Data
buku kumpulan puisi
Judul : Sajak-sajak Anak Matahari
Penulis : Ajip Rosidi
Cetakan :
III, 1984 (cet. I: 1979)
Penerbit :
PT Dunia Pustaka Jaya, Jakarta.
Dicetak :
PT Karya Nusantara, Bandung
Tebal : 88
halaman (38 puisi)
Gambar
jilid : Oesman Effendi
Ilustrasi
: Oesman Effendi (42 buah sketsa)
Foto
penyair : Djaulam Hutasoit
Sajak-sajak Anak
Matahari terdiri
dari dua kumpulan, yaitu Ingat Aku dalam
Do’amu (11 puisi) dan Sajak-sajak
Anak Matahari (27 puisi)
Beberapa pilihan puisi Ajip Rosidi dalam Sajak-sajak Anak Matahari
Do’a
Do’a ialah
burung-burung cahaya yang kuterbangkan ke hadiratmu
Do’a ialah
anak-anak panah cinta yang kuarahkan ke dalam kalbumu
Do’a ialah
suara-suara ajaib tali jiwa yang kupetik setiap waktu
Do’a ialah
bianglala yang menghubungkan keaibanku dengan kegaibanmu
Pertemuan
Dua Orang Sufi
Ketika
keduanya berpapasan, tak sepatah pun kata teguran
Hanya dua
pasang mata yang tajam bersitatapan
Suhrawardi
atas kuda: “Betapa dalam kulihat
samudra
segala hakikat!”
Dan
Muhyiddin di atas keledai: “Betapa fana dia
yang setia
menjalani teladan RasulNya.”
Ketika
keduanya bertemu, tak pun kata-kata salam
Tapi
keduanya telah sefaham dalam diam
Wajah
Wajah yang
puluhan tahun kukenal dari hari ke hari
Bagian akrab
hidupku, tetap asing dan rahasia. Teka-teki!
Ilalang
Bergelombang
Ilalang
bergelombang dihembus angin tenggara
Ilalang
bergelombang ditingkah suara serangga
Ilalang
bergelombang di bawah terik matahari
Ilalang
bergelombang, bergelombang tak henti, di dalam hati
Tunas
Pohon
bertunas tak bersuara
mendapat
kekuatan cahaya cinta
Bambu
Jepang
Tahun lalu
di halaman kutanam bambu serumpun
Sekarang
tumbuh dalam hatiku daunnya merimbun
Pelangi
Titian
warna yang menghubungkan kita dengan dunia gaib
Bermula
pada hatiku, berahir pada matamu yang tak berkedip
Di
Depan Lukisan Sadali
Dalam
keindahan kutemukan keheningan
dan dalam
keheningan kudapati kesalihan
Mesjid
Yoyogi
Dalam
rumahMu kutemui saudaraku
Sesama
pengelana piatu di bumi yang satu
Lagu
Musim Gugur
Meski
musim ada empat, cintaku hanya satu!
Meski
angin menjadi salju, hidupku cuma untukmu!
Jarak
Berapa
jauh jarak terentang
antara
engkau dengan aku?
Berapa
jauh jarak terentang
antara
engkau dengan urat leherku?
Tak pun
sepatah kata
memisahkan
kita
Hidup
Demi
langit yang kujunjung
Demi laut
yang kulayari
Demi kau
yang selalu membisu
Hidup hari
ini ladang hari nanti
Mina
Tiga buah
lubang
jadi
sasaran lontaran
Berjuta
orang mengepungnya
tapi setan
lepas juga
masuk
dalam diri lelaki
yang
memaki-maki terinjak kaki
Tiga buah
lubang
tak
habis-habisnya diserbu
Tapi
orang-orang penuh napsu
setan pun
bersembunyi di situ
(Tak
mungkin ia dilontar
Tak
mungkin ia dilempar)
(Telah
kulontar setan
tapi
betapa berat melawan
hawa napsu
yang tak karuan lubangnya
tak tentu
dasarnya
Setiap
hari, setiap saat
harus
kukalahkan.
Alangkah berat!)
Tiga buah
lubang
jadi
sasaran lontaran.
Sedang
setan
bersembunyi
pada tiga juta lubang
para
pelemparnya.
Sementara
Thawaf
Kukitari
rumahMu
Kukitari
rumahMu bersama jutaan umat
Ketika
Kauturunkan rahmat
meresap ke
dalam hati, memercik di sudut mata:
Tuhanku,
Tuhanku, ampuni segala dosa kami
Ulurkan
tanganMu, bimbing kami
ke jalan
lurus yang Kauridoi.
Di bumi
ini
dan di
ahirat nanti.
Kukitari
rumahMu
Berdesakan
kukitari rumahMu
yang memberi
kedamaian dalam diri
menyadari betapa
busuk dan hina
segala pikiran
keji
yang
selalu tumbuh menggoda hati:
Tuhanku,
Tuhanku, selamatkan kami
dari segala
godaan setani
Percikkan
hidayahMu, hindarkan kami
dari jalan
yang mengarah ke api abadi.
Di bumi
ini
dan di
ahirat nanti.
Kukitari
rumahMu
Kukitari
rumahMu, ketika Engkau menurunkan
sayap-sayap
ketentraman
ke dalam
jutaan hati umat
yang
berdatangan dari segala penjuru
memenuhi
panggilanMu
Labaika,
Allahumma labaika
Labaika,
la syarikalaka
Allahuma
berilah
kami kekuatan
untuk
menjauhi laranganMu
untuk
mematuhi suruhanMu
Beri kami
kebaikan
Di bumi
ini
dan di
ahirat nanti
Dan
jauhkan kami
dari api
abadi.
Amin.
Ingat
Aku dalam Do’amu
Ingat aku
dalam do’amu: di depan makam Ibrahim
akan
dikabulkan Yang Maha Rahim
Hidupku di
dunia ini, di alam akhir nanti
lindungi
dengan rahmat, limpahi dengan karunia Gusti
Ingat aku
dalam do’amu: di depan makam Ibrahim
di dalam
solatmu, dalam sadarmu, dalam mimpimu
Setiap
tarikan nafasku, pun waktu menghembuskannya
jadilah
berkah, semata limpahan rido Illahi
Ya Robbi!
Biarkan
kasih-Mu mengalir abadi
Ingat aku
dalam do’a-Mu
Ingat aku
dalam firman-Mu
Ingat aku
dalam diam-Mu
Ingat aku
Ingat
Amin
Tentang
Ajip Rosidi
Ajip Rosidi lahir 31 Januari 1938 di Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat. Kumpulan sajaknya: Pesta
(1956), Ketemu di Jalan (1956,
bersama S.M. Ardan dan Sobron Aidit), Cari
Muatan (1956), Surat Cinta Enday
Rasidin (1960), Jante Arkidam
(Bahasa Sunda, 1967), Jeram (1970), Ular dan Kabut (1973). Memimpin proyek
penelitian Pantun dan Folklor Sunda (sejak 1970).
Catatan Lain
Ada tulisan begini di sampul belakang buku: “Sajak-sajak Anak
Matahari, kumpulan sajaknya yang ketujuh, ditulis di tengah kesibukan pekerjaan
administrasinya sehari-hari, merupakan tahap perkembangan kejiwaan yang baru.
Suasana keagamaan yang akrab, membukakan pengalaman rohani yang lain, ditulis
dalam sajak-sajak pendek yang menyaran. Ilustrasi yang dibuat Oeman Effendi
memperkuat suasana yang bening itu.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar