Rabu, 01 Juli 2015

Ajip Rosidi: SAJAK-SAJAK ANAK MATAHARI




Data buku kumpulan puisi

Judul : Sajak-sajak  Anak Matahari
Penulis : Ajip Rosidi
Cetakan : III, 1984 (cet. I: 1979)
Penerbit : PT Dunia Pustaka Jaya, Jakarta.
Dicetak : PT Karya Nusantara, Bandung
Tebal : 88 halaman (38 puisi)
Gambar jilid : Oesman Effendi
Ilustrasi : Oesman Effendi (42 buah sketsa)
Foto penyair : Djaulam Hutasoit

Sajak-sajak Anak Matahari terdiri dari dua kumpulan, yaitu Ingat Aku dalam Do’amu (11 puisi) dan Sajak-sajak Anak Matahari (27 puisi)

Beberapa pilihan puisi Ajip Rosidi dalam Sajak-sajak Anak Matahari

Do’a

Do’a ialah burung-burung cahaya yang kuterbangkan ke hadiratmu
Do’a ialah anak-anak panah cinta yang kuarahkan ke dalam kalbumu
Do’a ialah suara-suara ajaib tali jiwa yang kupetik setiap waktu
Do’a ialah bianglala yang menghubungkan keaibanku dengan kegaibanmu


Pertemuan Dua Orang Sufi

Ketika keduanya berpapasan, tak sepatah pun kata teguran
Hanya dua pasang mata yang tajam bersitatapan

Suhrawardi atas kuda: “Betapa dalam kulihat
samudra segala hakikat!”

Dan Muhyiddin di atas keledai: “Betapa fana dia
yang setia menjalani teladan RasulNya.”

Ketika keduanya bertemu, tak pun kata-kata salam
Tapi keduanya telah sefaham dalam diam



Wajah

Wajah yang puluhan tahun kukenal dari hari ke hari
Bagian akrab hidupku, tetap asing dan rahasia. Teka-teki!


Ilalang Bergelombang

Ilalang bergelombang dihembus angin tenggara
Ilalang bergelombang ditingkah suara serangga
Ilalang bergelombang di bawah terik matahari
Ilalang bergelombang, bergelombang tak henti, di dalam hati


Tunas

Pohon bertunas tak bersuara
mendapat kekuatan cahaya cinta


Bambu Jepang

Tahun lalu di halaman kutanam bambu serumpun
Sekarang tumbuh dalam hatiku daunnya merimbun


Pelangi

Titian warna yang menghubungkan kita dengan dunia gaib
Bermula pada hatiku, berahir pada matamu yang tak berkedip


Di Depan Lukisan Sadali

Dalam keindahan kutemukan keheningan
dan dalam keheningan kudapati kesalihan


Mesjid Yoyogi

Dalam rumahMu kutemui saudaraku
Sesama pengelana piatu di bumi yang satu


Lagu Musim Gugur

Meski musim ada empat, cintaku hanya satu!
Meski angin menjadi salju, hidupku cuma untukmu!

Jarak

Berapa jauh jarak terentang
antara engkau dengan aku?

Berapa jauh jarak terentang
antara engkau dengan urat leherku?

Tak pun sepatah kata
memisahkan kita


Hidup

Demi langit yang kujunjung
Demi laut yang kulayari
Demi kau yang selalu membisu
Hidup hari ini ladang hari nanti


Mina

Tiga buah lubang
jadi sasaran lontaran
Berjuta orang mengepungnya
tapi setan lepas juga
masuk dalam diri lelaki
yang memaki-maki terinjak kaki

Tiga buah lubang
tak habis-habisnya diserbu
Tapi orang-orang penuh napsu
setan pun bersembunyi di situ
(Tak mungkin ia dilontar
Tak mungkin ia dilempar)

(Telah kulontar setan
tapi betapa berat melawan
hawa napsu yang tak karuan lubangnya
tak tentu dasarnya
Setiap hari, setiap saat
harus kukalahkan.
Alangkah berat!)

Tiga buah lubang
jadi sasaran lontaran.
Sedang setan
bersembunyi pada tiga juta lubang
para pelemparnya.


Sementara Thawaf

Kukitari rumahMu
Kukitari rumahMu bersama jutaan umat
Ketika Kauturunkan rahmat
meresap ke dalam hati, memercik di sudut mata:
Tuhanku, Tuhanku, ampuni segala dosa kami
Ulurkan tanganMu, bimbing kami
ke jalan lurus yang Kauridoi.
Di bumi ini
dan di ahirat nanti.

Kukitari rumahMu
Berdesakan kukitari rumahMu
yang memberi kedamaian dalam diri
menyadari betapa busuk dan hina
segala pikiran keji
yang selalu tumbuh menggoda hati:
Tuhanku, Tuhanku, selamatkan kami
dari segala godaan setani
Percikkan hidayahMu, hindarkan kami
dari jalan yang mengarah ke api abadi.
Di bumi ini
dan di ahirat nanti.

Kukitari rumahMu
Kukitari rumahMu, ketika Engkau menurunkan
sayap-sayap ketentraman
ke dalam jutaan hati umat
yang berdatangan dari segala penjuru
memenuhi panggilanMu
Labaika, Allahumma labaika
Labaika, la syarikalaka

Allahuma
berilah kami kekuatan
untuk menjauhi laranganMu
untuk mematuhi suruhanMu

Beri kami kebaikan
Di bumi ini
dan di ahirat nanti

Dan jauhkan kami
dari api abadi.

Amin.


Ingat Aku dalam Do’amu

Ingat aku dalam do’amu: di depan makam Ibrahim
akan dikabulkan Yang Maha Rahim
Hidupku di dunia ini, di alam akhir nanti
lindungi dengan rahmat, limpahi dengan karunia Gusti

Ingat aku dalam do’amu: di depan makam Ibrahim
di dalam solatmu, dalam sadarmu, dalam mimpimu
Setiap tarikan nafasku, pun waktu menghembuskannya
jadilah berkah, semata limpahan rido Illahi

Ya Robbi!
Biarkan kasih-Mu mengalir abadi
Ingat aku dalam do’a-Mu
Ingat aku dalam firman-Mu
Ingat aku dalam diam-Mu
Ingat aku
Ingat

Amin


Tentang Ajip Rosidi
Ajip Rosidi lahir 31 Januari 1938 di Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat. Kumpulan sajaknya: Pesta (1956), Ketemu di Jalan (1956, bersama S.M. Ardan dan Sobron Aidit), Cari Muatan (1956), Surat Cinta Enday Rasidin (1960), Jante Arkidam (Bahasa Sunda, 1967), Jeram (1970), Ular dan Kabut (1973). Memimpin proyek penelitian Pantun dan Folklor Sunda (sejak 1970).


Catatan Lain
Ada tulisan begini di sampul belakang buku: “Sajak-sajak Anak Matahari, kumpulan sajaknya yang ketujuh, ditulis di tengah kesibukan pekerjaan administrasinya sehari-hari, merupakan tahap perkembangan kejiwaan yang baru. Suasana keagamaan yang akrab, membukakan pengalaman rohani yang lain, ditulis dalam sajak-sajak pendek yang menyaran. Ilustrasi yang dibuat Oeman Effendi memperkuat suasana yang bening itu.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar