Data
buku kumpulan puisi
Judul: Mata mBeling
Penulis: Jeihan
Penerbit: YPRSI (Yayasan Pengembangan Rupa Seni
Indonesia, Bandung)
bekerjasama dengan PT Grasindo, Jakarta
Percetakan: PT Gramedia, Jakarta
Cetakan: 1, Oktober 2000
ISBN: 979-669-941-9
Tebal: 148 halaman (40 puisi + 1 puisi tanpa
keterangan di halaman 1)
Editor: H. Atasi Amin
Penaggungjawab Produksi: Azasi Adi
Perwajahan: Bramantyo
Sketsa pada sampul depan dan di dalam buku:
Jeihan
Puisi pada sampul belakang: “Jeihan”, karya
Taufik Ismail
Prolog: Soni Farid Maulana (Jeihan, Puisi mBeling, dan Sastra Indonesia)
Epilog: Jakob Sumardjo (Antara Main-main dan Sungguh-sungguh)
Beberapa
pilihan puisi karya Jeihan dalam Mata mBeling:
ABAD
DUA PULUH
X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
X X
kita mau ke mana?
1975
PANGGILAN
NARKO
TIKNO
NARKOTIK
NO!
1974
MALAM
langit malam
bumi malam
laut malam
tiba-tiba
terbakar
leleh!
1972
KEJADIAN
di
dalam saku baju seseorang yang mati bunuh diri
ditemukan
secarik kertas bertuliskan:
bayang-bayangku
makin
memanjang
menarikku ke
belakang
tumbang!
rupanya
si mati itu penyair yang cair jadi syair
1974
KEMBALI
dari
gumpalan tanah
jadi
gumpalan darah
jadi
gumpalan nanah
dari
tanah ke tanah
1974
HAL,
2
O O O O O O O O O
O O O O O O O O O
O O O O O O O O O
O O O O O O O O O
O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O
O O O
O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O
O O O
O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O
O O O
O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O
O O O
O O O O O O O O O
O O O O O O O O O
O O O O O O O O O
O O O O O O O O O
S. O. S.
O 2
!
1975
KITA
KITA
laut
adalah kehidupan
perahu
adalah kita
kita
perlu tahu gelombang
pasang surut
kita
perlu tahu keseimbangan
agar selamat
1997
SALAM
Haiku
Hai kita
1973
MATA
seorang
dokter mata menguji penglihatan seorang pasien
dan
berkata, baca ini:
Z A M A N K I T A
si
pasien kemudian membacanya:
Z A M A N G I L A
maka
sang dokter memberi ia kacamata super jengkol
1974
(Sajak tanpa judul dan tanpa tahun yang ditemukan
di halaman 1)
matahari
menari
hari
matahari
mencari
diri
sendiri
ANAK
KEPADA IBUNYA
ma
mam!
1998
BANDUNG
dung
dung
dung
gunung gunung
kampung kampung
gedung gedung
dung
dung
dung
mesjid agung
gedung merdeka
cicadas (tempatku)
dung
dung
dung
hari terang
bunga kembang
burung terbang
degung (kusuka)
dung
dung
dung
bangun
bandung!
1981
Tentang
Jeihan Sukmantoro
Selain
dikenal sebagai pelukis papan atas, juga merupakan salah seorang pelopor
sekaligus konseptor gerakan Puisi mBeling
yang cukup populer pada awal tahun 1970-an. Ia lahir di Solo pada 26 September
1938. Sejumlah puisinya pernah dipublikasikan di majalah Aktuil dan Pop serta
beberapa media lainnya. Selain itu termuat juga dalam sebuah esai Mengintip Puisi Indonesia Kontemporer,
karya Sumardi yang termuat dalam antologi Festival
Desember 1975 (Dewan Kesenian Jakarta, 1976), Senandung Bandung (Swawedar 69 Bandung, 1981), Malam Seribu Bulan (Forum Sastra Bandung, 1992), dan Orba (Forum Sastra Bandung, 1994).
Catatan
Lain
Jika
dibandingkan dengan lembaran-lembaran yang berisikan prolog + epilog, maka
lembaran-lembaran yang memuat puisi bisa dibilang lebih tipis. Padahal
puisi-puisi dalam antologi ini dibuat sejak tahun 1969 sampai 1999. Tak sedikit
puisi-puisi mini yang terdapat di kumpulan ini. Namun, puisi-puisi dalam
kumpulan ini bisa dibilang “matang” meski puisinya banyak yang pendek. Sedikit
penjelasan, mari kita cermati kembali puisi berikut:
ANAK KEPADA
IBUNYA
ma
mam!
1998
Dalam
epilognya, Jakob mengatakan bahwa permainan kata dalam puisi ini (yang jika
digabungkan menjadi mamam alias makan) telah memasuki makna esensi. Sudah
sangat serius. Sajak singkat tersebut dapat punya makna banyak. Secara harfiah adalah seorang
anak yang minta makan kepada ibunya. Secara nilai dapat digambarkan sikap
ketergantungan dengan pihak lain. Di sini tersirat makna ketidakdewasaaan atau
ketidakmandirian seseorang.
Selain itu,
makna lebih mendalam dapat ditangkap juga dari penempatan puisi di setiap
halaman (ada yang di tengah, di pojok kiri atas, di pojok kiri bawah dan
sebagainya). Perhatikan penjelasan Jakob yang lain:
“Judulnya
ditempelkan di tengah-tengah halaman, sedangkan potongan kata-kata diletakkan
jauh di pojok bawah. Ini ikut mengisi makna sajak itu sendiri. Ibu sebagai
pusat kehidupan manusia, ia adalah sumber kehidupan, kedudukan sentral. Sedang
kata ma mam diletakkan jauh dari
pusat, bukan persis di bawahnya yang dapat punya arti hubungan hierarkis patrilinial, tetapi di pojok
bawah kanan, yang punya makna hubungan dinamis. Mengapa begitu jauh? Karena
adanya jarak potensi diri, ibu yang dewasa, anak yang balita. Dari
kelemahannya, si balita berucap: Ma, mam.
Dalam huruf italik yang lemah dan lembut. Kedengarannya sayup-sayup. Sedang
judul dengan kata Ibu dicetak tebal
dan tegas, lambang kekuatan, kedewasaan, melindungi, melayani.”
Salah satu
hal yang turut diamini dari penyair ini ialah pernyataan yang menyindir penyair
serius yang terlalu menjunjung tinggi nilai-nilai perpuisian, seperti para
penyair mbeling pada umumnya. Perhatikan sajak Kejadian, di sana Jeihan berpendapat orang yang meletakkan
kepenyairan di atas segala nilai hidup lebih baik “bunuh diri saja”. Baginya
puisi hanya bermain-main. Bisa ditinggalkan sewaktu-waktu kalau sudah bosan
bermain. Puisi tak usah dibela sampai mati. Berpuisi ibarat orang main gapleh.
Jangan terlalu serius. Penyair hanya langkah awal untuk menjadi pemikir.
Pernyataan
tadi menarik menurut saya, karena selain terasa seperti sindiran dan nasihat,
juga terasa seperti kredo Jeihan ketika berpuisi (^ ^) Barangkali yang “sewaktu-waktu”
itu juga penyebab sedikitnya puisi di buku ini (menurut saya...). Tapi jika
sekiranya buku ini tidak dilengkapi dengan pembahasan (puisi di buku ini
dibahas dalam prolog dan epilog yang panjang), barangkali para pembaca akan
dibuat bingung oleh pertanyaan “maknanya apa?”.
Di cover belakang buku ini diisi dengan puisi Taufik Ismail yang berjudul Jeihan, berikut puisinya:
jeihan
yang kau
sampaikan renung
yang
kutanyakan
mata.
yang kau gali
tembus
yang tiba
padaku
rongga.
yang kau
apungkan siapa
yang kutimbang
warna.
yang kau
gariskan bayang
yang
kutanyakan, masih saja
mata.
Sarasota, Florida,
Ahad 2 Agustus 1992, 22:16.
(AHMAD FAUZY)
Mantaff :-)
BalasHapusMantaff :-)
BalasHapustrims, sudah brkenan membaca ^ ^
Hapus-AF-
Apa makna dari puisi Bandung
BalasHapus