas Abi, sampeyan benar. Makasih dah berbagi informasinya di sini :) Salam kenal.
Hapussaya membutuhkan buku ini untuk penelitian. cari-cari di kota saya sulit. online juga sulit. kalo boleh saya minta tolong untuk cepat dapat bukunya gimana ya?
BalasHapusdimana saya bisa beli buku tersebut, mksudnya?
BalasHapusWah,Mbak, saya juga bingung jawabnya. Tapi coba cari2 info di Yusuf Agency. Biasanya mereka sering ngadain bazaar buku bekerjasama dengan perpustakaan setempat. Kayaknya mereka punya fb dan twitter jg.
Hapusterimakasih infonya. saya sudah hubungi yusuf agency. mudah2an ada jawaban.
BalasHapus