Data buku kumpulan puisi
Judul : Sukma
Silam
Penulis :
Budhi Setyawan
Cetakan : I, Agustus
2007
Penerbit : Kacarara
(Kamar Baca Aksara dan Suara), Bekasi.
Tebal : xvi
+ 96 halaman (90 judul puisi)
ISBN : 978-979-16553-0-9
Gambar sampul : Budhi
Setyawan, Kembang Tanjung Perak, 2006
Beberapa pilihan puisi Budhi
Setyawan dalam Sukma Silam
Ning
kebisuan adalah laguku
pencarian adalah
nadaku
kesunyian adalah
musikku
Jakarta,
19 Sepetember 2002
Di Cinta-Mu
Aku Lahir
Embun pagi melukis di
segelas teh
cicit anak burung
menatap waktu
potret alam semesta
dalam telapak tangan
membawa berbakul-bakul
perbuatan
lewat wajah-wajah
berdebu
petir yang menyanyi
adalah jerit rindu
kemabukan yang
senantiasa mengalir
menuju lautan
kun fayakun
dalam berabad-abad
terlipat
aku masih
asyik mencecap air
susu-Mu
dalam Cinta-Mu
aku bayi selalu
telanjang
Jakarta,
7-12 Nopember 2001
Perjalanan
Menuju Cahaya
Air laut naik ke
sungai-sungai
ke sumur-sumur tempat
minum
lalu hilir mudik di
pembuluh darah
mendorong roda pedati,
meniti jalan tanpa peta
hingga sesal mendesak
jagad
ke mana lagi ujung
seluruh nafas
lelah
leleh
luluh
dada kurus terobek
jantung melompat
keluar, berjalan
menuju padasan
mengambil air wudhlu
sujud dalam sendiri
angin beku, serangga
bisu
lenyaplah barat timur
utara selatan
sidratul muntaha
dalam butiran embun
cerlang
di daun cendana sari
Lakhaula wala quwwata
illa billah
waktu berhenti
di ubun-ubun malam
tanpa tepi
Jakarta,
19 Nopember 2002
Di
dalam dengan Siapa
Di pucuk daunan aku
menari
di akar rumputan aku
bernyanyi
di gunung aku berlari
di mata air aku menepi
dalam angin aku
sembunyi
dalam awan aku
berjalan
dalam laut aku
bermimpi
dalam bumi aku mencari
dengan matahari aku
membaca alam
dengan rembulan aku
mengukir kesejukan
dengan bintang aku
merias wajah
dengan langit aku
berani telanjang
siapa menggerakkan
kereta di kepalaku
siapa mengalirkan
sungai-sungai di tubuhku
siapa menerbitkan
gerak di jantungku
siapa menanamkan diam
di hatiku
di dalam dengan siapa
Jakarta,
19-24 Mei 2002
Cahaya
Satu
Wahai roh yang
melayang-layang
bersayap lamunan
lewati perkampungan
sepi
sehabis hujan
gelap menggandeng
dingin
getar-getar
mendesak-desak permukaan nafas
dalam permenungan
mencari seutas tali
gema langkah suara
memijit langit
menelusup ke sumsum tulang
kepakan terus melambai
menuju titik nadir
lalu…
yang ada cahaya
Ya Ca-ha-ya
Jakarta,
24 Februri 2002
Lukisan
Suara
Suara dari lembah
hijau
begitu jelas menebar
kerinduan
pada rumah kecil di
pinggir kampung
pada dangau mungil di
tengah sawah
kerinduan berbalut
kepasrahan
menjadi pupuk
yang menyuburkan benih
kasih sayang
Illahi telah
menyiapkan dangau cantik
bisa untuk bermain
gitar dan seruling
dengan pujian
keabadian dan
senyum berkalung
syukur
berjiwa sederhana
suara-suara tanpa
wujud terus bercerita
di dinding kamar,
tergambar
bayangan dedaunan yang
mengangkut otak
terantuk pada batas
langit
beribu kamus telah
termakan
tak ada padan kata
buat menerjemahkan
suara-suara
menyenandungkan
syair-syair hakikat
asal tanah kembali
tanah
Purworejo,
30 desember 2001
Djogjakarta,
1 januari 2002
Cipta Daun
Engkau selembar daun
tempatku berkaca
kerap aku
berjalan-jalan
dengan wajah-wajah
asing
bersama menuruni
lembah
jalan setapak di
wajahmu
sambil kupungut
batu-batu kecil
kukantongi biar nikmat
kawan menempuh cerita
panjang
hidup di ujung pena
bila masih
menyemburatkan warna
tak ke mana-mana
di mana-mana
cipta memeluk rahsa
Jakarta,
29 Januari 2002
Dalam
Dalam gunung
dalam dingin
Dalam laut
dalam asin
dalam malam
dalam hitam
dalam pagi
dalam kuning
dalam langit
dalam biru
dalam dekap
dalam rindu
dalam cinta
dalam ikhlas
dalam jiwa
dalam terang
dalam Roh
dalam hidup
Jakarta,
medio april 2002
Nyanyian
Asing
Sendirian memainkan
gitar
memandang perbukitan
menjulang
menyanyikan angin,
merambah lembah dada
suara-suara lama dan
percik kedamaian
terang masuki rongga
telinga
air dunia menuju
tenang
keruh-keruh mengendap
kerinduan silam
menyeruak permukaan
menawarkan kepolosan
kanak-kanak bersajaha
dawai-dawai gitar itu
rangkaian semedi sang
jiwa
merunut pengembaraan
alam hijau
dari keterasingan ke
dalam keterasingan
mematahkan jumawa
karsa
lagu-lagu terus
mengalir
ke bunga, rumputan dan
petak-petak sawah
menciumi nurani di
setiap bait
dan dawai senantiasa
jeli mengiringi
tanpa harus dipetik
lagi
Puncak,
26 Mei 2002
Mencari
Pertemuan
Roda yang mengerang
diselingi tawa klakson
yang mengembang
keringat meluncur
sendiri tanpa perintah
jalanan kian menanjak,
masih gerah
kami masih bertanya-tanya:
‘kita mencari apa’
senja tersaput awan
samar
dalam cipratan air
kolam
angin mengulurkan
senyum
pada daun dan pohonan
di depan
kami masih
bertanya-tanya:
‘kita mencari siapa’
malam yang turun
perlahan
mengangkut kilau emas
perak rembulan
menjamah lembut
rumputan
dan api unggun di
tengah nyanyian
kami masih
bertanya-tanya:
‘siapa mencari siapa’
masih panjang jalur
pencarian
menuju pertemuan
Puncak,
25 Mei 2002
Aneh
Kota
Seorang anak manusia
berjalan
di terik belantara
kota
sampai hari siang
sembunyi di balik malam
senyum mencibir kepada
rembulan
semua yang di sini
penipu
berpakaian kesemuan
bertopeng kepalsuan
dinding gedung pagar
beton pun
rapat menyimpan
rahasia
hilangnya keperawanan
gadis-gadis ingusan
berita kehamilan anak
sekolah
aborsi janin tak
berdosa
dan cerita raibnya
hati dari dalam dada
sebagian penghuni kota
keanehan dalam
kenyataan
menjadi cerita yang
berkepanjangan
tak usai-usai
Jakarta,
17 Agusuts 202
Anak
Kecil Bermain Pelangi
Anak-anak kecil
berlarian bersama kupu-kupu
di atas daun-daun
kuncup
mengambil pelangi pagi
memainkan warna gelak
cahaya
dijadikan pita hias
kepala
bumi setia menjaga
di puncak-puncak
gunung doa berkumpul
garis bahagia tak
putus smoga
asa tak boleh hilang
dalam langkah-langkah
nafasnya
biar senyum
biar tawa
biar canda
biar damai
selalu ada dalam
senandungnya
dan masa mengalir
lambat ikuti iramanya
Jakarta,
19 Desember 2002
Swara
Bali
Kecrek
saron
gong
berlari
mendaki
mencari
(sejenak ke dalam)
getar nadi
menderu
mengadu
memburu
resonansi waktu
(sejenak di dalam)
detak kehendak
menyentak
bergerak
berdecak
di ubun-ubun tarian
kecak
(ke dalam di dalam)
(dalam dalam)
Jakarta,
5 Agustus 2002
Tentang Budhi Setyawan
Budhi Setyawan lahir di Purworejo, 9 Agustus
1969. Masa kecil dan remaja dihabiskan di kota kelahirannya, menyelesaikan S-1
di Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada. Mulai 1999 menjadi pegawai negeri
di Departemen Keuangan. Kumpulan puisinya: Kepak
Sayap Jiwa (2006), Penyadaran
(2006) dan Sukma Silam (2007).
Catatan
Lain
Kumpulan puisi Sukma Silam,
terdiri atas dua bagian, yaitu Aku Lahir
Satu (45 puisi) dan Sukma Silam
(45 puisi). Sepertinya puisi-puisi di sini disusun secara kronologis, mulai 7
Nopember 2001 sampai 24 Desember 2002. Buku
ini saja usik dari rak buku Hajri, di sampul belakang sebelah dalam, ada bar
kode, Rp. 25.000,-
terima kasih mas M Nahdiansyah Abdi. ya itu buku lama mas tahun 2007. wah saya jadi malu, puisi2 saya belum bagus. namun terima kasih sudah dibantu publikasi puisi-puisi saya. he3... kapan bisa bertemu lagi mas? mungkin di acara2 TSI atau PPN? he3... seringnya bertemu Abah Arsyad Indradi n mas ASA. selamat berkarya mas. semoga kerja & karya yang ditorehkan menjadi berkah & pahala terbaik. salam. Buset, di Bekasi - Jawa Barat.
BalasHapusSayalah yang mesti berterima kasih, Mas. Tanpa puisi, blog ini tak ada. Ya, semoga suatu hari bisa bertemu... Salam dari Banjarbaru.
Hapus