Data buku kumpulan puisi
Judul : Kata Hujan
Penulis : Ulfatin Ch.
Penerbit : Interlude, Yogyakarta
Cetakan : I, Juli 2013
Tebal : x + 54 halaman (49 puisi)
ISBN : 978-979-16340-6-9
Desain sampul : Omah Djanur
Gambar sampul : Sani
Tata letak : Gapura Omah Desain
Beberapa pilihan puisi Ulfatin Ch. dalam Kata Hujan
Ziarah Rindu
Di tanahmu, ibu. Aku pulang
membuka catatan lama
tentang rindu dan harapan
Di tanahmu, ibu. Hujan kupatahkan
agar derainya tak berujung di mata
Kuyup jiwaku
berkalang rinai mengasuh jarak
hingga sampai
2010
Membaca Batu
Akhirnya, wajah kita yang menunduk
membaca batu-batu di sepanjang jalan itu.
Dingin udara malam melangkahkan kaki kita
berputar-putar seperti piringan hitam
Tapi tak juga sampai pada kata
pada nada terkemas yang mendendangkan lagu
Mestinya Tuhan menciptakan kita bahagia, katamu
tapi, angin yang kesiur hanya menjawab rindu
2009
Anomali Rindu
Jika kau inginkan bunga dan ziarah. Maka
musim akan mencatatnya di sini
Di sepanjang perjalanan ini
daun-daun berhamburan memaknai rindu demi rindu
Jika sunyi dan kehadiran. Maka hujan akan
mengulumnya
dalam sebuah sajak
purnama dalam kelam, cinta pada kerinduan
Maka, sepanjang apa penantian
Jika kemarau atau pun hujan tak bisa kubaca lagi
akan selesaikah perjalanan
2010
Kekasih Hujan
Sebab rinai kekasih hujan
kutitipkan mata pelangiku padanya
agar rindu terbayarkan
Sebab guntur kekasih awan
kusematkan mata cintaku padanya
agar lunas segala resah
segala kesah
sesalku padamu
2010
Kata Hujan
Tes tes tes
kata hujan mencintai kamu
Di bibir payung yang terbuka, di atas aspal yang dingin
ia mencoba memungut rindu
yang terlanjur beku
2012
Pesan di Pintu
Hanya ada pesan di pintu
ketika aku pulang buru-buru sebelum menjemput kamu
Tak ada rindu. meski vas tanpa bunga itu pun bilang
tengah menunggu
tak ada kenangan. Meski setiap jejak di jalan
masih menuliskan namamu
2013
Lagu Hujan, 1
Hujan menurunkan nyanyinya
di bukit yang teduh di hati gemuruh
Tetes-tetesnya meninggalkan jejak
seperti sajak
yang tinggal berhamburan
Seperti angin meliuk di kisaran subuh
daun-daun luruh menjauh
2011
Lagu Hujan, 2
Hujan menyematkan rindu
di jantung bumi
di dada lebam penuh liku
Sungai-sungai mengalirkan air mata
mengalirkan cinta
Di sebelah mana langkah kupatahkan
agar derainya tak berujung
di mata
2011
Lagu Hujan, 3
Subuh, sebelum embun jatuh
hujan mengetuk pintu
memeluk rindu
Angin kesiut merontokkan daun cermai
dengan kisaran tak beraturan
resah di ranting-ranting basah
Di manakah kekasih berteduh
saat hujan jatuh
2012
Cinta Berpaling
Cintaku yang hilang
sepuluh tahun tak berbilang
di hutan malang
Dan jika kukenang, sayang
jiwa pun ingin melayang
Maka, kubiarkan saja ia
singgah ke mana disuka
Ke selatan atau ke utara
sama saja
toh, tak berujung ia padaku
2012
Hujan Januari
Tak ada batas jemu, jika terus menatap kamu
bahkan angin pun tak mengajakku surut
Seperti hujan januari
kau mengguyurkan rindu
Prasasti jingga, muara tak bermahkota
Ke manakah jalan cintamu
Selalu derai yang membatasi rindu
tanpa ucapan tanpa pelabuhan
Hanya sajak-sajak yang memaknai jarak
mengubah rentang menjadi rembang
2013
Melukis Air Mata
Dan seandainya laut pun tinta
dapatkah ia melukiskan air mata? Dapatkah ia
menuliskan makna cinta
yang sungainya mengalir dari gunung bermagma
Dapatkah ia menenggelamkan rindu
yang apinya menyala dari batu
yang sinarnya dari ketulusan tanpa kata
Dan seandainya matahari pun harapan
biarkan ia bersemayam pada bunga-bunga
biarkan ia tumbuh di dalam jiwa
agar dapat kulihat di sepanjang hayat
kudekap di dalam hijab
2011
Sajak Gugur
Satu kelopak bunga gugur di taman
satu sahabat, satu teman, satu saudara
dan, entah siapa lagi
menggenapkan hitungan ini
hingga di nol tangkai
Aku sendiri, entah kapan sampai
di urutan terdepan
sedang kaki kita masih terus melangkah
dengan sangat hati-hati sekali
menyisihkan lembar demi lembar buram masa lalu
untuk kita simpan sebagai kenangan
2009
Kepada N
Di sungai ini, aku ingin mengalir dengan sajakmu
berakhir di muara waktu
Di sungai ini, aku ingin menjadi batu yang tenggelam
di dasar hatimu. Tumbuh menjadi mawar jiwamu
Aku ingin bersemayam tanpa surat-surat
tanpa alamat di lubuk cintamu
2012
Tentang Ulfatin Ch
Ulfatin Ch lahir di Pati, 31
Oktober 1966. Merampungkan studi di IAIN Sunan Kalijaga. Menulis puisi, cerpen,
esai. Kumpulan puisinya: Selembar Daun
Jati (Pustaka Firdaus, 1996), Konser
Sunyi (1993), Nyanyian Alamanda
(Bentang Budaya, 2002), Rajawali Satu
Sayap (Interlude, 2013).
Catatan Lain
Dalam
sekapur sirih yang terdiri dari dua paragraf saja, ditulis begini: “Tema
sederhana, kata sederhana, dan bahasa sederhana itulah yang kupilih untuk
menguraikan perjalanan kehidupan ini. Cinta dan harapan sederhana yang bisa
terjadi pada siapa saja. Kau, aku, kamu dan kita, semua bisa
mengalaminya.//Dengan keikhlasan, aku paparkan sesuatu yang sederhana itu untuk
melengkapi yang sudah ada dan mengisi ruang-ruang kosong hati dan jiwa kita.
Semoga bermanfaat. Amin.”
Ulfatin Ch., penyair ini, telah hidup dalam kepala remaja
saya sejak ia baca puisi di Taman Ismail Marzuki (TIM) bersama Upita Agustine,
Dorothea Rosa Herliany, dan Abidah El Khalieqy. Saya masih menyimpan kliping
beritanya yang ditulis oleh Jose Rizal Suriaji, di kolom
bingkai, Republika Minggu. Ini tentang
pergelaran delapan penyair baca puisi di teater arena TIM, Jakarta, 27 – 28
Oktober 1994, foto yang ditampilkan saat itu adalah foto upita agustina, abidah
el khalieqy, dorothea rosa herliany, dan ulfatin Ch. 4 pejantan lainnya acep
zamzam noor, gus tf, jamal d. rahman dan soni farid maulana. Jika melihat
tahunnya, saat itu saya masih kelas 3 SMP. Dan ternyata itu hampir 20 tahun
yang lalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar