Data
buku kumpulan puisi
Judul : Asmaul
Husna, Membuka Jalan Menggenggam Cinta
Penulis : Iberamsyah Barbary
Cetakan :
II, Januari 2012 (Cet. I, Agustus 2011)
Penerbit :
Kelompok Studi Sastra Banjarbaru (KSSB), Banjarbaru.
Dicetak :
PT. Grafika Wangi Kalimantan
Tebal : xvi
+ 112 halaman (101 puisi)
ISBN :
978-979-1333-06-1
Editor : HE.
Benyamine
Penyunting
Bahasa : Ali Syamsudin Arsi
Perancang
sampul : Deden K.F
Penata
letak : Ahmad Syahmiran, Syah Ridha Nugraha Barbary
Beberapa pilihan puisi Iberamsyah Barbary dalam Asmaul Husna
Maha Belas Kasih
(AR –RAUF)
Angin berhembus berputar dan beredar
Ke setiap celah dan sudut yang berdenyut
Bergelora pada jagat, kehidupan tata surya
manusia
Membelai dan menyentuh, sel-sel yang
memecah diri
Tumbuh, mengalirlah angin berdesah pada
napas
Memburu desah deru kehidupan yang dinamis
Menggeliat dari sumber yang sama
Energi Ilahiah yang Maha Belas Kasih
Biji-bijian terlindung dalam kulit,
yang mencengkeram kuat
Terbuai ulat dalam kepompong
Bermimpi terbang dalam damai
Menunggu kupu-kupu terbangun pagi hari
Biji-bijian tumbuh menyeruak,
yakin berdaun hijau
Ditopang akar, pohon dan ranting
Kupu-kupu mengepak sayap,
di antara pepohonan yang berbunga
Ada madu kehidupan, Sang Maha Belas Kasih
Tersungging senyum semua makhluk
Langit membuka pintu, memukau tebar
cinta-Nya
Mengalir semerbak wangi aroma taman surga
Kasih sayang yang disajikan
Bagai pemegang teguh cinta setia
Itulah secercah cahaya yang menyelinap
Dari Maha Pemilik Kerajaan
Tersimpan di hati yang menjaga nyala dengan
Keyakinan yang teguh
Yang Maha Sabar
(ASH - SHABUR)
Debu-debu berputar dalam deru cinta-Nya
Angin kasmaran, dengan sabar memberi cahaya
Dalam gelap cinta, meraba pegangan pasti
ada
Rumbai-rumbai cahaya terang, terus berputar
Mengintari titik terang membungkus rasa,
menebar
Benderang di hati yang sabar
Sabar tertelungkup, sujud
Berdiri tegak berputar, senyum damai yang
telah dirajut
Asik mengintari cahaya,
cinta di hati, rindu membara
Sadar mengapung
Dalam cinta yang membumbung
Di permukaan pusaran buih-buih rindu
menanti
Genggam cinta erat-erat di hati
Teruslah mengapung di permukaan
Pusaran cinta, sabar dalam penantian
Sampai berbunga mekar, harum semerbak
menebar santun
Dipetik, dalam taman surga
Genggam cinta selama kasih sayang-Nya
berbunga
Maha Mencegah
(AL – MANI)
Anak kecil menangis, gagal naik tangga
Sayang ibu memukulnya, dengan sakit
setengah hati
Patah-patah lebih sakit, menyiksa raga
Pukulan ibu, pembelajaran sabar, naluri
cintanya yang hakiki
Menunggu hikmah untuk tersenyum bangga
Terampil naik, memanjat dan mendaki
Nyanyi sedih tentang kehilangan cinta
Nyanyi derita membawa duka
Nyanyi sengsara nasib, lukalah jiwa
Lagu-lagu yang melukai permukaan hati
Pedih berdarah-darah belum membawa arti
Kasih sayang-Nya mencegah ada yang patah
hati
Membuat lagu berhenti bernyanyi
Sedih, derita, sengsara, paduan suara hidup
menyapa
Getaran hikmah menembus langit harapan
Dengan lagu-lagu sejuta cinta merebut rasa
Menunggu langit tertawa, dengan hujan
Sang Maha Mencegah, mendengar gelegar rindu
Awanpun berduyun-duyun,
Membuka pintu langit biru
Mengalirlah berkah, bintang-bintang
berselimut awan
Mereka yang sadar untuk tengadah, hatipun
menyatu rasa
Hujan telah membasahi ladang rindu-Nya
Mencegah kemarau, hidup para kekasih
terancam dahaga
Terdampar dalam derita,
Yang merusakan benih-benih rindu yang
menyemai cinta
Karena Dia Maha Memberi Derita
Yang
Maha Melindungi
(AL
– WALIY)
I.
Dalam
tebaran cahaya menyelusup sunyi membinar
Menyentuh pundak-pundak hamba
Hati yang berbunga, tumbuh di taman,
mekar
Harum ditebar, pesona semerbak
perlindungan-Nya
Tertanam dalam sadar, cinta yang
berwarna tidak pudar
II.
Bayi lelap
dalam pelukan dan kehangatan kasih
Ibu tersenyum dalam tetes air yang tulus
Kehangatan sayang dan kasih
Kekuatan ibu memberi lindungan damai
meredam tangis
Berlimpah embun lemak manis, rasa
mengalir tak ada pamrih
Tumbuhlah sang jabang bayi dalam
perlindungan-Nya yang manis
III. Rakyat dilindungi oleh para pemimpin, dengan
Ketegasan dan kebijakan yang berbunga
iman
Tegaknya hokum dan keadilan tanpa
keberpihakan
Kendati langit runtuh menimpa istana dan
singgasana
Mengalirlah lindungan-Nya dalam kekuatan
wibawa
Negara dilindungi oleh pemimpin yang
amanah,
melaksanakan sumpah
Kesejahteraan merata tidak pilih kasih
Sampai ke ujung negeri, kampung-kampung
sunyi
Ideologi, senjata utama pertahanan
Negara
Iman, pupuk amanah, menyuburkan
nasionalisme yang terpatri
Menghadang angin panas, gersang yang
terus datang bergelombang
Kekuatan perlindungan yang tumbuh dari
amanah yang putih bersih
Yang Maha Melindungi, bersemayan dalam
cahaya benderang
Di hati yang mengukir amanah
Layak dipuji oleh yang Maha Terpuji
Terangkatlah nilai wibawa dan martabat
Para manusia yang hanya berlindung di keteduhan
Maha Melindungi
Maha Luhur
(AL – JALIL)
Dia yang Agung Maha Luhur
Kasih sayang, mengalir ke segala relung
jiwa
Mahluk penghuni alam semesta
Dia yang Besar Maha Luhur
Digenggam-Nya kemutlakan tiada tara
Meninggikan dan memuliakan
Merendahkan dan menghinakan
Bertasbihlah segala mahluk dalam sumbunya
Saling menjaga batas edar dan kehendak rasa
Zikir menjaga amanah, keseimbangan jiwa
Damai di bawah naungan, keteduhan
singgasana-Nya
Getar Ilahiah, mewujudkan
Mengalir, menyebar, membesarkan
Bersatu lagi, di kedalaman samudra kuasa
Biru, sunyi, damai, di alur luhur cinta
Yang
Maha Pemurah
Yang Mengadakan dari Tiada
(AL – BARI)
Dari tiada ada, tidak dari apa-apa
Menjadi ada
Tiada ada logika, dari sesuatu apa
Menjadi ada
Logika bukan alat menilai segala
Dari tiada menjadi ada
Karena logika dari tiada ada menjadi ada
Terbatas dalam ada
Tak akan mampu menilai yang telah ada
Apalagi yang tersembunyi dalam rahasia
Logika meraba kasih
Manis mengalir, membentuk rasa di hati yang
papa
Dia sumber segala cinta, yang tersembunyi
Ditabur Nya lah cinta dalam cipta yang
nyata
Bergeloralah cinta para manusia, di hati
Menggulung rasa, mengenal dan mencari
Maha Pembentuk dari tiada bentuk
Karena Dia ada, membentuk cinta yang mutlak
Yang Awal
(AL – AWWAL)
Apa yang terjadi sebelum ledakan besar
Menggoncang sendi-sendi kebodohan ini
Barang kali tirai semesta, yang gelap pekat
gulita, lalu pudar
Lorong yang sangat besar, sepi
Ruangan terang benderang menyilaukan
Atau gemuruh bermacam deru dan bunyi
Berseteru, bergumul, bergolak lebur dalam
satu tarikan
Menuju muara permukaan yang kabut sunyi
Atas kehendak-Nya yang indah dalam sebuah
tatanan
Otak membeku, daya pikir semakin gelap rasa
meraba
Mencari tepi mimpi, yang penuh rahasia
Ditangan-Nyalah kunci Pandora, lorong pintu
langit terbuka
Segala cinta awal bermula, hatipun luruh
mengenal cinta
Zat yang wujudnya tidak ada permulaannya
Tanda kekuasaan, kebesaran dan
kekuasaan-Nya
Cahaya cinta berlabuh dalam denyut para
makhluk mengayuh
Punya cerita permulaan dan leluhur yang
mendahuluinya
Punya cerita akhir terputus dari silsilah,
walau sudah tertatah
Terhapus dalam cerita, tiada ada daya dalam
sejarah
Wujud para makhluk dari tiada ada, menjadi
ada
Melangkah dinamis kembali tidak ada cerita
Lebur dalam cahaya cinta Yang Maha Akhir
tidak berkesudahan
Maha Seimbang
(AL - MUQSIT)
Diberi-Nya kekayaan,
agar menebar isi dan berbagi
kepada yang memerlukan
Diberi kekuasaan, diri
untuk melayani, sesama insan
mengatur dan menata untuk keseimbangan rasa
Diberi kesempatan,
agar dinamis menangkap, ayat-ayat-Nya,
dan mengamalkan dengan penuh keyakinan
Yang kaya menyantuni yang miskin
Yang pintar dan cendikia,
memberi bimbingan dan pemberdayaan
Yang miskin sadar rasa,
berbenah diri tumbuh pintar
Yang merasa bodoh sadar,
bangkit belajar,
tumbuh pintar kebangkitan diri untuk
mengejar
Pintu Maha Keseimbangan-Nya,
selalu terbuka
Bagi yang sadar dan mengerti
Yang Maha Mengumpulkan, di alam nanti
memberi isyarat
Agar menjadi kuat,
bersinergi dengan iman yang melekat
Yang Maha Dibutuhkan
(ASH – SHAMAD)
Dia yang memandu hati para manusia
Dalam lorong-lorong rasa, ketika gelisah
menerpa
Membuat letih dan dahaga
Terkadang kita lupa
Bahwa kebutuhan telah tersedia, nyata
Telah ditebar dan disemai-Nya rejeki, para
makhluk
Berlimpah dan cukup sebatas timbul dan
tenggelamnya matahari
Telah ditebar rasa kasih sayang, di semua
rasa
Agar kebutuhan cinta mencintai, damai dalam
hidup
Bahwa manusia harus mengerti untuk berbagi
Dengan alam yang mengandung benih
Bahwa manusia harus mengerti
Menata rejeki, bercocok tanam, berniaga
dengan gigih
Menempa dan menggali
Agar berkeadilan seimbang dalam pamrih
Harmoni kasih, damai di bumi
Dipenuhi segala kebutuhan hasrat
Segala yang tersirat dan tersurat
Dalam dimensi dan tendensi
Perbendaharaan, potensi-Nya, meliputi dan
melingkupi
Kuasa-Nya, semesta raya tak bertepi
Yang Maha Hidup
(AL – HAYY)
Zat Yang Maha Hidup dalam kesendirian
Zat yang selalu ada, dan hidup dengan
segala sifat
Sumber segala kehidupan seluruh makhluk
Dia di mana-mana, tapi tidak berketentuan
di mana-mana
Ruang dan waktu sirna dalam zat dan
sifat-Nya
Energi mengalir dahsyat mendenyutkan
kehidupan nyata
Gambaran cinta yang tidak terhingga
Sepercik cahaya, dalam bongkahan tanah liat
yang fana
mengalir berjuta-juta sungai besar dan
kecil, menyelusup
Deras mengalir, jernih hangat membangkit
gairah rasa
Di telaga dan danau, berlimpah kehidupan,
berkecipak dan mengepak sayap
Tertata indah geliat, menyelam terbang dan
berlari menyibak angkasa
Renik-renik yang tidak terhingga
Membentuk wujud, atas kehendak-Nya,
tertatalah asa dan rasa
Taman dunia dengan pusparagam, pelangi
kehidupan makhluk
Manusia puspa jelita, terindah di taman
cinta yang elok
Sepercik cahaya kasih sayang-Nya kepada
insan
Akal budi dan kecerdasan bersemayan dalam
kalbu
Untuk memilah-memilih, menimbang dan memutuskan
Hitam atau putih, kecerdasan hidup
menggenggam kalbu
Cermin iman dan taqwa para insan
Dalam tatapan yang Maha Mandiri dalam
kuasa-Nya selalu
Maha Suci
(AL – QUDDUS)
Kita mengalir bagai anak-anak sungai
Hulu ke hilir mengangkut tingkah laku yang
lalai
Hitam, kelabu, coklat, kusam keruh berbau
Lewat menguap bersama angin lalu
Kalau demikian,
Kita mengalir membawa limbah, sampah
kesia-siaan
Dalam najis-najis yang memberhala dalam pikiran
Jangan sampai kejebak dalam selokan dan
kubangan
Kering dalam lumpur pekat berbau comberan
Mengalirlah dengan arus deras, ke muara
Menguras segala dekil di hati yang ada
Laut lepas menggarami semua bangkai-bangkai
terbantai
Dia Sucikan segala tulus yang ikhlas
melebur hati yang lalai
Di kebiruan yang jernih
Menguap dalam butir-butir air, sinar
matahari yang cerah
Menunggu singgasana langit, di rembulan
yang menawan
Dalam ke Maha Sucian
Mengalir jernih, menuju Salam keabadian
Yang Maha Bercahaya
(AN – NUR)
Terhampar dan terbentang luas tata surya
Bertatah sinar cahaya surga
Berkeindahan, menyingkap tabir gelap di
hati manusia
Warna-warna bertebaran adalah ayat-ayat-Nya
Sinar menuntun gelap,
Membangunkan hamba-hamba yang disergap
lelap
Mambungkus hamba yang sadar
Sinar dan cahaya tak berkesudahan menyentuh
Jauh di dalam tata surya galaksi manusia
yang utuh
Bersemayang bintang terang-Nya,menghias
jiwa-jiwa
Sinarnya-Nya pembuka tabir gelap
Cahaya gemerlap,
Tuntunan dan petunjuk, untuk mata hati yang
mampu menangkap
Menuju sumber kebenaran
Yang telah terhampar untuk sebuah
kemenangan
Maha Pengasih
(AR – RAHMAN)
Dia belai cipta-Nya dengan kasih
Lebih kasih dari pada induk yang meneteskan
air kasih
Lebih kasih dari pada ibu-ibu, mendekap
sayang
Yang meredakan tangis bayi-bayi, yang
merasa kehilangan seseorang
Mencari puting kehidupan, digairah para
wanita yang berbunga harum
Kasih mengalir pada perputaran siang dan
malam
Tiada henti
Tiada akan pernah berhenti
Sekalipun manusia lupa tentang janji
Lupa diri
Kasih tidak identik dengan jarum jam yang
berhenti
Dengan pertukaran kekuasaan antara siang
dan malam saling menepi
Terik panas yang membikin padang savana
terbakar, dan
Air laut meninggi, dataran pulau-pulau
menyelinap perlahan
gelombang mendebur berbusa duka, biru laut
tersedu disela karang yang tegak
Ribut makhluk, kehilangan tempat berpijak,
gairah tidak terkendali, di pusaran waktu
menghela nafsu
Kasih ada pada nyala dan menyelinapnya
pulau
Tidak ke mana-mana, dibalik warna prilaku
manusia yang selalu memburu
Sedalamnya laut yang tidak tertembus sinar
matahari
Binasa manusia menghendakinya, kalau tidak
sadar
Kasih ada pada kegelapan yang sangat dalam
sekali
Manusia hanya mampu meluncur layar
Meniti gelombang di permukaan laut menguji
sabar
Kasih, ada pada rasa di hati
Rasa yang tumbuh mencuat ke atas dan
berkembang
Tumbuh rimbun pada iman yang mekar berseri
Tidak berhenti berbunga sayang
Harum semerbak menggapai
Cinta-Nya Maha Penyayang
Yang Memuliakan
(AL – MU’IZZ)
Kesadaran yang telah memutihkan hati
Dari kelabu, yang hitam mengentali
Darah beku, mencemari denyut jantung
berdetak
Iman tersumbat dalam cahayanya, retak
Hati yang putih berkibar dalam semangat
Harga diri fitrah universal, kekuatan
membunuh gengsi yang melekat
Kemenangan iman yang ditancapkan kuat
Warna Rahmatan Lila’lamin
Dalam sadar kita menghindar, dari sandiwara
yang mengsyikkan
Menggoda, perangkap lakon yang dihinakan
Dia yang memuliakan
Dia pula yang menghinakan
Adalah sayang dalam ujian
Berbuah penilaian hitam putih, sebuah warna
Di tangannya rahasia, tak terduga
Kesadaran segala-galanya bermanja
Dalam suka duka
Syukur
Syukur
Syukur, putih, suci
Kesadaran yang tinggi
Cahaya kemuliaan
Selamat diri melangkah pada alur kehidupan
Dia yang menghinakan, bagi yang lalai
dengan kemuliaan
Maha Perkasa
(AL – AZIZ)
Dia tidak meninggalkan hambanya yang terpuruk
duka
Ketika direndahkan dalam hina
Ladangnya sedang dalam berbunga
Mekar hatinya, menatap rintik-rintik air
Senyumnya hanyut ke mana air mengalir
Diangkat-Nya ke permukaan,
mereka-mereka yang tidak menanam, perasaan
dendam berbunga benci
Diluaskan pandang dan padang perburuan,
mencari
Mereka-mereka yang damai dalam
mengembalakan nafsu
Dalam rentang kendali yang terukur
Debur gelombang menyisir pantai,
bergaris putih suci berseri
Kendati abrasi memahat mengukir tebing
Kikis terkikis rona tak terelakan
Karena gelombang dan debur adalah zikir
Wujud nyata sebagai berkah dan kekuatan
Diri yang hadir dalam perjalanan mencari
warna percintaan
Maha Perkasa sahabat sejati iman melekat
Ketika ragu datang memberi warna
Pilihan buah simalakama
Melebur ragu dalam paksa memetik
Memilih sebuah wujud kebenaran yang sudah
terbetik
Bimbingan nyata sang Maha Pemaksa
Yang Tidak Nyata
(AL – BATHIN)
Engkaulah zat yang Maha Tersembunyi
Yang tidak tertangkap oleh pandang dan
logika
Berdenyut dalam rindu, mencari
Angin berhembus membelai halus, terasa
Gairah sejuk memeluk, damai
Layar terkembang lebar membentang menangkap
suasana
Canda angin denyut rindu menghembus
Meluncurlah perahu, beralas biru laut yang
tulus
Mewujud dalam rasa yang halus dan tulus
Wahai yang tersembunyi, di balik tirai kaca
gelap
Tembus pandang-Mu, menjelajah semesta
bening menyergap
Membasuh dinding-dinding hati yang
berlumpur
Agar kami bisa menyelinap pandang dalam
ruang yang samar
Rindu pada berbunga
Menghirup wangi, yang tersembunyi di hati
yang bernyayi
Engkau Maha Menguasai taman hati para
manusia
Maha Memperhitungkan
(AL – HASIB)
Setiap makhluk telah dicukupkan,
dengan hitungan
Nikmat mengalir dalam gerak
Do’a dan ikhtiar ditebar semerbak
Gerak do’a dilengkapi dengan kekuatan iman
Gerak ikhtiar dilengkapi dengan kekuatan
akal dan pikiran
Itulah makhluk manusia menerjemahkan
Hewan dan tumbuh-tumbuhan
Kekuatan dan nalurinya
Kehidupan dan habitatnya
Air, angin, bulan dan matahari membentuk
musim yang membawa
Menambah rimbunnya cinta bertarung di
padang buruan
Saling mengisi dan memberi
Menatap Dia Yang Penuh Keagungan
Diperhitungkan segala yang diberi
Yang tercecer sia-sia, tergenggam dan
terbagi
Cahaya menuntun dalam terang yang luhur
Keseimbangan perhitungan mengatur
Yang nyata maupun yang tersembunyi
Dia Maha Luhur dalam menata dan
memperhitungkan
Kuasa-Nya tak terhingga dalam menilai
Tentang
Iberamsyah Barbary
Iberamsyah Barbary lahir di Kandangan, Kalimantan
Selatan, 2 Januari 1948. Sempat berkarir sebagai guru, sebelum kemudian bekerja
di Asuransi Jiwasraya hingga pensiun. Saat ini tinggal di Banjarbaru dan
bergabung dengan Kelompok Studi Sastra Banjarbaru.
Catatan Lain
Ada 3 nama di sampul belakang yang memberi
komentar, yaitu Hamami Adaby (alm), Burhanuddin Soebly (alm) dan Ibramsyah
Amandit. Di bagian dalam, pun ada pengantar penerbit yang diwakili oleh penyair
Arsyad Indradi dan ada pula pengantar Penyair, yang diwakili oleh Ali Syamsudin
Arsi. Di bagian biodata penyair, sepertinya belum ada daftar buku yang sudah
diterbitkan, sepertinya ini buku pertama, padahal kini penulis juga dikenal
dengan penulis gurindam 1001.
Saya berterima kasih kepada isteri saya,
yang sangat membantu dalam pengetikan puisi-puisi ini, sebagaimana sang
penyair, yang mendedikasikan buku ini untuk sang isteri, tiga anak dan tiga
menantu, sepertinya.
Jika kita
sepakat dengan asmaul husna, tentu ingatan kita akan melayang pada jumlahnya
yang hanya 99 nama. Nah, di buku ini ada 101 puisi. Ada 2 puisi yang mengapit
99 puisi utama, yaitu puisi 99 Warna
Cinta dan Membaca. Keduanya
dengan format penulisan di tengah (center). Berikut puisinya:
99 Warna Cinta
Aku hanya tahu 99 warna dari ayat-ayat-Mu
Terangi aku dengan cahaya warna-warna tak
terhingga
melukis menarik garis, cinta
Aku ingin melukis
dalam terangnya hati
Tidur dan bangunku
Luruh tumpah di kanvas sujud
Air mata rindu
Tarikan kuas, napas
Belum berkeindahan
Hatiku sendu membaca arti yang tersimpan
Bagaimana aku bisa
Menjadi warna, melukis cinta di depan mata
Apakah aku harus menyelam
Di telaga warna
Aku duduk di batu besar
diam memandang dalam
Cintaku berkecipak di permukaan
Berbaur dengan rindunya alam
Sekitar melukis indah, yang terbawa angin
Hanya inilah lukisan cintaku
Sekelumit rindu memendam
Guruh mata air yang terhunjam
Izinkan aku
Izinkan aku
Izinkan aku menyentuh air telaga yang
bening
Berpegang tangan, di akar pohon-pohon yang
kuat
Bermanja dengan air, jernih telaga-Mu
Aku lukis dahaga rindu, dengan segala warna
Permukaan yang menakjudkan
Daun-daun luruh
Air mata alam
Warna-warni rinduku
Yang terdampar di permukaan
Telaga cinta-Mu
Luas dan dalam
Membaca
membaca
membuka kitab
membuka langit dunia
sinar makna menerangi jiwa
membaca
kitab-kitab terbuka
hikmah-hikmah berbunga
harmonilah jiwa
lembaran-lembaran kitab mekar
kuncup hati terbuka lebar
warnanya menghias sekitar
menebar harum, merenda indahnya dunia
lembaran-lembaran kitab
selalu terbuka menerjemahkan cinta
menangkap hikmah
membuka jalan menggengam cinta
Yang Ar razzaq tkde ke??
BalasHapusAr razzaq tkde ea???
BalasHapusMana ar razzaaq?
BalasHapusKeren
BalasHapusAl adl gak ada ya '(
BalasHapusAl Qobidh gaada kak?
BalasHapusAl awwalu g ada?
BalasHapus