Data buku kumpulan puisi
Judul : Keagungan Ilahi
Penulis : Tony Ismoyo
Penerbit : Tiga Serangkai, Solo
Cetakan : I, 1985
Tebal : 48 halaman (31 puisi)
Setting Cg Compugraphic : Fajar AP
Koreksi dan Lay Out : A. Khabarna Ar
Beberapa pilihan puisi anak karya Tony Ismoyo dalam Keagungan
Ilahi
Perahu Nelayan
Angin laut bertiup lembut
Di tengah malam cuaca berkabut
Diterobos perahu para nelayan
Meluncur menuju tengah lautan
Udara dingin tak dihiraukan
Mengarungi lautan luas
Menebar jaring menangkap ikan
Hati mereka tak kenal was-was
Perahu kecil di tengah laut
Diayun ombak seperti sabut
Dipermainkan oleh gelombang
Diterpa angin bertiup kencang
Ombak bergulung berkejar-kejaran
Mempermainkan perahu nelayan
Tetapi mereka bersikap tenang
Tidak takut pada gelombang
Bundaku Sayang
Teringat aku masa kecilku
Dimanja dibuai di pangkuan ibu
Lembut mesra belaian tanganmu
Tak akan hilang dari ingatanku
Tercatat di dalam sejarah hidupku
Kasih sayang ibu kepadaku
Tak dapat diganti dengan harta benda
Tak mengharap balasan dariku
Nasehatmu kan kupatri di hati
Nan selalu menjadi cahaya hidupku
Padiku Subur
Hijau subur tanaman padiku
Kupupuk dan kuberi cukup air
Bergelombang bagaikan lautan biru
Tertiup lembutnya angin berdesir
Kubersihkan rumput serta pematang
Memberantas hama tak ketinggalan
Agar padiku cepat berkembang
Memberikan hasil yang memuaskan
Bila panen hampir kan tiba
Hati kami mulai gembira
Biar pipit datang menyerang
Akan kuusir dengan segera
Ayah membuat tempat berteduh
Di sudut sawah didirikan dangau
Di situ aku duduk bersimpuh
Pipit yang datang pasti kuhalau
Hiruk-pikuk suara di sawah
Mengusir pipit yang menyerbu padi
Para petani tampak bergairah
Menyambut panen yang tlah lama dinanti
Ketika musim panen tiba
Wajah petani riang gembira
Banyak karungnya berisi gabah
Beramai-ramai diangkut ke rumah
Di Perpustakaan
Di ruang perpustakaan
Kupinjam sebuah buku
Yang sesuai dengan seleraku
Di sudut ruang perpustakaan
Aku asyik membaca buku
Tenang tak ada yang mengganggu
Bila tak selesai kubaca
Buku kubawa pulang
Di rumah kubaca ulang
Membaca buku
Menggali sumber ilmu
Ruang perpustakaan
Menjadi sumber pengetahuan
Banjir
Banjir datang
Air deras mengalir
Jalan tertutup sampah
Air menggenangi sawah
Tangis sedih menggema
Padi menguning tertimbun lumpur
Harapan panen kabur
Hati serasa hancur
Bunga-bunga di Tamanku
Sepetak tanah di samping rumah
Kubuat sebuah taman
Kutanami bunga-bunga indah
Menyedapkan pemandangan
Bunga-bunga di tamanku
Baunya semerbak wangi
Mengundang lebah madu
Datang mengerumuni
Taman ini kecil mungil
Cuma di atas tanah secuil
Tetapi kuatur rapi
Setiap hari kusirami
Kesetiaan Induk Ayam
Seperti burung garuda
Mencakar dan mematuk
Kucing yang mendekati
Seperti seekor singa
Melabrak musuh
Yang mengganggu anaknya
Itulah induk ayam
Dengan setia
Menjaga anaknya
Dengan penuh keberanian
Membela anak tersayang
Sedih dan gembira
Suka dan duka
Kodrat si induk
Menjaga dan membela
Si anak buah hatinya
Burung-burung Berkicau
Burung prenjak di bambu gading
Melompat-lompat di atas ranting
Riang dan lincah tak henti-henti
Suaranya renyah menyambut pagi
Burung kepodang
Hinggap di pelepah pisang
Suaranya lantang
Menyambut hari tlah siang
Burung gelatik di atas pematang
Mencuri bulir padi tua
Berkicau sambil terbang
Hinggap di pelepah kelapa
Burung kutilang
Hinggap di cabang-cabang
Sedang mengintai belalang
Sambil berkicau riang
Burung jalak melompat-lompat
Mengejar jengkerik dekat pematang
Lalu bergerombol terbang
Karena hari beranjak petang
Untuk Sang Merah Putih
Sang Merah Putih
Lambang keberanian dan kesucian
Ribuan tahun telah silam
Berkibar megah di tanah airku
Biarpun penjajah yang tak tahu diri
Melipat kamu dari angkasa
Tetapi putra-putri pertiwi
Selalu tampil siap membela
Lembaran sejarah mencatat
Kisah-kisah kepahlawanan
Perjuangan putra-putri bangsa
Gugur dalam pertempuran
Sang Merah Putih
Lambang kejayaan bangsaku
Berkibar megah…
Sepanjang zaman…
Kami…
Generasi masa kini
Dan masa-masa mendatang
Tak akan berpangku tangan
Kami kencangkan ikat pinggang
Kami singsingkan lengan baju
Tak ragu-ragu kami terjun
Di tengah bangsaku yang sedang membangun
Laut
Bagi para nelayan
Adalah kancah perjuangan
Teman sehidup semati
Mencari rezeki setiap hari
Bagi para seniman
Sumber penggali gagasan
Menghasilkan berbagai karya
Berupa puisi, lagu dan lukisan
Bagi para ilmuwan
Untuk tempat penyelidikan
Mencari kekayaan yang tersembunyi
Sumber minyak lepas pantai
Nasib si Katak
Di tengah sawah di luar kampung
Suara katak ramai mendengkung
Tak putus-putus sambung-menyambung
Bagaikan orang main ketipung
Di tengah sawah airnya tergenang
Katak duduk dekat pematang
Di malam yang gelap mereka berdendang
Berlomba mengeluarkan suara lantang
Rok…rok…rok…teot…teot…teot…
Rok…rok…rok…kung…kung…kung…
Suaranya keras matanya melotot
Mulutnya terbuka lehernya menggelembung
Mereka berdendang bersuka ria
Bersenang-senang berpesta pora
Suaranya keras nyaring mendengking
Tak disadari keadaan menjadi genting
Kemudian suaranya mendadak lenyap
Katak besar keburu tertangkap
Masuk keruntung bagaikan tersekap
Menjadi swike bercampur kecap
Semula riang berpesta pora
Mereka lengah terhadap bahaya
Kini akhirnya tidak berdaya
Menjadi santapan di atas meja
Listrik Masuk Desa
Bila malam tiba
Desaku dulu gelap gulita
Kelap-kelip sinar pelita
Menembus gelapnya malam buta
Sejak sore hari
Mengontrol pelita tak boleh lupa
Agar segera dapat dinyalakan
Untuk sekedar menerangi ruangan
Kini listrik sudah masuk desa
Lampu pelita disisihkan ke gudang
Tinggal memijat saklar saja
Ruangan rumah terang benderang
Kelap-kelip pelita malam
Kini hanya tinggal kenangan
Di rumahku telah menyala
Lampu listrik yang cemerlang
Kelap-kelip pelita malam
Kini telah tersisihkan
Terdesak nyala bola lampu
Yang bersinar lebih terang
Televisi
Aku selalu asyik
Di muka televisi
Bila acaranya menarik
Kuikuti dengan teliti
Tetapi kuusahakan
Agar tidak mengganggu
Mengerjakan tugas harian
Pelajaran sekolahku
Keagungan Ilahi
Bila aku terkenang
Pergantian malam dan siang
Perputaran bumi dan bulan
Puncak gunung menjulang tinggi
Gema ombak memecah di pantai
Burung berkicau riang di dahan
Seolah bersyukur kepada Tuhan
Maka kagumlah aku kepada penciptanya
Kepada Tuhanku Yang Mahakuasa
Maka sadarlah kita manusia
Hanya pada-Nya segala puji
Hanya Dia tempat meminta
Hanya pada-Nya
Buat kita menghaturkan bakti
Jadi, …rugi…rugi…
Sekali lagi rugi
Manusia-manusia pengumbar angkara
Membuat noda dan kacau di bumi
Mengingkari firman Ilahi.
Tentang Tony Ismoyo
Tony Ismoyo….. (ah, sayang sekali, tak saya temukan
biodata penulis di dalam buku ini)
Catatan Lain
Saya belum pernah mendengar nama penulis kumpulan puisi
ini sebelum menyentuh bukunya. Dan lagi, penerbit tiga serangkai pun, rasanya
jarang-jarang menerbitkan buku puisi. Kalau buku teks pelajaran sekolah, banyak.
Di dalam halaman judul, ada disebut bahwa ini adalah “Kumpulan Puisi untuk
Anak-anak Sekolah Dasar”. Dalam Kata Pengantar pendek, hanya 3 paragraf, bertanda Pacitan, Februari 1985
itu, ada ditulis: “Maksud penulis menulis
kumpulan puisi ini untuk memberikan sesuatu yang sesuai dengan perkembangan
jiwa anak-anak. Penulis menyaksikan adanya lomba membaca puisi yang diikuti
oleh anak-anak, tetapi materi puisi yang dibaca adalah puisi berat yang kurang
dapat diserap oleh jalan pikiran anak.”
Ya,
begitulah, ternyata puisi bukan hanya monopoli orang dewasa. Setiap anak
memiliki hak untuk membaca puisi yang sesuai dengan perkembangannya. Ia juga
bebas untuk mengekpresikan diri melalui puisi tanpa harus memakai standar dan
ukuran orang dewasa. Naifnya orang dewasa, suka mengukur puisi anak dengan
ukuran orang dewasa. Ibarat memakaikan baju orang dewasa yang diperkecil. Bagi
saya, satu-satunya ukuran bagi puisi anak yang berhasil adalah kegembiraan yang
diciptakannya saat “berteman” dengan puisi. Lain tidak.
Saya senang membaca blog ini, bagus sekali...Kalau mau membeli buku-buku puisi anak yang ditampilkan bagaimana caranya?
BalasHapusSalam
Ibnu Burdah
UIN Sunan Kalijaga, 081 804 279 632
Makasih Mas Ibnu, sayangnya saya tidak tahu di mana buku-buku puisi anak itu sekarang bisa didapatkan? Seperti kebanyakan buku puisi lainnya, masa edar buku genre ini di toko-toko buku sangat pendek. Saya pun kebetulan jumpa di perpustakaan, atau dari rak buku punya teman, atau jika beruntung, ada yang ngasih. Kira-kira begitu, Mas.
HapusPenulis Buku ini masih ada, beliau tinggal di kota kecil pacitan jawa timur... dia adalah tetangga saya...yang mempunyai banyak buku karyanya di terbitkan di tiga serangkai
BalasHapusWah, sampaikan salam hormat saya pada Beliau. Semoga beliau sehat, panjang umur, dan menjalani hidup yang barokah.
Hapus