Data buku kumpulan puisi
Judul: Kitab Rajam
Penulis: Amien Wangsitalaja
Cetakan: I, 2001
Penerbit: Indonesiatera,
Magelang
Tebal: xiv + 124 halaman
(81 puisi)
ISBN: 979-9375-24-X
Disain sampul: M. Iqbal
Azcha
Gambar sampul: Herry Dim
Kitab Rajam terdiri dari 4
kitab, yaitu: Kitab Babon (9 puisi), Kitab Kiri: Mendebat Rajam (33 puisi), Kitab Kanan: Mendekap Rajam (24 puisi),
dan Kitab Tengah: Mendedah Rajam (27
puisi).
Beberapa
pilihan puisi Amien Wangsitalaja
dalam Kitab Rajam
PENCURI, PENYELIDIK, DAN POLISI
sejak aku tertangkap
sebagai pencuri
kalian begitu sibuk
menjadi penyelidik dan polisi
o aku tahu
kebiasaan penyelidik dan polisi
suka mengambil yang tersisa
yang tak sempat dibawa
oleh seorang pencuri
o cantiknya kalian
mencuri ketampananku
JALALUDDIN RUMI 1
aku yang kehilangan kekasih
kini nemukan cinta
sebab mentari memang tak tertangkap
selain cahaya
aku
merindukan mentari
selepas cahaya
JALALUDDIN RUMI 2
pada sosok kawan
kurobek-robek ornamen cinta
dengan pecahan api tari
(aku bukan orang yang dungu
menerapkan ihwal itu)
kawanku ialah pelaminan
tempat asa dan gundah
tumpah
kawanku
matahari
ialah engkau
JALALUDDIN RUMI 3
mari menari
dan menghiasi orgi
dengan semarak sajak
dan pesta ilahi
aku duduk di taman
dikitari bunga
musim semi
bulan
dan emosi
aduh
kucipta busur dengan alismu
untuk memanahkan pandangku
pada pusar berahimu
TITANIC
siapa dapat
menyanjung laut
memerdekakan maut
seijin biduk, kapten?
kecuali kami
pencipta sejarah
dan orde
(mencuri perahu nuh
dan menyandera khidzir
untuk menahkodai ngeri)
siapa dapat
menyanjung kami, kapten?
kecuali kami
pencipta sejarah
dan orde
KONSPIRASI
pujangga meloloskan diri
dari tanah api
dari tanah air
dari tanah angin
suatu saat
pujangga menunda syi’ir
karena tanah apa pun
becek olah skandal
orang dengan nasib
“tak ada pendapatan
tanpa senjata dan konspirasi”
menjarah hak tetangga
dan orang sekampung
atas saran pacar
dan faksi
hidup berdaulat
memugar tanah kapur
untuk kubur
pun tak sisa
dan pujangga
meloloskan diri
dari tanah allah
ke allah
TAJAU MULIA
ini pengajian tauhid
“asal tajau dari tanah
maka ia mulia”
kembali ke selera asal
negeri tanpa berahi ekonomi
orang banjar mengaji mandau
orang madura mengaji badik
orang jawa mengaji sabit
tapi tanah terlanjur tandus
buat berladang
dan kami tak punya saham
buat berahi
maka
buat memuliakan negeri
kami membakar bukit
------
tajau: gentong/tempayan
Tajau Mulia: nama sebuah koloni
di pelosok Tanah Laut, Kalsel
HYPERABRAHAM
kuhadiahkan cinta
untuk hajar dan sarah
agar keduanya berseteru
KONSTRUKSI RINGAN
ATAS RUANG KOSONG
kebiasaan pengantin
apakah kebiasaan pengantin itu?
tahukah engkau apakah kebiasaan
pengantin itu?
PROVOKASI 1
ah perempuan
engkau yang ngajak
aku berzina
dan engkau pula
yang paling bernafsu
menjilidku
PRASASTI 1
Mahligaiku
Umbi alam
Rumbai kalam
Tunduk
I’tikaf
Mahligaiku
Altar ilmu
Ruang mimpi
Gemakan hizib
Asmara
Aduhai
Selera ini
Tajam mendedahmu
Usilkan maksud
Tunaikan mahar
Ijab qabul
SHUMMUN
-Paradoks Negeri 1
satu anggota kafilah
telah mendengar
kicau hud-hud
mereka bertikai
sebab berita dan mimpi
simaklah
orang merumuskan fakta
melebihi yang didengarnya
padahal
satu anggota kafilah
tidak mendengar
kicau hud-hud
BUKMUN
Paradoks Negeri 2
pada
diam pengabar
ada kalam
jam 00:00
sampai jam 00:00
kawan-kawan pergerakan
mendefinisikan tuhan
bedil
kota
dan saldo bank
nyaris tak bersisa
kecuali lisan
sedangkan
pada
diam pengabar
bukan sekedar
‘UMYUN
Paradoks Negeri 3
(engkau tahu kuda
bisa menarik bendi
sebab matanya tutup)
inilah hikmah
yang dicari murid
dari seberang ilmu
bukan pengetahuan
(nun, di sebuah distrik
ada defile
berkusu-kusu tentara
dikitari pengungsi
yang buta teknologi)
dan engkau
mencoba berbagai ramal
tentang setan dan malaikat
dan mata pejabat
padahal
di situlah pengetahuan
sebelum ilmu
(engkau belum menatap
apa yang engkau sudah)
FA HUM LA YARJI’UN
Paradoks Negeri 4
jannatuna
nama desa
tanahnya subur
sayang
bukan di java
sayang
ROMAN ANAK 2
ada anak lahir
ayahnya sedang mabuk materi
mencincang majikan
dan menikam diri sendiri
dalam fantasi “akhir history”
(ia
bukan anak yang lahir
dari perselingkuhan
atau paedophili)
sejak kecil minum dancow
kaya protein, mineral, vitamin
ia pun tumbuh feminim
lihat
ia antusias
menutup abad
membuka abad
masa remaja teramat indah
untuk dirawat dan dikenang
di sini
ia mengenal konspirasi teknologi
memperlancar akses komunikasi ilahi
di atas cat walk
ia menggandeng rumi
saat handphone berbunyi
dari hallaj yang sakit hati
di kafe
dengan aneka menu,
pramusaji, dan pengunjung
yang sama-sama adolesen
ia membaca puisi
sekedar puisi
tentang dendam anak negeri
dan adegan-adegan berahi
dan ilmu bela diri
“andai usiaku berubah”
katanya
sambil merobek buku sejarah
dan geografi
“akan kuangkat sun tzu
menjadi nabi
dan jibran perdana menteri”
ia sudah dewasa kini
suka tamagotchi,
credit card, dan televisi
di samping juga bacaan-bacaan
beraliran kiri
ini bekal untuk hari tua
hari yang mungkin ia
akan buta sebelah mata
lihat
ia cakap memimpin negeri
(ada anak lahir
ia
keturunan dari orang suci)
(Refleksi kelahiran Salva Kalimatin Sava, 25 Januari 2000)
TOKO BUKU vs KOTA
seseorang
sebab asa ketuhanan
mendengkur
di sudut teka-teki
referensi-referensi glamour
ini kotaku
terbaca oleh atlas kumal
beberapa ruasnya
menyisa tembok tua
yang mengelupas
berberita sejarah pemikiran
kaum selebriti urban
yang etis dan pendendam
dari sebelah labirin rak
selembar kertas tanggal
dan terlempar
tepat di traffic light
lampu kuning
amsal dinamika kota
dalam percepatan komunikasi
dan silaturahmi seluleri
tidak hidup
tapi hidup
(aku membuka literatur
kaidah fiqhiyah yang rumit)
sore berselimut asap dan oktan
dan suatu bacaan
perihal seks yang nyinyir
atau politik yang slapstik
memerdekakan imajinasiku
berkhalwat dengan hantu
wahai
siapa membuka pintu tasawuf
siapa memuja pagar demokrasi
siapa berbekal ilmu transaksi
meneror inspirasi laki-bini?
sementara orang memendam
hasrat untuk kaya-raya
aku sempat membunuh majikan
di sebaris fiksi
berjudul “okultisme dari utara”
atau “kapitalisasi yang adolesen”
ini kotaku
merdu semata
dalam ensiklopedi
sebab asa ketuhanan
mendengkur
di sudut teka-teki
referensi-referensi glamour
ini kotaku
terbaca oleh atlas kumal
beberapa ruasnya
menyisa tembok tua
yang mengelupas
berberita sejarah pemikiran
kaum selebriti urban
yang etis dan pendendam
dari sebelah labirin rak
selembar kertas tanggal
dan terlempar
tepat di traffic light
lampu kuning
amsal dinamika kota
dalam percepatan komunikasi
dan silaturahmi seluleri
tidak hidup
tapi hidup
(aku membuka literatur
kaidah fiqhiyah yang rumit)
sore berselimut asap dan oktan
dan suatu bacaan
perihal seks yang nyinyir
atau politik yang slapstik
memerdekakan imajinasiku
berkhalwat dengan hantu
wahai
siapa membuka pintu tasawuf
siapa memuja pagar demokrasi
siapa berbekal ilmu transaksi
meneror inspirasi laki-bini?
sementara orang memendam
hasrat untuk kaya-raya
aku sempat membunuh majikan
di sebaris fiksi
berjudul “okultisme dari utara”
atau “kapitalisasi yang adolesen”
ini kotaku
merdu semata
dalam ensiklopedi
Tentang Amien Wangsitalaja
Amien
Wangsitalaja, bernama asli Aminudin Rifai, lahir pada 19 Maret 1972 di
Wonogiri, Ja-Teng. Usai lulus dari MI Muhammadiyah Purno (Wuryantoro,
Wonogiri), ia lanjut belajar ke MTs dan MA di Pondok Modern Assalam, Surakarta.
Selepas itu ia mendalami ilmu sastra di Fak. Sastra UGM Yogyakarta. Menulis puisi, esai, cerpen dan
resensi buku. Puisinya tersebar di beberapa media massa, antologi-antologi
kolosal, dan manuskrip. Di antara antologi kolosal yang melibatkan karyanya: Serayu (CV Harta Prima, Purwokerto,
1995), Oase (Titian Ilahy Press,
Yogyakarta, 1996), Fasisme (Kalam
Elkama, Yogyakarta, 1996), Mimbar Penyair
Abad 21 (Balai Pustaka, Jakarta, 1996), Antologi
Puisi Indonesia (Angkasa, Bandung, 1997), Tamansari (DKY, Yogyakarta, 1998), dan Embun Tajalli (DKY, 2000).
Catatan Lain
Pada data buku puisi di atas total
puisi yang saya tulis bukan 93, sebab beberapa puisi dalam kitab yang satu
dimuat pula dalam kitab yang lain. Seperti misalnya puisi Jalaluddin Rumi 1-3
yang dimuat dalam Kitab Babon, dimuat
pula dalam Kitab Kanan: Mendekap Rajam.
Dalam pengantarnya Sutardji mengatakan: “Puisi adalah kearifan dari luka,
dari rindu pada Keabadian dan Kebenaran, hikmah dari pergulatan merindu. Karena
itu, tak heran dalam Kitab Rajam ini,
muncul pula ironi yang mengiris, yang muncul dari rindu yang harus membuahkan
hikmah, yang muncul dari hubungan vertikal yang tak mengabaikan kenyataan
horisontal.”
Setelah halaman yang memuat puisi, dicantumkan Doa Penutup Kitab-nya al
Ghazali yang disalin dari kitab Ihya’
Ulumiddin. Berikut saya salin sebagai doa penutup postingan:
Doa Penutup Kitab
saya minta maaf kepada allah dari ketergelinciran
langkah kaki, atau pena yang kelewat batas, dalam
buku ini dan buku-buku karangan saya yang lain.
Saya minta maaf dari segala perkataan saya yang tidak
sesuai dengan perbuatan saya.
saya mintaa maaf dari segala yang saya siarkan
mengenai ilmu dan pengetahuan akan agama allah,
tetapi saya kurang bisa menjalankannya.
saya minta maaf dari segala ilmu dan amal yang pada
mulanya dimaksudkan karena allah, kemudian
tercampur maksud lain.
saya minta maaf dari segala janji yang saya janjikan,
kemudian saya tidak menepatinya.
saya minta maaf dari segala nikmat yang diberikan
kepada saya, kemudian saya pakai untuk maksiat.
saya minta maaf dari segala ucapan saya yang memburuk-
burukkan sesuatu, secara langsung maupun sindiran,
sedang saya juga terlibat memakai/mengerjakan
sesuatu itu.
saya minta maaf dari semua yang saya terangkan,
bombasme saya dalam menggubah kata dan ilmu.
setelah itu selesai, saya minta maaf dari dosa
semuanya, saya minta maaf untuk diri saya dan untuk
semua yang membaca buku-buku saya, yang
menyalin, atau yang mendengar isi dan keterangan
buku-buku saya.
karuniailah tuhan kepada saya permaafan dan kasih
sayang. anggaplah tidak ada dosa saya, lahir maupun
batin, karena karuniamu. rahmatmu sangat luas,
kemurahanmu kepada sekalian makhluk melimpah
ruah.
saya adalah makhluk, sebagian dari makhluk tuhan
azza wa jalla. tiada jalan bagi saya kepadanya selain
mengharap karunianya dan kemurahannya. amien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar