Data buku kumpulan puisi
Judul: Pahlawan dalam Puisi
Penulis: Sides
Sudyarto D.S.
Penerbit: Aqua Press, Jakarta
Percetakan: PT. NEW AQUA PRESS
Cetakan: ketiga, 1984 (pertama: 1979, kedua: 1981)
Seri: No. 002/AP/NA/79
Gambar sampul dan dalam: A. Mattheus
Ukuran huruf: UN – 11 –M
Jenis dan berat kertas isi: HVO 60 gram
Jenis dan berat kertas kulit: BC 180 gram
Tebal: 124 halaman (83 puisi)
Beberapa pilihan puisi
karya Sides Sudyarto D.S. dalam Pahlawan dalam Puisi
KYAI HAJI MAS MANSOER - 1946
Mubaligh, telah kau
syiarkan Islam yang hakiki
Semangatmu yang keras
bagaikan baja telah terbukti
Tidak hentinya kau berjuang
menyebar Islam nan suci
Biar aral melintang kau
tiada perduli.
Kyai yang tabah dan berani
Kau bela nasib bangsa
dengan semangat berapi-api
Dalam perjuangan nusa
mencapai proklamasi
Angkat senjata membela Ibu
Pertiwi.
Telah berpulang kau ke
pangkuan Illahi
Ketika dikau meringkuk
dalam tahanan Belanda
Tapi kau tiada sudi menurut
penjajah nan durhaka
Kau pilih mati syahid
daripada menjual negara.
DANUDIRDJA SETIA BUDHI - 1950
Telah tersebar bertalu-talu
namamu
Banteng yang kuat, jiwa
yang setia
Pada perjuangan nasional
Indonesia
Meski siksa menusukmu
beribu-ribu.
Setia Budhi, kau tiada
lelah
Meski disekap selalu oleh
penjajah
Hidupmu tertelan oleh
penjara demi penjara
Karena perjuanganmu untuk
Indonesia.
Tajam penamu, tajam lidahmu
Keras tekadmu bagai baja
nan tajam
Kau tantang dengan keras
ketidakadilan
Kau peras tenagamu untuk
kemerdekaan.
DR. FIRDINAND LUMBAN TOBING – 1962
Tatkala kau lahir dari
kandungan ibunda
Telah terpancar sinar
kesederhanaan dalam hidupmu
Lumban Tobing, kau dewasa
dalam pangkuan bunda
Kau perwira dalam pangkuan
bangsa
Lumban Tobing kau hidup
penuh kasih
Pecinta rakyat bernasib
pedih
Tiada ragu angkat senjata
Tiada segan menolong sesama
Ketika dikau pergi untuk
selama-lamanya
Tiada harta benda kau
tinggalkan bagi keluargamu
Hanya cintamu yang tiada
terbatas pada bangsa
Menjadi mahkota emas di
atas pusaramu.
WAHIDIN SUDIRO HUSODO
Dokter Wahidin Sudiro
Husodo
Kau selalu termenung muram
Meratapi nasib bangsamu nan
miskin
Sengsara, karena terjajah
Belanda.
Terketuk hatimu untuk
menolong bangsamu
Kau perjuangkan nasib dan martabat
bangsa
Dikau pendorong lahirnya
Budi Utomo
Kumpulan pembangkit
kesadaran bangsa
Dokter, kau sungguh
penolong rakyat yang sakit
Dikau pecinta bangsa nan
mulia
Tiada kenal lelah membela
nusa
Dikau pahlawan berjiwa
utama.
DR. SAHARDJO SH. - 1963
Kau catat ketika fajar
perjuangan menyingsing
Menyinari hari depan semua
Rakyat Indonesia
Kau tiada tertinggal
bersama mereka
Yang berjalan di garis
pengabdian
Sahardjo, tulus hatimu
mengabdi
Lewat pendidikan, lewat
kesarjanaan
Kau penuhi panggilan masa
Pohon keadilan selalu kau
bela
Sahardjo, kau berjiwa
pengayom
Penuh cinta kasih pada
sesama
Di dadamu tercantum bintang
Satya Lencana Kemerdekaan
Di hatimu tertanam jiwa
cinta kebangsaan.
KOLONEL SUGIYONO
Tiada ragu kau lakukan
tugasmu
Tiada bimbang dalam
melakukan pekerjaanmu
Siap selalu siaga selalu
Berjuang setiap waktu
Kolonel Sugiyono,
Dengan senjata di atas
pundakmu
Kau jaga keamanan negerimu
Kau jaga keselamatan
rakyatmu
Ketika kau gugur di tahun
1965
Kau tiada menjerit, tiada
merintih
Tabah, kuat selalu jiwamu
Menghadapi maut yang
merenggut hidupmu
Kolonel, dikau tak pernah
khianat
Pada perintah komandan
pasukan
Berlalu sudah pengabdianmu
Kepada bumi Indonesia.
SERDA K.K.O. ANUMERTA
JANATIN ALIAS USMAN BIN H. MOH. ALI, DAN
KOPRAL K.K.O. ANUMERTA
HARUN BIN SAID ALIAS TOHIR, - 1968
Usman dan Harun perajurit
berdarah kesatria
Tiada takut menentang badai
samudera raya
Tiada gentar menghadapi
musuh di seberang sana
Dengan semangat baja
menantang mara bahaya
Saat itu Oktober 1968, di
Penjara Changi, Singapura
Usman dan Harun berdua naik
ke tiang gantungan
Tiada mereka menangis.
Tiada keluh kesah
Diterimanya nasib sebagai
pahlawan Indonesia
Usman dan Harun, pembela
keutuhan Tanah Air dan Bangsa
Telah pergi kau atas nama
revolusi suci Indonesia
Berkorban engkau jasad dan
sukmamu melayang tiada kembali
Karena panggilan Ibu
Pertiwi
Usman dan Harun, seluruh
rakyatmu mengerti
Kebesaran jiwamu, keharuman
namamu
Selamat jalan para pahlawan
bangsa
Semoga Illahi menerima amal
baktimu.
MAYJEN. T.N.I. ANUMERTA
SUTOYO SISWOMIHARDJO – 1965
Telah pergi dikau bagai
anak panah
Nan lepas dari busurnya
Tatkala negara sedang
menunggu
Pengabdian setiap putranya
Mayor Jenderal Sutoyo
Tenang engkau dalam segala
cuaca
Tabah bagaikan tembok baja
Setia mengabdi bangsa
Telah pergi dikau, sebagai
Pahlawan Revolusi
Semoga arwahmu mendapat
tempat yang layak
Di sisi Illahi
Dikau perwira, perajurit
bangsa.
MARSMA R. ISWAHYUDI
Wangi namamu bagai melati
mekar putih
Tersebar harummu dalam
sejarah bangsamu
Pengabdianmu tiada pernah
terlupakan
Dalam sanubari bangsamu
Dikau terbang cepat bagaikan
rajawali
Menembus langit hitam
berawan
Mencari senjata dan
perlengkapan perang
Untuk perjuangan
kemerdekaan
Di kala 14 Desember 1947,
kau terbang tinggi
Mencari bantuan untuk
jalannya revolusi
Kau gugur bersama pesawatmu
yang hancur
Di Tanjung Hantu, negeri
Malaysia
Namun pahlawan, kau kan
selalu hidup
Dalam ingatan bangsamu
Dikau perintis kebesaran
Angkatan Udara
Benteng keselamatan
Indonesia.
SULTAN AGUNG ANYOKROKUSUMO
Sultan Agung namamu sungguh
agung
Harum semerbak ke penjuru
Nusantara
Kau tumbuhkan kerajaan Mataram
Raya
Kau persatukan rakyat
seluruh negara
Sultan nan bijaksana jasamu
mulia
Dikau perwira penentang
penjajah Belanda
Pada jaman dulu kala
Karena dikau cinta bangsa
Sultan Agung nan perwira
Pelopor kesatria berjiwa
merdeka
Seluruh hidupmu mengabdi
nusa
Dikau merintis kebesaran
bangsa.
SUPENO
Tanpa cemas dikau
mengarungi kehidupan
Yang penuh suka dan duka
Yang penuh dengan onak dan
duri
Sepanjang perjalanan
Supeno yang tangguh, kau
terbunuh
Ketika engkau memegang
jabatan Menteri Pembangunan
Kau gugur ketika engkau
sedang bergerilya
Sebuah peluru Belanda
menembus dadamu
Jalanmu panjang selesai
sudah
Hidupmu kau abdikan pada
pergerakan
Untuk mencapai kemerdekaan
Yang telah lama kita
dambakan.
PROF. DR. KUSUMAH ATMADJA SH. - 1952
Profesor kau telah berhasil
membuktikan
Bahwa anak Indonesia juga
mampu menjadi sarjana
Yang penuh kecerdasan dan
kebaktian
Meski penjajah mengungkung
selalu negerimu
Kusumah Atmadja, telah kau
tunjukkan
Kekuatan pribadimu sebagai
warga negeri ini
Tiada kenal kompromi dalam
juangmu
Tiada luntur kesetiaanmu
pada Republik ini.
Ke Bangka kau jalani
pembuangan
Karena kau tiada mau
membelok mengekor lawan
Kau pilih hanya satu dalam
hidupmu
Mengabdi bangsa dan negara.
PANGERAN ANTASARI
Pangeran, walaupun dikau
keturunan raja
Namun kau hidup di tengah
rakyat biasa
Karena kau cinta seluruh
warga
Karena kau cinta seluruh
bangsa.
Dikau pahlawan, selalu
memihak kebenaran
Kau bantu selalu Pangeran
Hidayat, saudaramu
Yang selalu dihina penjajah
Yang selalu dikejar Belanda
Pangeran Antasari, satria
perwira
Kau berjuang tidak kenal
menyerah
Di bulan Oktober 1862 kau
gempur sarang penjajah
Namun dikau gugur tatkala
11 Oktober 1862
Tewas kau di medan laga
sebagai kusuma bangsa
Gugur di atas haribaan ibu
pertiwi
Usai sudah tugas juangmu
Berkorban untuk kemerdekaan
negerimu.
PROFESOR DR. SUHARSO
Profesor, dikau pengabdi
perikemanusiaan
Penolong insan yang cacat
karena perjuangan
Membela Tanah Air dan
bangsa
Walau dikau selalu terancam
bahaya
Dokter Suharso,
Harum wangi namamu
Sangat besar
perikemanusiaanmu
Untuk menolong sesama
manusia
Kau sambung tangan pahlawan
yang patah
Kau sambung kaki pejuang
yang putus
Mengabdi dengan jiwa yang
tulus
Pahlawan, dikau pembela
cita nan kudus.
PROF. DR. WILHELMUS ZAKARIAS JOHANNES -
1952
Johannes, kau seorang
pengabdi kemanusiaan
Dalam hidupmu padu,
berpikir sambil berjuang
Kau pencarkan segala
tenagamu setiap waktu
Kau pendidik seniman nan
giat berpolitik.
Johannes, kau seorang
makhluk nan cinta agama
Bagai banteng siaga kau
bela Sang Saka
Kau kibarkan terus Sang
Merah Putih
Walau penjajah keras
melarang ganas.
Johannes, kaubaktikan tulus
ikhlas hidupmu
Bagi penduduk negeri ini
Kau adalah kuncup nan mekar
mewangi
Di persada Pertiwi.
KYAI HASJIM ASJ’ARI - 1947
Kyai yang saleh, telah
kautebarkan cahaya Islam
Kausemaikan dalam setiap
hati nurani insani
Keyakinan akan kebenaran
Isi Kitab Suci Al-Qur’an.
Kyai, dikau ikut serta
menyebarkan Islam
Di pelosok-pelosok tanah
air
Demi kemajuan ummat dan
rakyat
Menjauhkan kaum dari sifat
kafir.
Dengan ikhlas kau bela
keagungan Islam
Dengan penuh semangat kau
galang persatuan
Dan kau eratkan ummat Islam
nan setia
Dengan kebathilan kau
pantang bersapa.
Tentang Sides
Sudyarto D. S.
Tidak ada keterangan tentang penyair (penulis) dalam buku
ini, jadi saya menyalin keterangan
penyair Sides dari Horison Sastra
Indonesia (1) Kitab Puisi: Sides
Sudyarto D.S. lahir di Tegal, Jawa-Tengah, Tahun 1942. Kumpulan sajaknya: Kebatinan (1975), Lapar (1977), Tiang Gantungan
(1985). Ia juga menulis novel Rona
Hati Kekasih (1986).
Catatan Lain
Buku karya Sides yang saya pinjam dari SMAN 1 Banjarmasin
ini pada sampulnya tertulis: PAHLAWAN
DALAM PUISI, namun setelah cover buku dibalik pada halaman berikutnya malah
bertuliskan: PAHLAWAN INDONESIA DALAM
PUISI. Jadi mana judul yang benar? Saya pilih yang tertera di cover saja
agar tidak membingungkan.
Selain itu juga nama penulis yang tertulis pada buku adalah:
Sides Sudiyarto Ds. Sedang yang tertulis pada Horison Sastra Indonesia (1) Kitab Puisi: Sides Sudyarto D.S.. Hal
lain terjadi pula pada search bar Google, di sana jika diketikkan kata “Sides
Sudi” maka yang selanjutnya muncul adalah Sudiarto. Jadi mana nama tengah yang
benar? Saya pilih yang diambil dari Horison
Sastra Indonesia (1) Kitab Puisi: Sudyarto. Pada bukunya yang berjudul Tiang Gantungan pun nama tengah yang
tertulis adalah Sudyarto.
Daftar isi buku ini ada di belakang (ada kesalahan penulisan
urutan halaman, yaitu dari halaman 32 langsung ke 34). Buku ini juga dilengkapi
daftar riwayat hidup pada pahlawan. Sebelum menuju puisi pertama, pada halaman
sebelumnya ditampilkan petikan salah satu puisi karya Chairil Anwar:
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu
Kenang, kenanglah kami.
Chairil Anwar
Dalam pengantarnya penerbit menyatakan bahwa buku ini
diterbitkan dengan maksud untuk menyebar-luaskan ajaran dan penghayatan tentang
Pahlawan-Pahlawan Indonesia bagi murid-murid SD, pemuda, serta pembaca pada umumnya.
Dan buku ini tidak hanya menampilkan tentang arti dan makna Pahlawan-Pahlawan
Indonesia, tapi juga pengertian dan akibat langsung dari Pahlawan-Pahlawan
Indonesia terhadap Bangsa dan Tanah Air. Juga penyajiannya yang dalam bentuk
puisi yang langsung menyentuh hati dan perasaan. Dengan begitu, pembaca akan terkesan lebih
mendalam dan akibatnya akan timbul rasa
cinta tanah air bagi pembaca.
O iya, puisi-puisi yang saya pilih dalam buku ini
kebanyakan yang judulnya masih atau rada asing di kuping saya (entah karena
lupa atau memang tidak saya tahu). Jadi
artikel ini (setidaknya bagi saya sendiri) merupakan ajang mengenal
sekaligus mengenang jasa para pahlawan yang
tadi dimaksud.
Membaca buku ini, saya jadi teringat kenangan
menyenangkan ketika masih duduk di SD, yaitu ketika pelajaran IPS (yang erat
hubungannya dengan pahlawan dan sejarah) tengah dilaksanakan. Pelajaran jadi
menyenangkan karena biasanya diadakan dalam bentuk kuis. Tak jarang yang
berhasil menjawab pertanyaan guru boleh istirahat atau pulang, hehehe. Tapi
akibatnya, karena dilakukan dengan cara yang asyik begini, saya dan teman-teman
jadi mudah menerima dan mengingat materi pelajaran. Mungkin seperti itu juga
efek dari membaca buku ini, karena asyik, kita dapat lebih menghayati jasa-jasa
para pahlawan. Saya kira buku ini cocok
menjadi koleksi perpustakaan sekolah, terutama SD, agar sejak kecil telah
tertanam jiwa patriotisme dalam diri siswa-siswinya.
Dan karena membaca buku ini pula, saya jadi teringat 3 puisi karya Jose Rizal Manua yang
berbau kepahlawanan dan jasa yang dimuat dalam majalah sastra Horison edisi Juni 2015. Tiga puisi itu
berjudul Ru Bosscha, Haji Agus Salim, dan Rohana Kudus Namanya. Ingin saya
tampilkan satu puisi karya Jose Rizal
Manua di sini yang berjudul Rohana
Kudus Namanya (anggap saja bonus puisi :p) :
Rohana Kudus Namanya
Bagi Rohana Kudus
Ketidak adilan
adalah tindakan
semena-mena;
Yang harus dilawan dengan
kecerdasan
Yang harus dilawan dengan keberanian
Yang harus dilawan dengan
pengorbanan
Yang harus dilawan dengan
perjuangan.
Mak Tuo Chairil Anwar ini
Juga perempuan penyair
Perintis pendidikan
perempuan
Perintis surat kabar
Perempuan pertama di
Indonesia
Soenting Melajoe
Bagi Rohana Kudus
Perempuan tetaplah
perempuan
Dengan segala kemampuan dan
kewajibannya.
Bagi sepupu Haji Agoes
Salim ini
Yang harus berubah, adalah
Perempuan harus mendapat
pendidikan
Dan perlakuan yang lebih
baik
Harus sehat jasmani dan
rohani
Berakhlak dan berbudi pekerti
luhur
Dan taat beribadah
Rohana Kudus
Adalah juga kakak tiri
Sutan Syahrir
Perdana Menteri Indonesia
pertama.
Lahir di Koto Gadang
Kabupaten Agam
Sumatera Barat, pada 20
Desember 1884.
Sejak usia dini
Ia sudah pandai menulis dan
membaca
Dan berbahasa Belanda.
Fasih berbahasa Arab
Fasih berbahasa Arab-Melayu
Dan fasih berbahasa Latin.
Ia amat gemar belajar
Mempelajari keahlian
perempuan Belanda;
Menyulam,
Menjahit,
Merenda, dan
Merajut
Bagi Rohana Kudus
Dengan berbekal
keterampilan
Perempuan akan menjalankan
Perannya sebagai perempuan.
Perempuan akan menjalankan
Fungsinya sebagai perempuan
Perempuan akan menjalankan
Kodratnya sebagai perempuan
Dan semua berhulu
Dan semua bermuara
Pada ilmu pengetahuan.
Walau tak pernah sekolah
Rohana Kudus mendirikan
sekolah
Bagi perempuan
Agar perempuan bisa membaca
Agar perempuan bisa menulis
Agar perempuan bisa
menyulam
Agar perempuan bisa
menjahit
Agar perempuan bisa merenda
Agar perempuan bisa
merajut.
Walau tak pernah sekolah
Rohana Kudus mengajar
Berbagai ihwal bagi
perempuan.
Surat kabar Perempuan Bergerak
Adalah kiprahnya.
Surat kabar Cahaya Sumatera
Adalah kiprahnya.
Di nagari penghasil
kerajinan perak
Nagari yang mengutamakan
pendidikan
Bagi keluarga dan sanak
saudara
Di antara Singgalang dan
Ngarai Sianok
Di ketinggian 950 meter
Dari permukaan laut
Bersinar satu mutiara
Yaitu, seorang perempuan
perkasa
Yang menerangi abad gelap
Zaman penjajahan Belanda.
Rohana Kudus, namanya
Berjuang
Tidak hanya dengan
ketajaman pena
Tapi juga dengan segenap
jiwa raga.
Tegar ditimpa banyak cobaan
Sabar diterpa badai tuduhan
Perempuan pintar
Berbudi luhur
Dan taat beribadah itu
Rohana Kudus, namanya.
Wafat di Jakarta, pada 17
Agustus 1972.
Inna lillahi wa inna ilaihi
roji’un
Semoga amal ibadahnya
Diterima oleh Allah
Subhanahu wa Ta’ala.
Semoga karya nyatanya
Kekal abadi sepanjang masa.
Jakarta, 24 Maret 2015
Yup, sekian. (^ ^)
(AHMAD FAUZY)
Makasih (^ ^)
BalasHapus-AF-
Sip. Sama-sama. Jangan jara lah :)... Oya, kota terbitnya buku (kota alamat penerbit) di mana? Jakarta, Bandung, Surabaya?
Hapussetelah saya cek bukunya, ternyata memang tdk ada keterangan kota penerbit. tapi di bukux yg lain yg berjudul HAI SEHAT TETAPLAH KITA BERSAHABAT ada tulisan PENERBIT AQUA PRESS BANDUNG, tapi.d hlmn selanjutx ada tulisan begini:
HapusAqua Press-Anggota IKAPI. Jl. Gunung Sahari 55-56 Jakarta Pusat.
nggak tau mana yg bener, tapi saya lebih yakin yg Jakarta.
soal ngulas buku, InsyaAllah ulun kd jara, asalkn ada waktu & masih ada bukux haja. hehehe :D
makasih gan infonya..
BalasHapussangat menarik dan bermanfaat...
cihuuyyy... 1 komen \(^ ^)/
Hapussama-sama gan. sering-sering mampir y... :D
puisi ni memang mantap lah gan...
BalasHapusyang dimana puisi ini menceritakan tentang kepahlawanan...
makasih banyak gan atas infonya,,,
iya, gan. lebih mantap lagi kalau kita bisa menghayati dan melanjutkan perjuangan dan jasa para pahlawan kita. :)
Hapusmakasih juga gan udah berkenan membacanya (^ ^)/
-AF-
benar2 sangat menarik dan bermanfaat sekali lh puisi ini boss...
BalasHapusmantap bos artikelnya...
salam kenal dan salam sukses boss.
hehehe, nggak nyangka, buku yg saya pandang sederhana ini ternyata menarik dan bermanfaat :)
Hapusmakasih juga dah berkenan baca.
salam juga (^ ^)>
(sorry baru bales :p)
-AF-