Data buku kumpulan puisi
Judul : Bunga-bunga Lentera
Editor : Ali Syamsudin Arsi
Penerbit : Sanggar Sastra Satu Satu Banjarbaru bekerja
sama dengan Dewan Kesenian Kota Banjarbaru
Cetakan : I, 2009
Supervisi : Ogi Fajar Nuzuli dan Hamami Adaby
Pemeriksa aksara : M. Mus’ab
Tebal : xiv + 166 halaman (137 puisi)
Beberapa pilihan “puisi anak” dalam Bungas-bunga Lentera
Kupu-kupu
kupu-kupu
sayapmu begitu indah
dengan warnamu yang menarik
saat kumelihatmu
terbang di atas bunga mawar
yang indah dan terayun pada tangkainya
memandang bunga-bunga
berwarna-warni
sangat lincah terbangmu
kian ke mari
senja mulai tiba
kau pun beterbangan
di antara pepohonan
untuk kembali pulang
Cempaka, April 2009
(karya Wahdaniah,
lahir di Marabahan, 13 November 1996, SDN Cempaka 2)
Bonekaku
bonekaku yang cantik
bonekaku yang lucu
bonekaku
aku senang di dekatmu
bila engkau hilang
maka dunia ini
terasa hampa dan sunyi
oh bonekaku
andai engkau hidup
pasti kita akan bermain setiap saat
aku ingin engkau menjadi sahabatku
di setiap saat
Cempaka, Maret 2009
(karya Nurlia
Rahmah, lahir di Cempaka, 24 Januari 1998, SDN Cempaka 2)
Kebun Jerukku
kulihat pohon jeruk yang ada di kebunku
kuberteduh di bawah pohonmu
dari sengatan matahari
daunmu sangat lebat
kupelihara kebunku dengan baik
tak sabar rasanya
ingin kunikmati buah jeruk dari kebunku
yang aku rawat susah payah
sekian lama aku merawat susah payah
kan kurawat sampai akhir hayatku
Pembataan, Maret 2009
(karya M. Apandi,
lahir di Pembataan, 1 November 2000, SDN Landasan Ulin Barat 3)
Air Hujan
tetes-tetes air hujan
dan bunyi di seng
bila datang hujan banyak orang
di dalam rumah kedinginan
ada orang tidur dan menonton televisi
ada anak-anak main hujan
dan dia gembira, senang
lalu dia pulang basah dan kedinginan
Pembataan, Maret 2009
(karya Faisal
Akhyar, lahir di Samarinda, 16 Agustus 1996, SDN Landasan Ulin Barat 3)
Bulan
bulan kau selalu ada saat malam
kau selalu ditemani bintang
kau sangat indah dilihat dari bumi
bulan kau selalu ada di setiap malam
kalau kau tak ada bagaimana bumi ini
malam hari sangat dingin
bulan apakah kau tidak lelah
menerangi bumi yang berputar ini
aku hanya ingin kau selalu ada di bumi
untuk menerangi malam yang dingin ini
Pembataan, Maret 2009
(karya Syahrin
Ramadan, lahir di Banjarbaru, 1 Januari 1999, SDN Landasan Ulin Barat 3)
Uang Saku
meskipun receh
kau tetap uang
apalagi di saku
kau uang saku
kini sakuku berisi
hi…!
sakuku tak rata lagi
receh
ya biarin
itu uang sakuku
semampu ayah dan ibu
Pembataan, Maret 2009
(karya Retno
Setyoning Tyas, SDN Landasan Ulin Barat 3)
Bunga Melati
bunga
kau begitu wangi
warnamu putih
batangmu hijau
tidak ada pun duri
karena itu
aku suka bunga melati
kau tumbuh ke sana ke sini
kadang-kadang aku
melihatmu di samping rumahku
setiap pagi dan sore
aku menyirammu
hingga kau tumbuh mekar
ada yang memanfaatkanmu
sebagai pakaian pengantin
aku pernah tidak menyirammu
berminggu-minggu
hingga kau layu dan mati
aku sangat sedih
tidak punya bunga melati lagi
Pembataan, Maret 2009
(karya Nurul Magfirah,
lahir di Pembataan, 8 Agustus 1997, SDN Landasan Ulin Barat 3)
Ibu
ibu, kau adalah matahari dalam hidupku
yang selalu menyinari hari-hariku
ibu, kau adalah bulan dalam malamku
yang selalu menerangi gelapnya malamku
ibu, kau adalah mimpi dalam tidurku
yang selalu menemani tidurku
ibu, kau adalah pelangi
yang selalu mewarnai hari-hariku
oh, ibu
kau sangat berjasa dalam hidupku
ketika kusedih kaulah gembiranya
ketika kusakit kaulah obatnya
terima kasih ibu
atas semua jasamu selama ini
tiada yang berjasa selain dirimu
ibu
Cempaka, Maret 2009
(karya Hilyati
Muna, lahir di Cempaka, 8 Juni 1997, SDN Cempaka 2)
Mutiara-mutiara Embun
mutiara-mutiara embun di pagi hari
menetes dari daun ke tanah
membasahi pagi yang berkabut
matahari mulai muncul dari ufuk timur
embun bagai permata yang jatuh dari langit
mutiara embun
bagai intan jatuh ke tanah
pagi terasa sejuk
karena ada embun yang dingin menyegarkan
embun
kau menjadikan pagi terasa segar, sejuk
sempurna
Cempaka, Maret 2009
(karya Nida
Luthfina, lahir di Pelaihari, 5 Mei 1998, SDN Cempaka 2)
Senyum Anak Cempaka
senyum anak Cempaka
menyelimuti canda dan tawa
yang tidak pernah lepas
dari anak-anak Cempaka
senyum yang indah
di bibir teman-temanku
yang selalu aku ingat
rasa bahagiaku
bila bersama mereka
di antara senyum anak Cempaka
yang tidak pernah hilang
dan
selalu bersemi
setiap hari
senyum anak Cempaka
Cempaka, April 2009
(karya Wardah
Asyahri, lahir di Kuala Kapuas, 4 Juni 1998, SDN Cempaka 2)
Ayah
kau selalu mencari nafkah buat kami
sedih dan gembira kau selalu ada
kaulah yang memberi harapan kami untuk hidup
ayah
terima kasih segala-galanya
kini hidup kami bahagia
dan gembira
kini giliran kami akan menjagamu
Cempaka, Maret 2009
(karya M. Jainul
Hilmi, lahir di Cempaka, 28 Juli 1996, SDN Cempaka 2)
Padang Karamunting
saat aku berjalan
di tengah-tengah hutan
aku melihat pohon karamunting
aku menghentikan langkahku
saat aku memperhatikannya dengan jelas
ternyata
pohon karamunting berbuah sangat banyak sekali
aku pun bingung
melihat pohon karamunting yang berbuahan
ternyata di situ hutan padang karamunting
pohon karamunting
aku kagum padamu
saat aku memandang
kau terlihat begitu anggun
dengan bungamu yang berwarna ungu
sangat menarik bagiku
terlebih dengan bungamu yang lebat
akan tampak menarik
Cempaka, April 2009
(karya Fitria Nur
Musa’adah, lahir di Cempaka, 31 Maret 1998, SDN Cempaka 2)
Catatan Lain
Buku ini sebenarnya terdiri
dari 5 bagian. Bagian 1, berisi
lembaran puisi-puisi juara FLS2N tingkat Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2009,
kategori SMP (4 puisi). Bagian 2,
berisi lembaran puisi-puisi juara lomba cipta puisi cinta yang diselenggarakan
oleh FKIP UNLAM, juga kategori SMP, (3 puisi). Bagian 3, berjudul Kelopak
Bunga, berisi puisi-puisi yang ditulis oleh siswa/siswi Sekolah Dasar
Negeri Landasan Ulin Barat 3, Banjarbaru. Diisi oleh 22 penulis dengan 44
puisi. Bagian 4, berjudul Kuncup Bunga, berisi puisi yang ditulis
oleh siswa/siswi SDN Cempaka 2, Banjarbaru, dengan 15 penulis dan 30 puisi.
Terakhir, bagian 5, berjudul Bias Lentera, diisi oleh siswa SMPN 11
Banjarbaru. Ada 28 penulis dengan 56 puisi.
Ada
beberapa komentar di halaman akhir buku. Saya yang saya kutip dari alm. Hamami
Adaby : “Ketika kubaca puisimu, dari anak sekolah dasar (SD), aku jadi
tersenyum kecil, menggelitik, ingat masa kanak. Puisiku mirip denganmu,
transparan atau blak-blakan, polos, lugu tapi pasti.//Saranku jangan berhenti
menulis, sebab hasil karya awalmu aku bangga karena puisimu adalah puisiku
ketika sebaya denganmu, dalam proses mengolah diri.”
Beda
dengan Sainul Hermawan, ia menulis begini: “Puisi dalam buku Bunga-bunga
Lentera ini harus membuat para guru terhenyak dan malu jika tak satupun puisi
pernah lahir dari tangan mereka. Buku ini rintisan penting yang menantang
dengan seakan berkata, ‘Ini puisi kami, mana puisi kamu?’ dengan semangat
patriotisme romantis.”
Oya,
buku ini juga ada sambutan walikotanya, walikota Banjarbaru waktu itu, Rudy
Resnawan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar